Kolaborasi Kunci Strategis Bangkitkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pariwisata merupakan sektor yang terdampak pandemi Covid-19 sangat besar. Mengingat bahwa sektor ini berkontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian nasional, maka kerjasama berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan bagi pemulihan pariwisata Indonesia.
Kontribusi sektor pariwisata bagi perekonomian domestik mencapai 4,8 % terhadap produk domestik bruto pada tahun 2019. Berbagai daerah seperti Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau merupakan daerah tujuan wisata andalan di Indonesia. Namun, semenjak pandemi Covid-19, data dari BPS menunjukkan adanya penurunan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 88,8 %. Penurunan yang cukup signifikan ini disebabkan karena kebijakan physical distancing dan penutupan akses perjalanan internasional di berbagai negara sehingga mobilitas warga menjadi sangat terbatas.
Unggul dalam bisnis dan peduli terhadap industri hospitality, Universitas Prasetiya Mulya tunjukkan kepedulian pada sektor pariwisata di era pandemi. Menghadirkan webinar dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, fokus membicarakan strategi dalam membangkitkan pariwisata Indonesia.
Sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terpukul. Pada pembukaan webinar bertemakan “Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Era Pandemi” Prof. Djisman S. Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya menyebutkan bahwa perlu dimunculkan rasa pentingnya perubahan fundamental di industri ini.
“Melalui seminar ini akan terpicu betapa urgensinya perubahan fundamental dalam perkembangan pariwisata,” jelas Prof. Djisman S. Simandjuntak.
Sebagai praktisi, Ketua Indonesia Tourism Forum, Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E., dalam webinar tersebut pun menyebutkan bahwa 2024 pariwisata baru bisa pulih, mundur dari prediksi sebelumnya yaitu 2021.
“Virus yang kecil ini traveling kemana-mana, bukan orang yang pergi traveling. Jadi, begitulah dahsyatnya virus ini, tidak bisa disamakan dengan bencana alam biasa, tetapi tetap ada optimisme dalam situasi ini,” ungkap Bapak Sapta.
Dalam sesi webinar juga, Wakil Gubernur Bali, Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si., menjelaskan bahwa sejak pandemi tumbuh dan berkembang di Bali pemerintah fokus dengan memberikan penanganan sejak maret hingga juni. Kelandaian kasus menjadi acuan pemerintah Bali untuk membuka kembali Bali meski hanya menerima para wisatawan domestik.
“Jangka pendeknya strategi pemerintahan Bali ini sudah didahului dengan protokol kesehatan yang memadai dengan sertifikasi sehingga bisa menyatakan Bali siap untuk membuka kembali bagi pasar domestik saja,” ujar Wagub Bali.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno juga mengakui bahwa sektor yang beliau pegang memang sedang memprihatinkan. Hampir 75% wisatawan asing mengalami penurunan selama pandemi, total 88% para pelaku pekerja di sektor pariwisata juga mengalami pembatalan kerja. Dampak pandemi pada sektor pariwisata sangatlah dahsyat.
Selain stimulus bantuan dana kepada pelaku ekonomi dan pariwisata, Quick Win 2021 ditetapkan menjadi strategi pemulihan pariwisata di era pandemi ini. #DiIndonesiaAjah menjadi tagar yang juga disosialisasikan Kemenparekraf untuk mengajak para wisatawan domestik berlibur di dalam negeri sebagai bagian upaya menjadikan pariwisata Indonesia kembali berkembang.
“Kita terapkan Quick Win 2021 ini karena memang dampak pandemi ini sangat dahsyat. Kita punya tiga pilar yaitu 3M (Protokol kesehatan), 3T(Testing, Trashing, dan Treatment), dan 3G (Gercep, Geber, dan Gaspol) terkait vaksinasi, ketiga pilar ini yang kita coba terapkan,” ujar Sandiaga Uno.
Berbicara industri tourism, banyak sekali hal yang menarik dan berkembang. Sejalan dengan perubahan perilaku adaptif terhadap situasi, industri ini pun harus memberikan sumbangsih perubahan yang disertai revolusi pemikiran SDM.
“Ada perkembangan yang menarik, dulu tourism dikenal sebagai mass tourism, tapi karena ada peran critical thinking dan teknologi, muncul alternatif lain yang terus berkembang menghadirkan destinasi kecil atau yang tidak populer jadi bisa masuk sebagai wisata,” jelas Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D., Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Prasetiya Mulya.
Webinar ini juga mengundang Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela H. Tanoesoedibjo, B.A., M.Com., dengan memberikan arahan terkait pemanfaatan teknologi sebagai manajemen destinasi dan memastikan SDM desa wisata dapat mandiri dalam berinovasi, finansial, dan melewati krisis dengan berkolaborasi dan tidak menyerah karena dampak Covid-19. Hal ini sejalan dengan pesan yang ingin disampaikan Universitas Prasetiya Mulya melalui penyelenggaraan diskusi ini. (CM)
Kontribusi sektor pariwisata bagi perekonomian domestik mencapai 4,8 % terhadap produk domestik bruto pada tahun 2019. Berbagai daerah seperti Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau merupakan daerah tujuan wisata andalan di Indonesia. Namun, semenjak pandemi Covid-19, data dari BPS menunjukkan adanya penurunan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 88,8 %. Penurunan yang cukup signifikan ini disebabkan karena kebijakan physical distancing dan penutupan akses perjalanan internasional di berbagai negara sehingga mobilitas warga menjadi sangat terbatas.
Unggul dalam bisnis dan peduli terhadap industri hospitality, Universitas Prasetiya Mulya tunjukkan kepedulian pada sektor pariwisata di era pandemi. Menghadirkan webinar dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, fokus membicarakan strategi dalam membangkitkan pariwisata Indonesia.
Sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terpukul. Pada pembukaan webinar bertemakan “Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Era Pandemi” Prof. Djisman S. Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya menyebutkan bahwa perlu dimunculkan rasa pentingnya perubahan fundamental di industri ini.
“Melalui seminar ini akan terpicu betapa urgensinya perubahan fundamental dalam perkembangan pariwisata,” jelas Prof. Djisman S. Simandjuntak.
Sebagai praktisi, Ketua Indonesia Tourism Forum, Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E., dalam webinar tersebut pun menyebutkan bahwa 2024 pariwisata baru bisa pulih, mundur dari prediksi sebelumnya yaitu 2021.
“Virus yang kecil ini traveling kemana-mana, bukan orang yang pergi traveling. Jadi, begitulah dahsyatnya virus ini, tidak bisa disamakan dengan bencana alam biasa, tetapi tetap ada optimisme dalam situasi ini,” ungkap Bapak Sapta.
Dalam sesi webinar juga, Wakil Gubernur Bali, Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si., menjelaskan bahwa sejak pandemi tumbuh dan berkembang di Bali pemerintah fokus dengan memberikan penanganan sejak maret hingga juni. Kelandaian kasus menjadi acuan pemerintah Bali untuk membuka kembali Bali meski hanya menerima para wisatawan domestik.
“Jangka pendeknya strategi pemerintahan Bali ini sudah didahului dengan protokol kesehatan yang memadai dengan sertifikasi sehingga bisa menyatakan Bali siap untuk membuka kembali bagi pasar domestik saja,” ujar Wagub Bali.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno juga mengakui bahwa sektor yang beliau pegang memang sedang memprihatinkan. Hampir 75% wisatawan asing mengalami penurunan selama pandemi, total 88% para pelaku pekerja di sektor pariwisata juga mengalami pembatalan kerja. Dampak pandemi pada sektor pariwisata sangatlah dahsyat.
Selain stimulus bantuan dana kepada pelaku ekonomi dan pariwisata, Quick Win 2021 ditetapkan menjadi strategi pemulihan pariwisata di era pandemi ini. #DiIndonesiaAjah menjadi tagar yang juga disosialisasikan Kemenparekraf untuk mengajak para wisatawan domestik berlibur di dalam negeri sebagai bagian upaya menjadikan pariwisata Indonesia kembali berkembang.
“Kita terapkan Quick Win 2021 ini karena memang dampak pandemi ini sangat dahsyat. Kita punya tiga pilar yaitu 3M (Protokol kesehatan), 3T(Testing, Trashing, dan Treatment), dan 3G (Gercep, Geber, dan Gaspol) terkait vaksinasi, ketiga pilar ini yang kita coba terapkan,” ujar Sandiaga Uno.
Berbicara industri tourism, banyak sekali hal yang menarik dan berkembang. Sejalan dengan perubahan perilaku adaptif terhadap situasi, industri ini pun harus memberikan sumbangsih perubahan yang disertai revolusi pemikiran SDM.
“Ada perkembangan yang menarik, dulu tourism dikenal sebagai mass tourism, tapi karena ada peran critical thinking dan teknologi, muncul alternatif lain yang terus berkembang menghadirkan destinasi kecil atau yang tidak populer jadi bisa masuk sebagai wisata,” jelas Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D., Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Prasetiya Mulya.
Webinar ini juga mengundang Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela H. Tanoesoedibjo, B.A., M.Com., dengan memberikan arahan terkait pemanfaatan teknologi sebagai manajemen destinasi dan memastikan SDM desa wisata dapat mandiri dalam berinovasi, finansial, dan melewati krisis dengan berkolaborasi dan tidak menyerah karena dampak Covid-19. Hal ini sejalan dengan pesan yang ingin disampaikan Universitas Prasetiya Mulya melalui penyelenggaraan diskusi ini. (CM)
(srf)