Angka Positif Nyaris Tembus 1 Juta, Kesadaran Warga Berperan Penting Putus Klaster Keluarga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah pasien positif COVID-19 menyentuh angka 989.262 dengan tingkat kematian sebanyak 27.835 dan tingkat kesembuhan mencapai 789.810. Sementara dalam kasus harian per 24 Januari 2021 bertambah sebanayak 11.788.
Untuk kasus sembuh bertambah 7.751, dan kematian 171 orang. Dengan demikian, angka positif COVID-19 di Indonesia nyaris menembus angka psikologis 1 juta kasus.
Analis Kebijakan Publik dari Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Muhammad Afditya Iman Fahlevi menilai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali untuk menekan penyebaran COVID-19 bisa berjalan efektif dengan dukungan semua pihak mulai dari pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.
"Kebijakan PPKM akan berlaku selama 14 hari, mulai tanggal 26 Januari hingga 8 Februari 2021 mendatang," ujarnya kepada SINDOnews, Senin (25/1/2021).
Pria yang akrab disapa Adit ini mengaku lembaganya menyambut optimis dengan kebijakan ini. Karena, kebijakan ini yang paling mungkin diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. Dari data yang diteliti lembaganya, kebijakan PPKM jilid pertama dianggap berhasil dalam menekan penularan COVID-19 di wilayah Jawa dan Bali, tetapi belum maksimal untuk wilayah Banten dan Yogyakarta.
Maka menurutnya, pengendalian COVID-19 harus menjadi prioritas semua pihak tanpa terkecuali dengan harapan krisis kesehatan kita bisa akhiri dan perekomomian bisa bangkit kembali.
"Perbedaannya dengan kebijakan PPKM yang pertama dengan yang kedua ini kan ada pada jam operasional pusat berbelanjaan, mal dan restoran. Yang kemarin jam 19.00 kalau yang sekarang jam 20.00. Kita juga berharap kebijakan ini dapat merangsang pemulihan ekonomi masyarakat," tutur peneliti yang juga Alumni S2 Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini.
Di sisi lain, Adit juga berharap jangan sampai angka terpapar COVID-19 menembus 1 juta kasus meski peluangnya cukup kecil. Tetapi yang terpenting adalah fokus ke unsur dari masyarakat itu sendiri. Sebab unsur ini berperan penting dalam membangun kesadaran dalam menerapkan protokol kesehatan, terutama di lingkungan keluarga.
Dia mengimbau paling tidak kesadaran mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker di lingkungan keluarga terutama di rumah sebagai upaya meningkatakan kesadaran dan disiplin di lingkungan kita sendiri.
"Kita melihat kluster keluarga sangat berperan penting dalam meminimalisir penularan COVID-19 selain menghidari kerumunan. Ke depan, kita terus mendorong penguatan strategi penanganan yang lebih massif," tutup pria yang juga lulusan Universitas Bung Karno (UBK) ini.
Untuk kasus sembuh bertambah 7.751, dan kematian 171 orang. Dengan demikian, angka positif COVID-19 di Indonesia nyaris menembus angka psikologis 1 juta kasus.
Analis Kebijakan Publik dari Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Muhammad Afditya Iman Fahlevi menilai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali untuk menekan penyebaran COVID-19 bisa berjalan efektif dengan dukungan semua pihak mulai dari pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.
"Kebijakan PPKM akan berlaku selama 14 hari, mulai tanggal 26 Januari hingga 8 Februari 2021 mendatang," ujarnya kepada SINDOnews, Senin (25/1/2021).
Pria yang akrab disapa Adit ini mengaku lembaganya menyambut optimis dengan kebijakan ini. Karena, kebijakan ini yang paling mungkin diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. Dari data yang diteliti lembaganya, kebijakan PPKM jilid pertama dianggap berhasil dalam menekan penularan COVID-19 di wilayah Jawa dan Bali, tetapi belum maksimal untuk wilayah Banten dan Yogyakarta.
Maka menurutnya, pengendalian COVID-19 harus menjadi prioritas semua pihak tanpa terkecuali dengan harapan krisis kesehatan kita bisa akhiri dan perekomomian bisa bangkit kembali.
"Perbedaannya dengan kebijakan PPKM yang pertama dengan yang kedua ini kan ada pada jam operasional pusat berbelanjaan, mal dan restoran. Yang kemarin jam 19.00 kalau yang sekarang jam 20.00. Kita juga berharap kebijakan ini dapat merangsang pemulihan ekonomi masyarakat," tutur peneliti yang juga Alumni S2 Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini.
Di sisi lain, Adit juga berharap jangan sampai angka terpapar COVID-19 menembus 1 juta kasus meski peluangnya cukup kecil. Tetapi yang terpenting adalah fokus ke unsur dari masyarakat itu sendiri. Sebab unsur ini berperan penting dalam membangun kesadaran dalam menerapkan protokol kesehatan, terutama di lingkungan keluarga.
Dia mengimbau paling tidak kesadaran mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker di lingkungan keluarga terutama di rumah sebagai upaya meningkatakan kesadaran dan disiplin di lingkungan kita sendiri.
"Kita melihat kluster keluarga sangat berperan penting dalam meminimalisir penularan COVID-19 selain menghidari kerumunan. Ke depan, kita terus mendorong penguatan strategi penanganan yang lebih massif," tutup pria yang juga lulusan Universitas Bung Karno (UBK) ini.
(kri)