Bencana Alam, Pandemi, dan Urgensi Perbaikan Ekosistem

Minggu, 24 Januari 2021 - 07:13 WIB
loading...
Bencana Alam, Pandemi,...
Bambang Soesatyo. Foto/Arif Julianto
A A A
Bambang Soesatyo
Ketua MPR RI/
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia

RENTETAN bencana alam yang terus berulang dan pandemi Covid-19 merupakan panggilan kepada semua orang untuk peduli akan urgensi memulihkan keseimbangan ekosistem. Kerusakan ekologi harus segera diperbaiki agar bencana dan pandemi tidak menjadi ancaman permanen bagi kehidupan.

Ketika semua kekuatan masyarakat tengah fokus meredam penularan Covid-19, sejumlah daerah disergap ragam bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, terjangan gelombang tinggi dan potensi letusan gunung berapi. Hingga Kamis (21/1), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 185 bencana di sejumlah daerah. Tak kurang dari 127 peristiwa bencana banjir, 30 peristiwa tanah longsor dan beberapa peristiwa gempa bumi. Rentetan bencana itu menyebabkan 166 orang meninggal dunia, lebih dari 1.200 orang terluka, dan 1,3 juta orang yang terdampak harus mengungsi.

Gambaran kehidupan bersama pun tampak menjadi begitu suram karena penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri juga belum menunjukkan tanda-tanda menggembirakan. Pembatasan sosial yang diperketat di Jawa-Bali belum mampu menekan penularan Covid-19. Bahkan, dalam satu-dua hari ke depan, jumlah kasus positif Covid-19 akan menyentuh jumlah atau angka psikologis satu juta kasus. Soalnya, per Sabtu (23/1), akumulasi kasus positif Covid-19 di dalam negeri telah mencapai jumlah 977.474 pasien karena adanya tambahan 12.191 kasus baru pada hari itu.



Rentetan bencana dengan segala akibatnya, ditambah perkembangan pandemi Covid-19 , menjadi gambaran betapa berat dan rumitnya persoalan yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia di awal tahun 2021 ini. Betapa tidak; ketika krisis kesehatan dan resesi ekonomi belum tuntas ditangani, penderitaan sebagian masyarakat tereskalasi karena sejumlah bencana alam. Peristiwa banjir, tanah longsor hingga gempa bumi bisa dikatakan predictable karena selalu terjadi di bulan-bulan pertama setiap tahunnya. Namun, untuk awal 2021 sekarang ini, faktanya jelas sangat memprihatinkan karena banyaknya korban jiwa, korban luka dan kerusakan akibat rangkaian bencana itu terbilang luar biasa.

Sambil membantu para korban dan mereka yang terdampak langsung dari rangkain bencana itu, sejumlah daerah lainnya juga didorong mengantisipasi potensi bencana lainnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah berulangkali mengingatkan masyarakat untuk selalu mewaspadai cuaca ekstrim. Sebab, sepanjang Januari-Februari 2021, sebagian besar wilayah Indonesia, mencapai 94 persen dari 342 zona musim, sedang memasuki puncak musim hujan.

Selain itu, depresi tropis atau bibit siklon tropis di Samudra Hindia selatan berpotensi menimbulkan ancaman gelombang laut tinggi di sejumlah perairan, antara lain di Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar bagian selatan dan sejumlah perairan di wilayah timur Indonesia. Masyarakat juga diimbau terus mewaspadai aktivitas sejumlah gunung berapi. Sedikitnya enam gunung berapi dalam status siaga atau waspada. Antara lain gunung Api Ili Lewotolok (Lembata, Nusa Tenggara Timur), Gunung Api Merapi (Jawa Tengah), Gunung Api Sinabung (Sumatera Utara), Gunung Api Karangetang (Sulawesi Utara), Gunung Api Semeru (Jawa Timur), dan Gunung Api Anak Krakatau (Lampung).



Semua orang, baik yang sudah terdampak maupun belum terdampak bencana alam serta terpapar Covid-19, bisa merasakan langsung betapa alam semesta dan lingkungan hidup semakin kurang bersahabat. Tak hanya bencana, alam semesta juga menghadirkan ragam virus yang merusak kesehatan manusia. Sebaliknya, sejak puluhan tahun lalu, para ahli sudah mengingatkan bahwa manusia telah bertindak sembrono terhadap bumi. Agresivitas manusia mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) menyebabkan terjadinya kerusakan atau ketidakseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan itu menjadi sumber bencana dan pembiakan ragam virus.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2019 seconds (0.1#10.140)