Kelebihan dan Kekurangan Vaksin Sinovac, Begini Penjelasan ITAGI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki S Hadinegoro menyampaikan kelebihan dan kekurangan vaksin Sinovac yang saat ini mulai digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 di Tanah Air.
Sri mengatakan bahwa semua vaksin yang sudah disuntikkan ke dalam tubuh manusia maka kualitasnya akan menurun. “Apakah vaksin ini kalau sudah disuntik itu akan menurun? ya. Semua vaksin akan menurun,” ujar Sri dalam rapat kerja dengan DPR RI Komisi IX secara virtual, Selasa (19/1/2021). Baca juga: 25 Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac Positif COVID-19, Ini Kata Ridwan Kamil
Sri mengatakan sebetulnya vaksin dengan menggunakan virus yang hidup lebih bagus untuk meningkatkan antibodi. “Sebetulnya vaksin yang bagus yang akan menetap itu vaksin hidup,” katanya.
“Tetapi kalau kita lihat COVID-19 begitu ganas tidak mungkin kita membuat vaksin hidup. Nanti semuanya bukannya sehat tapi tambah sakit. Sehingga kita memakai rekayasa lain,” ungkap Sri.
Lalu, bagaimana dengan vaksin Sinovac? Sri mengatakan vaksin Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus COVID-19 yang mati sehingga kelebihannya adalah tidak akan menimbulkan penyakit.
“Ini sedikit saya menyinggung bahwa vaksin Sinovac itu adalah inactivated vaksin artinya vaksin ini dari virus mati. Jadi kalau virus mati tidak akan menimbulkan penyakit, itu konsepnya. Itu kebaikannya,” jelas Sri.
Sementara kata Sri, kekurangan atau kejelekan dari vaksin Sinovac adalah karena dia menggunakan virus mati maka akan ditambah zat kimia untuk merangsang antibodi. “Tapi kejelekannya pada umumnya tidak akan tinggi, karena dia mati. Maka dia harus ditambah suatu zat kimia supaya merangsang antibodinya menjadi naik.”
“Nah, tambahan zat inilah zat kimia yang kita sering pakai adalah aluminium hidroksida, ini yang sering sekali menimbulkan KIPI tadi. Jadi bukan virusnya tetapi namanya adjuvant, adjuvant inilah jadi bengkak di tempat suntikan, merah, nah ini nyeri,” sambung Sri.
Sehingga, kata Sri, ketika disuntikkan harus masuk ke dalam otot. “Makanya kemarin diributkan itu suntikannya Pak Jokowi kok nggak dalam, karena memang betul untuk inactivated harus masuk ke dalam otot,” katanya.
“Jadi untuk yang lemaknya tebal itu jarumnya harus panjang. Kalau tidak masuk ke dalam otot, tadi itu yang bikin bengkak, itu yang bikin sakit. Itu sebetulnya saja yang harus diperhatikan, alhamdulillah pada umumnya tidak dilaporkan,” pungkas Sri.
Sri mengatakan bahwa semua vaksin yang sudah disuntikkan ke dalam tubuh manusia maka kualitasnya akan menurun. “Apakah vaksin ini kalau sudah disuntik itu akan menurun? ya. Semua vaksin akan menurun,” ujar Sri dalam rapat kerja dengan DPR RI Komisi IX secara virtual, Selasa (19/1/2021). Baca juga: 25 Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac Positif COVID-19, Ini Kata Ridwan Kamil
Sri mengatakan sebetulnya vaksin dengan menggunakan virus yang hidup lebih bagus untuk meningkatkan antibodi. “Sebetulnya vaksin yang bagus yang akan menetap itu vaksin hidup,” katanya.
“Tetapi kalau kita lihat COVID-19 begitu ganas tidak mungkin kita membuat vaksin hidup. Nanti semuanya bukannya sehat tapi tambah sakit. Sehingga kita memakai rekayasa lain,” ungkap Sri.
Lalu, bagaimana dengan vaksin Sinovac? Sri mengatakan vaksin Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus COVID-19 yang mati sehingga kelebihannya adalah tidak akan menimbulkan penyakit.
“Ini sedikit saya menyinggung bahwa vaksin Sinovac itu adalah inactivated vaksin artinya vaksin ini dari virus mati. Jadi kalau virus mati tidak akan menimbulkan penyakit, itu konsepnya. Itu kebaikannya,” jelas Sri.
Sementara kata Sri, kekurangan atau kejelekan dari vaksin Sinovac adalah karena dia menggunakan virus mati maka akan ditambah zat kimia untuk merangsang antibodi. “Tapi kejelekannya pada umumnya tidak akan tinggi, karena dia mati. Maka dia harus ditambah suatu zat kimia supaya merangsang antibodinya menjadi naik.”
“Nah, tambahan zat inilah zat kimia yang kita sering pakai adalah aluminium hidroksida, ini yang sering sekali menimbulkan KIPI tadi. Jadi bukan virusnya tetapi namanya adjuvant, adjuvant inilah jadi bengkak di tempat suntikan, merah, nah ini nyeri,” sambung Sri.
Sehingga, kata Sri, ketika disuntikkan harus masuk ke dalam otot. “Makanya kemarin diributkan itu suntikannya Pak Jokowi kok nggak dalam, karena memang betul untuk inactivated harus masuk ke dalam otot,” katanya.
“Jadi untuk yang lemaknya tebal itu jarumnya harus panjang. Kalau tidak masuk ke dalam otot, tadi itu yang bikin bengkak, itu yang bikin sakit. Itu sebetulnya saja yang harus diperhatikan, alhamdulillah pada umumnya tidak dilaporkan,” pungkas Sri.
(kri)