Kasus COVID-19 Melonjak Drastis, LaporCovid-19 dan CISDI Serukan Darurat Layanan Kesehatan

Senin, 18 Januari 2021 - 13:02 WIB
loading...
Kasus COVID-19 Melonjak Drastis, LaporCovid-19 dan CISDI Serukan Darurat Layanan Kesehatan
Kasus COVID-19 di Tanah Air saat ini mendekati angka 1 juta kasus jika dalam beberapa hari kedepan kasus harian masih diatas 10 ribu kasus per hari. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kasus COVID-19 di Tanah Air saat ini mendekati angka 1 juta kasus jika dalam beberapa hari kedepan kasus harian masih diatas 10 ribu kasus per hari. Saat ini positif COVID-19 mencapai 907.929 kasus. Sementara kasus aktif COVID-19 saat ini 145.482 orang.

Kondisi ini membuat LaporCovid-19 dan CISDI mengeluarkan peringatan bahwa saat ini layanan kesehatan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dalam kondisi genting. Lonjakan kasus COVID-19 yang tak terkendali akan membuat rumah sakit tak mampu menampung pasien. Situasi ini mempengaruhi keselamatan masyarakat karena terhambatnya upaya penanganan segera, baik bagi pasien COVID-19 maupun non COVID-19.

Dalam waktu singkat (sejak akhir Desember 2020 hingga awal Januari 2021), LaporCovid19 mendapatkan total 23 laporan kasus pasien yang ditolak rumah sakit karena penuh, pasien yang meninggal di perjalanan, serta meninggal di rumah karena ditolak rumah sakit.

Baca Juga: 5 Peristiwa Genosida Paling Kejam Dalam Sejarah Modern

Misalnya, salah seorang keluarga pasien di Depok melaporkan, pada 3 Januari 2021, anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan COVID-19. Laporan datang dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Relawan Tim BantuWargaLaporCovid19, dr Tri Maharani mengatakan bahwa situasi layanan kesehatan sudah genting. “Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta. Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan pilkada serentak dan libur Nataru, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien,” ujaranya dari rilis yang diterima MNC Portal Indonesia, Senin (18/1/2021).

Selain itu, LaporCovid19 menemukan bahwa sistem rujuk antar fasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik, sistem informasi kapasitas rumah sakit tidak berfungsi. Banyak warga yang memerlukan penanganan kedaruratan kesehatan akibat terinfeksi COVID-19 tidak mengetahui harus ke mana.

Baca Juga: Agenda Jokowi Selama Berada di Kalsel

Kondisi ini, lanjut Tri, diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang belum kunjung diatasi, di antaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minimnya perlindungan tenaga kesehatan dan tidak tersedianya sistem informasi kesehatan yang diperbarui secara real-time.

“Di sisi lain, pekerjaan rumah Menteri Kesehatan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan belum kunjung terlihat nyata. Hingga saat ini setidaknya 620 tenaga kesehatan meninggal akibat terpapar COVID-19,” lanjutnya.

Jika tidak segera diatasi, menurut Tri akan semakin banyak warga yang meninggal hanya karena otoritas abai dalam memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan.

Sementara itu, Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda mendorong langkah-langkah drastis oleh pemerintah agar layanan kesehatan nasional tidak runtuh.

“Komunikasi publik yang berbasis bukti, fokus, dan tidak terdistorsi dengan narasi-narasi palsu harusnya sejak awal pandemi telah dilakukan. Ketidakmampuan pembuat kebijakan dalam membangun strategi maupun melaksanakan praktik komunikasi yang transparan dan akuntabel menyebabkan gagalnya masyarakat sepenuhnya menyadari kegawatan situasi pandemi ini,” katanya.

Hal ini menyebabkan upaya pemerintah menambah kapasitas tempat tidur dan tenaga kesehatan tidak akan pernah mencukupi kebutuhan layanan kesehatan di tingkat rujukan, untuk menampung jumlah pasien dalam kondisi sedang hingga berat dan kritis.

“Selain itu, perbaikan sistem informasi kesehatan sudah tidak mungkin ditunda lagi. Publik harus mendapatkan akses terhadap pendataan dan informasi dengan pembaruan real-time,” katanya.

Di tingkat layanan kesehatan primer, kata Olivia, pengendalian kasus dan penapisan pasien kritikal untuk dilakukan, di bawah narasi transformasi layanan kesehatan primer dan reformasi sistem kesehatan nasional. Berbagai inovasi di tingkat kesehatan primer dan rujukan melalui inovasi sosial maupun pemanfaatan teknologi seperti pengembangan telemedicine dan rumah sakit virtual COVID-19 akan membantu menetapkan skala prioritas penanganan pasien.

“Sesungguhnya saat ini kita tidak lagi mempunyai waktu. Kita harus kerahkan semua daya upaya demi menyelamatkan nyawa manusia,” tutupnya.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1433 seconds (0.1#10.140)