Ekosistem Pariwisata Berkelanjutan Pasca-Covid-19

Senin, 11 Januari 2021 - 05:35 WIB
loading...
Ekosistem Pariwisata Berkelanjutan Pasca-Covid-19
Ade Kadarisman (Foto: Istimewa)
A A A
Ade Kadarisman
Staf Pengajar Prodi Humas Fikom Unpad, Peneliti Unpad SDGs Center

MENJELANG akhir 2020, terjadi dua peristiwa penting yang terkait erat dengan dinamika perkembangan pariwisata di Tanah Air. Pertama, dilantiknya Sandiaga Salahuddin Uno oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Ini memberikan harapan baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini telah mengganggu semua aspek kehidupan. Kedua, adanya informasi dari Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengenai dilarangnya kedatangan warga negara asing dari semua negara untuk masuk ke Indonesia disebabkan oleh strain baru Covid-19.

Di dalam RPJMN Kemenparekraf 2020–2024 disebutkan sejumlah arah kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif, di antaranya pengembangan sektor pariwisata dan produk, pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis, pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang terintegrasi, pengelolaan dan pengembangan SDM dan kelembagaan pariwisata agar dapat menghasilkan SDM yang kompeten, unggul, dan siap bersaing. Selain itu mendorong kreativitas anak bangsa dengan berorientasi pada pergerakan ekonomi kerakyatan, mendorong berbagai riset, inovasi, kebijakan pariwisata yang berkualitas (quality tourism) serta mengedepankan birokrasi Kemenparekraf yang efektif dan profesional.

Saat ini pariwisata Indonesia sedang dalam penurunan drastis. Data Kemenparekaf menunjukkan bahwa per Agustus 2020, penurunan kunjungan wisatawan asing mencapai 89,22% atau hanya berjumlah 164.970 kunjungan. Dapat dirasakan dan terlihat sekali beberapa destinasi pariwisata menjadi sepi wisatawan asing, seperti Bali, Lombok, maupun beberapa daerah wisata lainnya. Sementara itu, hal yang sama dirasakan pula oleh mobilitas wisata wisatawan nasional.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2018 jumlah perjalanan wisatawan nasional mencapai 303,40 juta kali, pada 2019 mencapai 282,93 juta kali, dan diperkirakan pada 2020 menurun tajam seiring dengan berlakunya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah. Dengan berkurangnya kunjungan wisatawan tersebut maka akan berpengaruh kepada aspek lainnya seperti UMKM dan ekonomi kreatif masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pula pada ekonomi negara. Hal ini seperti efek domino, ketika satu balok jatuh maka balok yang lain pun akan jatuh pula.

Inovasi dan SDM
Sandiaga Uno menekankan penguatan tiga aspek yakni inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Inovasi yang akan diciptakan dalam penguatan pariwisata dan ekonomi kreatif adalah menciptakan big data digital yang berisi potensi-potensi dari berbagai daerah mulai dari bidang kuliner, fashion, kesenian, infrastruktur dan lain sebagainya. Tujuannya agar dapat dipetakan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif di setiap daerah, serta dilakukan penguatan pariwisata, ekonomi kreatif, dan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Adaptasi merupakan salah satu cara untuk berkegiatan di tengah pandemi korona (Covid-19).

Saat pandemi maupun pasca-Covid-19, wisatawan akan lebih memperhatikan tingkat keselamatan saat melakukan kegiatan wisata. Menerapkan protokol CHSE (Clealiness, Health, Safety, and Environmental Sutainablity) di setiap destinasi wisata adalah cara untuk beradaptasi pasca-Covid-19 dan perlahan menggerakkan kembali kegiatan wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan menjadi cara untuk bertahan dan keluar dari jeratan pandemi ini.

Kolaborasi juga dapat dilakukan dengan perguruan tinggi untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki kompetensi yang tinggi, dan dapat bersaing di dunia kerja. Pengembangan kualitas SDM pun dapat dilakukan dengan vokasi dan peningkatan soft skill SDM.

Tantangan industri pariwisata saat ini adalah bagaimana cara meningkatkan kembali jumlah wisatawan di tengah pandemi sehingga dapat membantu keadaan ekonomi negara. Data CSIS menyebutkan bahwa proyeksi ekonomi secara umum di Indonesia apabila Covid-19 tidak dapat tertangani secara maksimal akan berkisar pada 0-1,99 %. Namun, apabila masih dapat tertangani pun akan berada di kisaran 4-4,99 % dan masih di bawah target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah yaitu 5,3%.

Bappenas menyebutkan bahwa PDB yang dapat dihasilkan oleh sektor pariwisata akan kembali normal pada 2024, namun itu pun masih di bawah angka 4,7 % yang telah dihasilkan pada 2019.

Di lain pihak Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan selama 14 hari, yaitu pada 1-14 Januari 2021 akan menutup sementara masuknya warga negara asing dari semua negara ke Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak kepada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta menjadi tantangan baru. Karena itu perlu kebijakan yang cepat dan adaptif agar roda pariwisata terus berputar, tentunya dengan memprioritaskan protokol CHSE yang telah ditetapkan oleh pemerintah di destinasi-destinasi wisata.

Di beberapa media diberitakan pula, menjelang 2021 terdapat sekitar 2.000 orang WNI/ WNA yang datang dari luar negeri dan masuk ke Indonesia. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bersama untuk mencegah strain baru Covid-19 menyebar di Indonesia.

Ekosistem Pariwisata
Era new normal saat ini akan memberikan peluang bagi setiap pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif untuk dapat mencari celah dan mendapatkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Sandiaga Uno menyebutkan pivot and rebound merupakan salah satu strategi yang dapat menjadi solusi. Strategi pivot yaitu melihat peluang yang ada di masa pandemi, seperti di bidang kuliner, kesehatan, digital, dan lain sebagainya yang menjadi prioritas utama masyarakat saat ini.

Strategi rebound adalah strategi yang dilakukan dengan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan apabila pandemi telah berakhir, sehingga usaha yang dilakukan tidak berhenti dan akan terus berjalan. Pergantian tahun ke 2021 menjadi peluang besar bagi Indonesia, karena tahun ini telah ditetapkan menjadi Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Dunia oleh PBB. Ini merupakan kesempatan besar bagi pelaku ekonomi kreatif Indonesia untuk memperkenalkan produknya dan ikut bersaing di dalam maupun luar negeri.

Pariwisata dan ekonomi kreatif berkelanjutan merupakan kegiatan yang mengutamakan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat sehingga dapat dirasakan pula oleh generasi yang akan datang. Hal ini pun merupakan dukungan dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030.

Hal ini berarti bahwa dalam pengelolaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif perlu mengedepankan kearifan lokal sebagai identitas bangsa dan daya tarik Indonesia kepada dunia. UNWTO mengartikan pariwisata berkelanjutan sebagai kegiatan wisata yang memperhatikan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang dapat dirasakan oleh generasi hari ini dan yang akan datang.

Selain itu hal ini juga termasuk ke dalam tiga pilar utama SDGs, yaitu people, planet, dan prosperity di mana pariwisata dan ekonomi kreatif berkelanjutan akan meningkatkan taraf ekonomi, khususnya masyarakat sekitar tempat wisata sehingga membantu untuk keluar dari garis kemiskinan, kelaparan dan mendapatkan hak hidup yang layak dan sejahtera. Dengan pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan maka lingkungan akan diperhatikan dan dilindungi dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab, sehingga alam yang asri pun akan dirasakan pula oleh generasi mendatang.

Terkait hal tersebut di atas, dalam upaya menciptakan ekosistem pariwisata berkelanjutan pasca-Covid-19 maka perlu dipertimbangkan beberapa hal. Pertama, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat dalam menyusun kebijakan yang terintegrasi, serta menghilangkan ego sektoral, Kedua, optimalisasi digitalisasi UMKM sehingga marketplace produk UMKM dari Sabang sampai Merauke dapat mudah diakses pasar.

Ketiga, kebijakan strategis pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif terutama dalam melindungi kesehatan wisatawan agar tetap terlindungi dari paparan Covid-19. Salah satu kebijakannya yaitu mewajibkan seluruh wisatawan untuk membawa surat hasil uji lab dengan keterangan non reaktif/negatif Covid-19. Keempat, kolaborasi pentahelix antar-kementerian/lembaga, perguruan tinggi, industri, komunitas dan media secara intensif sehingga agenda mengembangkan pariwisata yang berkualitas, membuka lapangan pekerjaan hingga menghidupkan kembali perekonomian, dapat berjalan baik.

Dengan hal-hal tersebut di atas diharapkan dapat tercipta ekosistem pariwisata berkelanjutan pasca-Covid-19 dengan tetap memperhatikan dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya. Dengan begitu pariwisata dan ekonomi kreatif dapat bangkit kembali dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1218 seconds (0.1#10.140)