Kehebohan Netizen dan Aroma Politik di Balik Blusukan Risma
loading...
A
A
A
JAKARTA - Blusukan yang dilakukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma di wilayah ibu kota belakangan ini menuai respons yang beragam dari masyarakat.
Aksi mantan Wali Kota Surabaya yang biasa disapa Bu Risma ini ramai dibicarakan di media sosial. Polemik tidak terhindarkan. Ada yang menilai positif blusukan Risma , adapula yang menyindir dan mengkritik.
(Baca juga : Akun Twitter Disuspend, Trump Gunakan Akun @POTUS 'Kami Tak Bisa Dibungkam!' )
Polemik semakit sengit ketika terungkap tunawisma yang diajak bicara Risma saat blusukan diduga memiliki pekerjaan, meskipun belakangan Risma menegaskan aksinya itu bukan settingan. ( )
Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Kunto Adi Wibowo menilai kritikan pengguna media sosial atau netizen terhadap aksi blusukan Risma di wilayah Jakarta masuk akal.
"Karena, sebagai Menteri Sosial, problem dia itu kan sebenarnya lebih ke kebijakan, kalau Mensosnya kemarin problemnya adalah korupsi Bansos, karena kurangnya transparansi, tidak ter-update-nya data penerima Bansos dan segala macamnya, harusnya dia benahi itu dulu," tutur Kunto kepada SINDOnews, Jumat 8 Januari 2021.( )
Oleh karena itu, sambung dia, wajar jika netizen melihat blusukan Risma sebagai gimmick. "Enggak ada relevansinya dengan jabatannya sebagai Menteri Sosial," tuturnya.
(Baca juga : Akun Twitternya Like Akun Porno, Beredar Surat Fadli Zon Dipolisikan )
Dia pun menilai blusukan Risma di wilayah Jakarta beraroma politis. "Banyak orang sudah menduga ketika Bu Risma ditunjuk sebagai Mensos oleh Pak Jokowi, ini Pak Jokowi sedang persiapkan jago-jago untuk 2024, termasuk ada nama Sandiaga Uno juga di situ, nah ini yang kelihatan apakah Bu Risma akan ke DKI Jakarta atau ke RI 1," katanya.( )
Menurut dia, sangat mungkin cara-cara yang dilakukan Presiden Jokowi yakni blusukan akan ditiru Risma. "Kalau Bu Risma bisa meyakinkan partai politiknya untuk mendukung dia di DKI 1 kemudian langsung ke RI 1. Tapi apakah sejarah bisa berulang, tentu saja bisa, masalahnya apakah pemilih akan percaya dengan gimmick yang sama itu, belum tentu. Nyatanya akhir-akhir ini kan banyak kritik di media sosial tentang apa yang dilakukan Bu Risma," pungkasnya.
(Baca juga : Presiden Disebut-sebut Sudah Kantongi Satu Nama Calon Kapolri )
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai warganet atau netizen yang meributkan blusukan Risma itu tidak punya pekerjaan.
"Kerjanya ngeributin orang yang blusukan, menghadap-hadapkan Risma dengan Anies (Baswedan-red)," ujar Adi Prayitno kepada SINDOnews, Jumat 8 Januari 2021.( )
Padahal, kata dia, tidak ada untungnya menghadap-hadapkan Risma dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. "Ya Pilpres sudah selesai. Pilkada Jakarta di 2022 belum tentu ada," ungkapnya.
Adi melihat netizen pendukung pemerintah maupun oposisi seringkali meributkan hal yang tidak penting. "Enggak ada gunanya," ujarnya.
Namun, Adi bisa memahami mengapa pendukung oposisi dan pemerintah seringkali meributkan hal yang tidak penting di Medsos. "Karena enggak punya pekerjaan, di tengah pandemi ini kan semua pendukung ini jadi aktivis rebahan semua, yang main-main medsos gitu. Energi mereka habiskan dengan saling dukung mendukung, saling menjatuhkan begitu," katanya.
Adi pun yakin, antara Anies Baswedan dengan Risma tidak merasa sedang berkompetisi. "Saya yakin secara individu, secara pribadi Anies dan Risma merasa tidak berkompetisi, tidak merasa saling adu kuat, ini kerjaan para pendukung atau netizen aja kan yang saya sebut enggak ada kerjaan, enggak penting yang diributin," katanya.
Aksi mantan Wali Kota Surabaya yang biasa disapa Bu Risma ini ramai dibicarakan di media sosial. Polemik tidak terhindarkan. Ada yang menilai positif blusukan Risma , adapula yang menyindir dan mengkritik.
(Baca juga : Akun Twitter Disuspend, Trump Gunakan Akun @POTUS 'Kami Tak Bisa Dibungkam!' )
Polemik semakit sengit ketika terungkap tunawisma yang diajak bicara Risma saat blusukan diduga memiliki pekerjaan, meskipun belakangan Risma menegaskan aksinya itu bukan settingan. ( )
Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Kunto Adi Wibowo menilai kritikan pengguna media sosial atau netizen terhadap aksi blusukan Risma di wilayah Jakarta masuk akal.
"Karena, sebagai Menteri Sosial, problem dia itu kan sebenarnya lebih ke kebijakan, kalau Mensosnya kemarin problemnya adalah korupsi Bansos, karena kurangnya transparansi, tidak ter-update-nya data penerima Bansos dan segala macamnya, harusnya dia benahi itu dulu," tutur Kunto kepada SINDOnews, Jumat 8 Januari 2021.( )
Oleh karena itu, sambung dia, wajar jika netizen melihat blusukan Risma sebagai gimmick. "Enggak ada relevansinya dengan jabatannya sebagai Menteri Sosial," tuturnya.
(Baca juga : Akun Twitternya Like Akun Porno, Beredar Surat Fadli Zon Dipolisikan )
Dia pun menilai blusukan Risma di wilayah Jakarta beraroma politis. "Banyak orang sudah menduga ketika Bu Risma ditunjuk sebagai Mensos oleh Pak Jokowi, ini Pak Jokowi sedang persiapkan jago-jago untuk 2024, termasuk ada nama Sandiaga Uno juga di situ, nah ini yang kelihatan apakah Bu Risma akan ke DKI Jakarta atau ke RI 1," katanya.( )
Menurut dia, sangat mungkin cara-cara yang dilakukan Presiden Jokowi yakni blusukan akan ditiru Risma. "Kalau Bu Risma bisa meyakinkan partai politiknya untuk mendukung dia di DKI 1 kemudian langsung ke RI 1. Tapi apakah sejarah bisa berulang, tentu saja bisa, masalahnya apakah pemilih akan percaya dengan gimmick yang sama itu, belum tentu. Nyatanya akhir-akhir ini kan banyak kritik di media sosial tentang apa yang dilakukan Bu Risma," pungkasnya.
(Baca juga : Presiden Disebut-sebut Sudah Kantongi Satu Nama Calon Kapolri )
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai warganet atau netizen yang meributkan blusukan Risma itu tidak punya pekerjaan.
"Kerjanya ngeributin orang yang blusukan, menghadap-hadapkan Risma dengan Anies (Baswedan-red)," ujar Adi Prayitno kepada SINDOnews, Jumat 8 Januari 2021.( )
Padahal, kata dia, tidak ada untungnya menghadap-hadapkan Risma dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. "Ya Pilpres sudah selesai. Pilkada Jakarta di 2022 belum tentu ada," ungkapnya.
Adi melihat netizen pendukung pemerintah maupun oposisi seringkali meributkan hal yang tidak penting. "Enggak ada gunanya," ujarnya.
Namun, Adi bisa memahami mengapa pendukung oposisi dan pemerintah seringkali meributkan hal yang tidak penting di Medsos. "Karena enggak punya pekerjaan, di tengah pandemi ini kan semua pendukung ini jadi aktivis rebahan semua, yang main-main medsos gitu. Energi mereka habiskan dengan saling dukung mendukung, saling menjatuhkan begitu," katanya.
Adi pun yakin, antara Anies Baswedan dengan Risma tidak merasa sedang berkompetisi. "Saya yakin secara individu, secara pribadi Anies dan Risma merasa tidak berkompetisi, tidak merasa saling adu kuat, ini kerjaan para pendukung atau netizen aja kan yang saya sebut enggak ada kerjaan, enggak penting yang diributin," katanya.
(dam)