Kemesraan Dua Ikon NU-Muhammadiyah, Prof Mu'ti Hadiahi Gus Yaqut Buku
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemandangan menarik tersaji di antara dua tokoh yang menjadi ikon dua organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah , yakni Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Abdul Mu'ti.
Jumat (8/1/2021) siang, selepas salat Jumat, keduanya menggelar pertemuan santai di Resto Wiro Sableng Garden, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pertemuan yang hangat itu tersaji dengan balutan santap siang. Beragam menu seafood. Kebetulan, keduanya mengaku menggemari menu seafood. Pertemuan pun berlangsung sangat gayeng diiring dengan berbagai obrolan ringan namun mencerdaskan dan bergizi, serta diselingi dengan gelak tawa. (Baca juga: Dubes Inggris Bahas Kerja Sama Perubahan Iklim dengan NU dan Muhammadiyah)
Latar belakang keduanya yang banyak kesamaan, terutama kesamaan kultur kedaerahan, di mana Gus Yaqut lahir di Rembang, Jawa Tengah dan Mu'ti yang berasal dari kota yang berdekatan, yakni Kudus, membuat obrolan keduanya berlangsung renyah. (Baca juga: MUI, PBNU hingga Muhammadiyah Apresiasi Pilkada Aman dan Lancar)
Gus Yaqut, tokoh muda NU yang kini dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi, membagikan peristiwa santap siang itu di akun Facebook miliknya @Yaqut Cholil Qoumas. Ada beberapa foto yang diunggah dan menunjukkan kehangatan pertemuan itu. Bahkan, putra dari KH Cholil Bisri ini menyebut obrolan yang dilakukan bersama Prof Mu'ti sebagai obrolan yang mencerdaskan dan bergizi. "Siang tadi sempat makan siang bareng Mas Prof Abdul Mu'ti, Sekum PP Muhammadiyah. Banyak obrolan yang mencerdaskan dan bergizi tinggi," tulisnya.
Gus Yaqut mengaku semakin terkesan karena ketika hendak pulang, Mu'ti juga menghadiahi sahabatnya itu buku karangannya disertai dengan tanda tangan. "Pulangnya masih juga dapat hadiah buku yang relevan dengan tugas sehari-hari di kementerian. Benar2 Jumat berkah," cuit Gus Yaqut.
Satu buku berjudul "TOLERANSI YANG OTENTIK: Menghadirkan Nilai Kemanusiaan dan Keterbukaan dalam Beragama, Berpolitik, dan Peradaban Global" yang ditulis Abdul Mu'ti sendiri, dan satu buku berjudul PLURALISME POSITIF: Konsep dan Implementasi dalam Pendidikan Muhammadiyah karangan Mu'ti bersama Azaki Khoirudin, serta buku Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam berjudul Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis: Basis Nilai dan Arah Pembaharuan. "Kagem Gus Yaqut, Semoga Bermanfaat," tulis Mu'ti dalam lembaran pertama buku yang dihadiahkan kepada Gus Yaqut disertai dengan tanda tangan.
Ditanya mengenai pertemuan tersebut, Gus Yaqut mengaku itu sebenarnya hanya silaturahmi biasa. "Itu silaturahmi biasa. Pertemuan dengan makan siang. Santap seafood. Kami berdua suka sekali dengan seafood," tutur mantan anggota DPR RI ini.
Gus Yaqut mengaku sudah sangat kenal dekat dengan Mu'ti, bahkan sebagai sahabat dekat. Pertemuan pun banyak diisi dengan canda tawa dan berbagi joke. "Ya layaknya guyonan khas pesantren. Saya suka guyon khas NU, dan Prof Mu'ti dulu juga belajarnya di madrasah, belajar kitab kuning juga. Bahkan beliau mengaku belajar salat atau fasholatan dari kitab Al Ibriz yang dikarang kakek saya, KH Bisri Mustofa," tuturnya.
Gus Yaqut juga menceritakan bahwa Prof Mu'ti sebagai salah satu tokoh sentral Muhammadiyah, ternyata sangat akrab dan sering bergumul dengan tokoh-tokoh NU seperti Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang sebelumnya juga menjadi Ketum GP Ansor. "Dalam beberapa kegiatan Ansor, Pak Mu'ti juga kerap ikut tahlilan," katanya.
Dengan nada bercanda, Mu'ti bahkan mengaku sering disebut lebih fasih dalam membaca tahlilan dibanding Gus Ipul. "Saya malah dibilang lebih fasih tahlilan ketimbang Gus Ipul. Hahaha," cetus Mu'ti seperti ditirukan Gus Yaqut.
Dalam kesempatan itu, selain silaturahmi kedua tokoh ini berdiskusi soal harapan Gus Yaqut tentang Kemenag Baru, bagaimana lembaga yang dipimpinnya bisa memberi perhatian lebih pada manajemen pelayanan publik dan tata kelola birokrasi, penguatan moderasi beragama, dan mengokohkan persaudaraan antarumat.
Sementara itu, Mu'ti mengatakan bahwa pertemuan yang dibalut makan siang usai salat Jumat itu sebagai bentuk perwujudan silaturrahim dan juga silatul fikri atau tukar menukar gagasan masalah keumatan dan kebangsaan, serta bagaimana Kementerian Agama dapat berperan lebih besar sebagai rumah bersama seluruh umat beragama. "Ini bukan pertemuan Muhammadiyah dengan NU, lebih sebagai pertemuan sahabat dan bagaimana para pejabat negara menyerap aspirasi rakyat dan masyarakat," tuturnya.
Dikatakan guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, pertemuan tersebut justru lebih banyak diisi dengan pembicaraan yang ringan saja. "Bicara enteng-entengan (ringan). Dan karena pertemuan sambil makan, jadi lebih banyak bicara makanan, he he," katanya.
Mu'ti juga berharap Gus Yaqut dapat memikirkan jalan terbaik terkait pelaksanaan ibadah haji di masa pandemi tahun ini.
Jumat (8/1/2021) siang, selepas salat Jumat, keduanya menggelar pertemuan santai di Resto Wiro Sableng Garden, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pertemuan yang hangat itu tersaji dengan balutan santap siang. Beragam menu seafood. Kebetulan, keduanya mengaku menggemari menu seafood. Pertemuan pun berlangsung sangat gayeng diiring dengan berbagai obrolan ringan namun mencerdaskan dan bergizi, serta diselingi dengan gelak tawa. (Baca juga: Dubes Inggris Bahas Kerja Sama Perubahan Iklim dengan NU dan Muhammadiyah)
Latar belakang keduanya yang banyak kesamaan, terutama kesamaan kultur kedaerahan, di mana Gus Yaqut lahir di Rembang, Jawa Tengah dan Mu'ti yang berasal dari kota yang berdekatan, yakni Kudus, membuat obrolan keduanya berlangsung renyah. (Baca juga: MUI, PBNU hingga Muhammadiyah Apresiasi Pilkada Aman dan Lancar)
Gus Yaqut, tokoh muda NU yang kini dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi, membagikan peristiwa santap siang itu di akun Facebook miliknya @Yaqut Cholil Qoumas. Ada beberapa foto yang diunggah dan menunjukkan kehangatan pertemuan itu. Bahkan, putra dari KH Cholil Bisri ini menyebut obrolan yang dilakukan bersama Prof Mu'ti sebagai obrolan yang mencerdaskan dan bergizi. "Siang tadi sempat makan siang bareng Mas Prof Abdul Mu'ti, Sekum PP Muhammadiyah. Banyak obrolan yang mencerdaskan dan bergizi tinggi," tulisnya.
Gus Yaqut mengaku semakin terkesan karena ketika hendak pulang, Mu'ti juga menghadiahi sahabatnya itu buku karangannya disertai dengan tanda tangan. "Pulangnya masih juga dapat hadiah buku yang relevan dengan tugas sehari-hari di kementerian. Benar2 Jumat berkah," cuit Gus Yaqut.
Satu buku berjudul "TOLERANSI YANG OTENTIK: Menghadirkan Nilai Kemanusiaan dan Keterbukaan dalam Beragama, Berpolitik, dan Peradaban Global" yang ditulis Abdul Mu'ti sendiri, dan satu buku berjudul PLURALISME POSITIF: Konsep dan Implementasi dalam Pendidikan Muhammadiyah karangan Mu'ti bersama Azaki Khoirudin, serta buku Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam berjudul Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis: Basis Nilai dan Arah Pembaharuan. "Kagem Gus Yaqut, Semoga Bermanfaat," tulis Mu'ti dalam lembaran pertama buku yang dihadiahkan kepada Gus Yaqut disertai dengan tanda tangan.
Ditanya mengenai pertemuan tersebut, Gus Yaqut mengaku itu sebenarnya hanya silaturahmi biasa. "Itu silaturahmi biasa. Pertemuan dengan makan siang. Santap seafood. Kami berdua suka sekali dengan seafood," tutur mantan anggota DPR RI ini.
Gus Yaqut mengaku sudah sangat kenal dekat dengan Mu'ti, bahkan sebagai sahabat dekat. Pertemuan pun banyak diisi dengan canda tawa dan berbagi joke. "Ya layaknya guyonan khas pesantren. Saya suka guyon khas NU, dan Prof Mu'ti dulu juga belajarnya di madrasah, belajar kitab kuning juga. Bahkan beliau mengaku belajar salat atau fasholatan dari kitab Al Ibriz yang dikarang kakek saya, KH Bisri Mustofa," tuturnya.
Gus Yaqut juga menceritakan bahwa Prof Mu'ti sebagai salah satu tokoh sentral Muhammadiyah, ternyata sangat akrab dan sering bergumul dengan tokoh-tokoh NU seperti Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang sebelumnya juga menjadi Ketum GP Ansor. "Dalam beberapa kegiatan Ansor, Pak Mu'ti juga kerap ikut tahlilan," katanya.
Dengan nada bercanda, Mu'ti bahkan mengaku sering disebut lebih fasih dalam membaca tahlilan dibanding Gus Ipul. "Saya malah dibilang lebih fasih tahlilan ketimbang Gus Ipul. Hahaha," cetus Mu'ti seperti ditirukan Gus Yaqut.
Dalam kesempatan itu, selain silaturahmi kedua tokoh ini berdiskusi soal harapan Gus Yaqut tentang Kemenag Baru, bagaimana lembaga yang dipimpinnya bisa memberi perhatian lebih pada manajemen pelayanan publik dan tata kelola birokrasi, penguatan moderasi beragama, dan mengokohkan persaudaraan antarumat.
Sementara itu, Mu'ti mengatakan bahwa pertemuan yang dibalut makan siang usai salat Jumat itu sebagai bentuk perwujudan silaturrahim dan juga silatul fikri atau tukar menukar gagasan masalah keumatan dan kebangsaan, serta bagaimana Kementerian Agama dapat berperan lebih besar sebagai rumah bersama seluruh umat beragama. "Ini bukan pertemuan Muhammadiyah dengan NU, lebih sebagai pertemuan sahabat dan bagaimana para pejabat negara menyerap aspirasi rakyat dan masyarakat," tuturnya.
Dikatakan guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, pertemuan tersebut justru lebih banyak diisi dengan pembicaraan yang ringan saja. "Bicara enteng-entengan (ringan). Dan karena pertemuan sambil makan, jadi lebih banyak bicara makanan, he he," katanya.
Mu'ti juga berharap Gus Yaqut dapat memikirkan jalan terbaik terkait pelaksanaan ibadah haji di masa pandemi tahun ini.
(cip)