Ditanya soal Politik Indonesia, Shamsi Ali Ungkap Sejarah Kekuasaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kendati hidup jauh dari Indonesia, Shamsi Ali selalu memperhatikan dinamika politik di Tanah Air. Hal itu pun ditanyakan Refly Harun saat berbincang dengan mantan Imam Besar Komunitas Muslim New York, Amerika Serikat ini.
Menurut dia, dari perspektif agama memang tercatat masa-masa di mana kekuasaan mengalami kepanikan. Sebagai contoh Shamsi Ali mengingatkan kisah Firaun, yang dengan segala kekuasaannya takut menghadapi Musa. Begitu juga dengan Raja Namrud ketika berhadapan dengan Ibrahim.
”Namrud yang begitu kuat, yang merasa bisa melawan Tuhan, ketika dihadapi oleh Ibrahim, panik juga kan?” tutur pendiri Nusantara Foundation di Amerika Serikat itu dalam perbincangannya dengan Refly Harun yang diunggah di Youtube, Kamis (24/12/2020).
(Baca:Sindir Pemimpin Dunia, Imam Shamsi Ali: Saat Semua Berakhir, Apa Yang Dibanggakan?)
Saking paniknya, lanjut Shamsi Ali, Namrud sampai meminta rakyatnya untuk membantu tuhan-tuhan mereka. Karena sudah kehabisan akal, kehabisan logika, maka jalan satu-satunya adalah menghabisi Ibrahim. Maka dia lempar Ibrahim ke dalam api.
”Nah itu adalah kepanikan kekuasaan yang terjadi dalam sejarah. Saya tidak mengatakan di Indonesia ada kepanikan itu, saya mengungkapkan saja bahwa dalam sejarah sering terjadi kepanikan seperti itu. Itu kalau dari sisi agama,” ujar Shamsi Ali.
Dari aspek pandangan politik dan demokrasi, Shamsi Ali membaca Indonesia masih harus belajar lebih dewasa dan jujur. Menurut dia, Indonesia sudah sepakat menganut sistem demokrasi. Ini berarti siapa pun yang menang dalam sebuah kontestasi pemilihan pemimpin harus diterima semua orang dan siap membenarkan yang keliru.
”Dan mereka yang terpilih harus sadar bahwa mereka dipilih oleh rakyat,” katanya.
(Baca:Perombakan Kabinet Dinilai Masih Menunjukkan Politik Transaksional)
Lantaran dipilih rakyat, rakyatlah yang sebenarnya pemlik otoritas kekuasaan tertinggi. Rakyat punya hak untuk mengoreksi penguasa dan kekuasaan. ”Dan oleh karenanya, jangan sampai di sisi kita menerima demokrasi sebagai sistem politik, tapi di sisi lain kita alergi terhadap kritik. Itu kan ketidakjujuran terhadap demokrasi. Kalau tidak mau dikritik, tidak mau dibenarkan, ya sudah kita sudah tidak demokrasi lagi,” tutur pria berdarah Bugis-Makassar ini.
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Shamsi Ali menekanan bahwa kejujuran dan keadilan mesti dimiliki bangsa Indonesia. Situlah satu-satunya tips agar Indonesia mampu bertahan. ”Dari dulu sampai kiamat nanti, kalau kejujuran sudah tidak ada, keadilan tidak lagi diindahkan, maka itu merupakan awal kehancuran sebuah bangsa,” kata Shamsi Ali.
Menurut dia, dari perspektif agama memang tercatat masa-masa di mana kekuasaan mengalami kepanikan. Sebagai contoh Shamsi Ali mengingatkan kisah Firaun, yang dengan segala kekuasaannya takut menghadapi Musa. Begitu juga dengan Raja Namrud ketika berhadapan dengan Ibrahim.
”Namrud yang begitu kuat, yang merasa bisa melawan Tuhan, ketika dihadapi oleh Ibrahim, panik juga kan?” tutur pendiri Nusantara Foundation di Amerika Serikat itu dalam perbincangannya dengan Refly Harun yang diunggah di Youtube, Kamis (24/12/2020).
(Baca:Sindir Pemimpin Dunia, Imam Shamsi Ali: Saat Semua Berakhir, Apa Yang Dibanggakan?)
Saking paniknya, lanjut Shamsi Ali, Namrud sampai meminta rakyatnya untuk membantu tuhan-tuhan mereka. Karena sudah kehabisan akal, kehabisan logika, maka jalan satu-satunya adalah menghabisi Ibrahim. Maka dia lempar Ibrahim ke dalam api.
”Nah itu adalah kepanikan kekuasaan yang terjadi dalam sejarah. Saya tidak mengatakan di Indonesia ada kepanikan itu, saya mengungkapkan saja bahwa dalam sejarah sering terjadi kepanikan seperti itu. Itu kalau dari sisi agama,” ujar Shamsi Ali.
Dari aspek pandangan politik dan demokrasi, Shamsi Ali membaca Indonesia masih harus belajar lebih dewasa dan jujur. Menurut dia, Indonesia sudah sepakat menganut sistem demokrasi. Ini berarti siapa pun yang menang dalam sebuah kontestasi pemilihan pemimpin harus diterima semua orang dan siap membenarkan yang keliru.
”Dan mereka yang terpilih harus sadar bahwa mereka dipilih oleh rakyat,” katanya.
(Baca:Perombakan Kabinet Dinilai Masih Menunjukkan Politik Transaksional)
Lantaran dipilih rakyat, rakyatlah yang sebenarnya pemlik otoritas kekuasaan tertinggi. Rakyat punya hak untuk mengoreksi penguasa dan kekuasaan. ”Dan oleh karenanya, jangan sampai di sisi kita menerima demokrasi sebagai sistem politik, tapi di sisi lain kita alergi terhadap kritik. Itu kan ketidakjujuran terhadap demokrasi. Kalau tidak mau dikritik, tidak mau dibenarkan, ya sudah kita sudah tidak demokrasi lagi,” tutur pria berdarah Bugis-Makassar ini.
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Shamsi Ali menekanan bahwa kejujuran dan keadilan mesti dimiliki bangsa Indonesia. Situlah satu-satunya tips agar Indonesia mampu bertahan. ”Dari dulu sampai kiamat nanti, kalau kejujuran sudah tidak ada, keadilan tidak lagi diindahkan, maka itu merupakan awal kehancuran sebuah bangsa,” kata Shamsi Ali.
(muh)