Plastik Biodegradable Gagal Menjadi Solusi Masalah Lingkungan

Sabtu, 19 Desember 2020 - 06:40 WIB
loading...
A A A
Salah satu direktur Grantham Centre for Sustainable Future University of Sheffield, Dr Rachael Rothman, mengatakan plastik biodegradable sama saja dengan plastik sekali pakai. Bahkan, di Eropa, masyarakat mulai mengenal bioplastik. Meski mirip, keduanya tidak sama mengingat bioplastik belum tentu dapat terurai.



Secara global, infrastruktur industri yang diperlukan untuk mengolah limbah plastik biodegradable tidak memadai. Skalanya juga jauh lebih kecil dibandingkan volume sampah yang perlu diolah. "Limbah plastik biodegradable hanya dapat terurai dengan suhu panas 60 derajat Celsius. Ini merupakan masalah," kata Rothman.

Berdasarkan studi yang dipublikasi di Sciences Advances pada akhir 2019, Amerika Serikat (AS) merupakan negara pembuang sampah plastik terbesar di dunia, disusul India dan China. Secara kolektif, Uni Eropa (UE) juga berada di posisi kedua meskipun jumlah penduduknya hanya 40% dari penduduk India-China.

AS membersihkan sampah plastik mereka dengan "membuangnya" ke negara lain sesuai kesepakatan harga. Namun, informasi itu tidak detail. China sendiri telah menjadi tempat pembuangan sampah dari negara lain seperti Jepang, AS, dan Eropa dengan jumlah sampah mencapai 7 juta ton dalam 12 bulan pada 2017.

Sejak saat itu, China melarang impor 24 jenis sampah, termasuk sampah plastik. Namun, Indonesia, Filipina, dan Malaysia yang negaranya sendiri kesulitan mengelola sampah plastik dalam negeri harus menampung "pembuangan" sampah dari luar negeri. Permasalahan ini sungguh memprihatinkan. (muh shamil)
(abd)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2457 seconds (0.1#10.140)