Gatot Nurmantyo Ajak Masyarakat Hlangkan Sebutan Kadrun-Kampret
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengajak seluruh anak bangsa untuk tidak saling merendahkan satu sama lain dengan menggunakan sebutan "kadrun" maupun "kampret".
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kedua nama binatang tersebut menjadi cukup populer digunakan akibat dari pembelahan politik yang cukup kuat terjadi sejak gelaran Pilkada DKI Jakarta dan berlanjut hingga sekarang, terutama di media sosial (medsos).
"Saya mengimbau, secara sadar atau tidak sadar, sengaja ataupun tidak sengaja, kita anak bangsa ini sudah merendahkan bahkan melecehkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mempunyai sebutan masing-masing. Ada yang menyebutkan 'kadrun', ada yang menyebutkan 'kampret', itu kan nama-nama binatang. Padahal itu kan ciptaan Tuhan, kita manusia sama," ujarnya melalui siaran video yang diunggah Gatot Nurmantyo di akun @nurmantyo_gatot, dikutip Kamis (17/12/2020).
(Baca: Selain 4 Orang Ini, Nama Gatot, JK dan HRS Diprediksi Masuk Bursa Capres 2024)
Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini mengajak seluruh anak bangsa untuk bernegara dengan santun dan menghilangkan kata-kata 'kadrun' dan 'kampret'.
"Mari sama-sama, kita bernegara dengan santun. Hilangkan kata-kata seperti itu. Kembalilah kepada bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi melalui kata-kata 'Mas', 'Kakak', 'Abang', panggilan 'Ucok', dan sebagainya sehingga bangsa melihat kita sebagai bangsa yang terhormat," tuturnya.
Pendiri Drone Emprit (DE), Ismail Fahmi melalui akun @ismailfahmi yang diunggah pada 13 Agustus 2020 menyebutkan sebelum muncul istilah "kadrun" dan "kampret", terlebih dahulu muncul istilah "cebong" dan "kampret" di media sosial Twitter. Istilah "cebong" dan "kampret" muncul pada 2018 sementara "kadrun" baru mulai 2019.
"DE memonitor stigma Cebong-Kampret sejak 2018. Tapi karena Kadrun muncul 2019 maka tren dibuat sejak 1 Januari 2019," kicau Ismail.
(Baca: Pengamat: Sulit Membayangkan Ganjar Pranowo Jadi 'Kampret atau Kadrun' di 2024)
Menurutnya, ketiga istilah itu merupakan stigma yang disematkan kepada siapapun yang ingin diberi label yang dilandasi oleh motif tertentu. Misalnya, dia menyebut karena berbeda pendapat, ikut ideologi, atau prinsip tertentu.
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kedua nama binatang tersebut menjadi cukup populer digunakan akibat dari pembelahan politik yang cukup kuat terjadi sejak gelaran Pilkada DKI Jakarta dan berlanjut hingga sekarang, terutama di media sosial (medsos).
"Saya mengimbau, secara sadar atau tidak sadar, sengaja ataupun tidak sengaja, kita anak bangsa ini sudah merendahkan bahkan melecehkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mempunyai sebutan masing-masing. Ada yang menyebutkan 'kadrun', ada yang menyebutkan 'kampret', itu kan nama-nama binatang. Padahal itu kan ciptaan Tuhan, kita manusia sama," ujarnya melalui siaran video yang diunggah Gatot Nurmantyo di akun @nurmantyo_gatot, dikutip Kamis (17/12/2020).
(Baca: Selain 4 Orang Ini, Nama Gatot, JK dan HRS Diprediksi Masuk Bursa Capres 2024)
Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini mengajak seluruh anak bangsa untuk bernegara dengan santun dan menghilangkan kata-kata 'kadrun' dan 'kampret'.
"Mari sama-sama, kita bernegara dengan santun. Hilangkan kata-kata seperti itu. Kembalilah kepada bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi melalui kata-kata 'Mas', 'Kakak', 'Abang', panggilan 'Ucok', dan sebagainya sehingga bangsa melihat kita sebagai bangsa yang terhormat," tuturnya.
Pendiri Drone Emprit (DE), Ismail Fahmi melalui akun @ismailfahmi yang diunggah pada 13 Agustus 2020 menyebutkan sebelum muncul istilah "kadrun" dan "kampret", terlebih dahulu muncul istilah "cebong" dan "kampret" di media sosial Twitter. Istilah "cebong" dan "kampret" muncul pada 2018 sementara "kadrun" baru mulai 2019.
"DE memonitor stigma Cebong-Kampret sejak 2018. Tapi karena Kadrun muncul 2019 maka tren dibuat sejak 1 Januari 2019," kicau Ismail.
(Baca: Pengamat: Sulit Membayangkan Ganjar Pranowo Jadi 'Kampret atau Kadrun' di 2024)
Menurutnya, ketiga istilah itu merupakan stigma yang disematkan kepada siapapun yang ingin diberi label yang dilandasi oleh motif tertentu. Misalnya, dia menyebut karena berbeda pendapat, ikut ideologi, atau prinsip tertentu.