Jokowi Tokoh Muslim Berpengaruh, MPR: Pacu Kiprah Indonesia di Dunia Islam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) masuk dalam daftar tokoh muslim berpengaruh dunia. Dalam ajang penghargaan The Muslim 500: The World 500's Most Influential Moslem in the World 2021, nama Jokowi menempati urutan ke-12. Pada tahun sebelumnya, Jokowi ada di peringkat ke-13.
(Baca juga : Transaski Tembus USD44 Miliar, Indonesia Jadi Raja Ekonomi Digital di ASEAN )
Selain Jokowi, ada pula nama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, dan ulama/anggota Wantimpres Habib Luthfi bin Yahya. Said Aqil berada di posisi ke-18 dan Habib Lutfi berada di peringkat ke-32. Nama paling atas adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
(Baca juga : Kisruh Habib Rizieq, Ridwan Kamil Tuntut Tanggung Jawab Mahfud MD )
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia mestinya memiliki peluang untuk tokoh atau pemimpin yang masuk di urutan lima besar.
(Baca juga : Jokowi: Kinerja Penegakan Hukum Bukan dari Banyaknya Temuan Kasus Korupsi )
"Tetapi memang keadaan dunia yang berubah karena konflik dan lain-lain, kita sendiri di Indonesia mengalami krisis. Hal yang lebih penting penghargaan dunia kepada Pak Jokowi yang menempati urutan 12 patut diapresiasi. Ini kita harapkan menjadi motivasi sekaligus penyemangat kepada Pak Jokowi khususnya, dan umat Islam Indonesia untuk bisa lebih berkiprah di dunia internasional," ujarnya, Rabu (16/12/2020).( )
Pria yang biasa disapa Gus Jazil ini bersyukur karena dalam daftar tokoh muslim berpengaruh dunia juga ada nama dua tokoh NU lainnya yakni Kiai Said Aqil Siroj dan Habib Luthfi.
"Alhamdulillah dari kalangan Nahdlatul Ulama khususnya Pak Kiai Said Aqil Siroj juga masuk di jajaran orang yang memiliki pengaruh kepada kehidupan umat Islam di dunia," ungkapnya.( )
Dengan penghargaan ini, Gus Jazil berharap Jokowi bisa lebih memberikan perhatian melalui berbagai kebijakan, khususnya kepada umat Islam di Indonesia. Termasuk juga memerankan peran strategisnya pada diplomasi di dunia-dunia Islam.
"Peran diplomasi ini kelihatannya memang kurang begitu menonjol, tetapi masih terbuka peluang untuk tahun-tahun depan. Ini penting untuk melakukan kiprah internasionalnya dan termasuk juga ormas-ormas, tokoh-tokoh Islam yang lain, ini juga perlu meningkatkan kiprahnya di kepemimpinan dunia internasional," tuturnya.
(Baca juga : Jokowi Datang ke Gedung KPK, Firli Bahuri Bangga dan Bahagia )
Kepada NU, Gus Jazil berharap jangan hanya menjadi organisasi besar di Indonesia, tapi juga memiliki pengaruh yang kuat di dunia atau di belahan negara Islam lainnya. "Kuncinya pertama pada SDM, sumber daya manusia Islam Indonesia perlu ditingkatkan. Kedua pemberdayaan ekonomi umat ini juga penting untuk diperhatikan karena untuk bisa berkiprah, harus memiliki modal ilmu pengetahuan sekaligus ekonomi yang kuat," lanjutnya.
Mengenai pikiran konsep Islam yang damai yang memberikan bisa memberikan kiprah, menurut Gus Jazil, Indonesia adalah gudangnya. Namun, untuk bisa mentransfer ke belahan negara Islam yang lain yang sekarang mengalami konflik, seperti di Libya, Yaman, Suriah maupun Palestina, peran Indonesia masih perlu ditingkatkan.
"Pak Jokowi juga sudah merintis, tapi belum terlalu kuat. Dengan adanya penghargaan ini menjadi pemicu buat kita semua sebagai negara yang mayoritas Islam untuk berkiprah lebih dominan, lebih dirasakan dunia Islam," katanya.
(Baca juga : Transaski Tembus USD44 Miliar, Indonesia Jadi Raja Ekonomi Digital di ASEAN )
Selain Jokowi, ada pula nama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, dan ulama/anggota Wantimpres Habib Luthfi bin Yahya. Said Aqil berada di posisi ke-18 dan Habib Lutfi berada di peringkat ke-32. Nama paling atas adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
(Baca juga : Kisruh Habib Rizieq, Ridwan Kamil Tuntut Tanggung Jawab Mahfud MD )
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia mestinya memiliki peluang untuk tokoh atau pemimpin yang masuk di urutan lima besar.
(Baca juga : Jokowi: Kinerja Penegakan Hukum Bukan dari Banyaknya Temuan Kasus Korupsi )
"Tetapi memang keadaan dunia yang berubah karena konflik dan lain-lain, kita sendiri di Indonesia mengalami krisis. Hal yang lebih penting penghargaan dunia kepada Pak Jokowi yang menempati urutan 12 patut diapresiasi. Ini kita harapkan menjadi motivasi sekaligus penyemangat kepada Pak Jokowi khususnya, dan umat Islam Indonesia untuk bisa lebih berkiprah di dunia internasional," ujarnya, Rabu (16/12/2020).( )
Pria yang biasa disapa Gus Jazil ini bersyukur karena dalam daftar tokoh muslim berpengaruh dunia juga ada nama dua tokoh NU lainnya yakni Kiai Said Aqil Siroj dan Habib Luthfi.
"Alhamdulillah dari kalangan Nahdlatul Ulama khususnya Pak Kiai Said Aqil Siroj juga masuk di jajaran orang yang memiliki pengaruh kepada kehidupan umat Islam di dunia," ungkapnya.( )
Dengan penghargaan ini, Gus Jazil berharap Jokowi bisa lebih memberikan perhatian melalui berbagai kebijakan, khususnya kepada umat Islam di Indonesia. Termasuk juga memerankan peran strategisnya pada diplomasi di dunia-dunia Islam.
"Peran diplomasi ini kelihatannya memang kurang begitu menonjol, tetapi masih terbuka peluang untuk tahun-tahun depan. Ini penting untuk melakukan kiprah internasionalnya dan termasuk juga ormas-ormas, tokoh-tokoh Islam yang lain, ini juga perlu meningkatkan kiprahnya di kepemimpinan dunia internasional," tuturnya.
(Baca juga : Jokowi Datang ke Gedung KPK, Firli Bahuri Bangga dan Bahagia )
Kepada NU, Gus Jazil berharap jangan hanya menjadi organisasi besar di Indonesia, tapi juga memiliki pengaruh yang kuat di dunia atau di belahan negara Islam lainnya. "Kuncinya pertama pada SDM, sumber daya manusia Islam Indonesia perlu ditingkatkan. Kedua pemberdayaan ekonomi umat ini juga penting untuk diperhatikan karena untuk bisa berkiprah, harus memiliki modal ilmu pengetahuan sekaligus ekonomi yang kuat," lanjutnya.
Mengenai pikiran konsep Islam yang damai yang memberikan bisa memberikan kiprah, menurut Gus Jazil, Indonesia adalah gudangnya. Namun, untuk bisa mentransfer ke belahan negara Islam yang lain yang sekarang mengalami konflik, seperti di Libya, Yaman, Suriah maupun Palestina, peran Indonesia masih perlu ditingkatkan.
"Pak Jokowi juga sudah merintis, tapi belum terlalu kuat. Dengan adanya penghargaan ini menjadi pemicu buat kita semua sebagai negara yang mayoritas Islam untuk berkiprah lebih dominan, lebih dirasakan dunia Islam," katanya.
(dam)