51,1% Pasien COVID-19 di Tanah Air Didominasi Orang dengan Penyakit Hipertensi

Kamis, 10 Desember 2020 - 16:46 WIB
loading...
51,1% Pasien COVID-19 di Tanah Air Didominasi Orang dengan Penyakit Hipertensi
Data dari Satgas Penanganan COVID-19 mencatat sebanyak 51,1% pasien Covid-19 di Tanah Air didominasi orang dengan komorbid atau penyerta PTM hipertensi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Data dari Satuan Tugas ( Satgas) Penanganan COVID-19 mencatat sebanyak 51,1% pasien COVID-19 di Tanah Air didominasi orang dengan komorbid atau penyerta penyakit tidak menular (PTM) hipertensi .

Sementara itu, penyakit tidak menular lain sebagai komorbid COVID-19 di antara diabetes melitus 34,9%, penyakit jantung 18,4%, penyakit paru obstruktf kronis 8,3%, penyakit ginjal 5,6%, gangguan nafas lain 4,2%, asma 1,7%, kanker 1,7%, gangguan imun 1,3%. (Baca juga: Waspada Potensi Penularan Covid-19, Terapkan Hal Ini Saat Pilkada)

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Cut Putri Arianie mengatakan jika penyakit tidak menular merupakan pembunuh terbesar dan biaya kesehatan paling tinggi. “Penyakit ini juga sekarang menjadi pembunuh terbesar dan pembiayaan kesehatan tertinggi. Kemudian penyakit ini kita ketahui disebabkan oleh metabolik, gangguan lingkungan dan perilaku individu,” ungkapnya pada Webinar Kesehatan Perempuan Indonesia Cerdik Keluarga Sehat Cegah Penyakit Tidak Menular Cegah Komorbid COVID-19, Kamis (10/12/2020).

Bahkan, Cut mengatakan jika komorbid dari penyakit tidak menular juga menjadi silent killer di masa pandemi COVID-19. “Di masa pandemi juga penyakit ini menjadi komorbid atau penyakit penyerta COVID-19 dengan kematian yang cukup tinggi. Dan penyakit tidak menular ini sering juga disebut sebagai the silent killer,” katanya.

Lalu, apa yang menjadi penyebab penyakit tidak menular? “Ada faktor risiko yang bersama-sama menyebabkan beberapa penyakit yaitu faktor risiko ketika seseorang mengkonsumsi gula, garam, lemak secara berlebihan. Kemudian kurang aktivitas fisik, lalu merokok dan obesitas. Inilah faktor risiko yang umumnya dipengaruhi oleh perilaku,” jelas Cut. (Baca juga:Dua Dosen Teknik Unhas Gowa Positif Covid-19, Aktivitas Kampus Dibatasi)

Faktor risiko ini, kata Cut, kalau dilihat dapat menimbulkan penyakit penyakit hipertensi, diabetes, gagal jantung, kanker, stroke, gagal ginjal. “Nah diawali dengan hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol, yang tidak diobati secara tepat maka akan berlanjut menjadi gangguan gagal jantung dan gagal ginjal serta stroke. Tentu saja faktor risiko ini sangat mungkin dicegah. Dicegah dengan komitmen perubahan perilaku dari individu.”

Cut mengatakan dalam penanggulangan penyakit tidak menular ada tiga sasaran kelompok yaitu pertama populasi sehat, orang yang sehat, dan tidak memiliki tanda atau gejala. “Orang-orang ini harus tetap hidup sehat dengan memberikan promosi kesehatan,” katanya.

Selain itu, Cut menuturkan tipikal orang Indonesia biasanya mendatangi pengobatan kalau sudah sangat mengganggu aktivitas kesehariannya. “Nah pada saat itu kita khawatirkan bahwa penyakit sudah berada di stadium yang lebih berat untuk diobati.”

Padahal, kata Cut, skrinning atau deteksi dini penyakit tidak menular harus dilakukan. “Tentu saja perlu melakukan skrining atau deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular. Skrining atau deteksi dini ini semakin cepat diketahui maka semakin mudah penyakit mengobati.” (Baca juga:Cegah Covid-19 Pasca Pilkada, IAKMI Minta Kesehatan Petugas KPPU Diperhatikan)

Cut pun meminta agar masyarakat bisa melakukan skrinning mandiri di pelayanan kesehatan untuk mencegah penyakit tidak menular ini berada pada stadium berat. “Bisa dilakukan secara mandiri, bisa dilakukan di upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) atau Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM), dan bisa juga di fasilitas pelayanan kesehatan.”
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0919 seconds (0.1#10.140)