Lima Jenderal TNI 'Adu Kuat' Nyapres 2024, Siapa Unggul?
loading...
A
A
A
Nama KSAD Jenderal Andika Perkasa mulai disebut-sebut sebagai figur yang layak menjadi capres atau cawapres. Muda dan memiliki karier militer yang cemerlang jadi alasan mengapa Andika cukup diperhitungkan.
Andika berpeluang mendapat dukungan Istana. Dia sosok yang cukup dekat dengan Jokowi karena pernah menjabat sebagai Komandan Paspampres. Nilai lebih jenderal bintang 4 ini adalah statusnya sebagai menantu dari AM Hendropriyono – salah satu sosok berpengaruh di pemerintahan Jokowi selain Luhut Pandjaitan.
Andika lahir pada 21 Desember 1964 atau hampir berusia 57 tahun. Dengan usia yang lebih muda dibanding beberapa seniornya di TNI, itu menjadi nilai plus.
( ).
Andika akan pensiun dari TNI pada 2023, atau setahun jelang pilpres. Itu momentum bagus buatnya. Ada jeda waktu setahun untuk menggalang kekuatan poliitik. Nama Andika tentu akan semakin diperhitungkan apabila nanti dia yang dipilih oleh Jokowi menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto. Andika bersama KSAL Laksamana TNI Yudo Margono disebut-sebut paling berpeluang menjabat Panglima TNI berikutnya.
Sejauh ini elektabilitas Andika masih di bawah seniornya seperti Gatot Nurmantyo atau Prabowo Subianto. Terlebih lagi dengan AHY. Untuk memudahkan langkahnya menuju pilpres, pilihan Andika adalah bergabung ke parpol, atau justru membentuk parpol sendiri. Tanpa itu, langkah Andika maju pilpres akan cukup berat.
4. Moeldoko
Moeldoko. Foto/Dok SINDOnews
Meski tidak pernah secara terang-terangan menyatakan berminat maju sebagai capres Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bisa saja menyimpan keinginan itu. Seperti halnya jenderal TNI lainnya, mantan panglima TNI ini punya kans maju capres. Moeldoko berpengalaman karena menjadi panglima dan sejak setahun ini menjabat kepala KSP. Moeldoko juga menjadi salah satu orang kepercayaan Presiden Jokowi sehingga bukan tidak mungkin dia akan mendapat dukungan Istana. Namun, dibanding dengan Gatot yang sudah melakukan beberapa investasi politik, termasuk dengan menjadi aktif di KAMI, Moeldoko cenderung masih adem ayem. Karena itu, peluang jenderal TNI bintang empat ini untuk meramaikan bursa capres tergolong lebih kecil dibandingkan yang lainnya.( ).
5. Doni Monardo
Doni Monardo. Foto/Dok SINDOnews
Munculnya nama Doni Monardo sebagai figur capres tak lepas dari kiprahnya saat ini sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19. Dari sisi kapasitas kepemimpinan, Doni juga sangat teruji karena pernah menjadi Danjen Kopassus. Dukungan publik juga sudah mulai muncul, paling tidak tergambar dari hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) yang dirilis Juni 2020. Doni Monardo memperoleh elektabilitas 2,9%, bahkan lebih tinggi dari Gatot Nurmantyo 2,1%. Namun, nama Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini diperkirakan hanya akan meramaikan bursa capres. Peluangnya untuk maju dinilai kecil.
Andika berpeluang mendapat dukungan Istana. Dia sosok yang cukup dekat dengan Jokowi karena pernah menjabat sebagai Komandan Paspampres. Nilai lebih jenderal bintang 4 ini adalah statusnya sebagai menantu dari AM Hendropriyono – salah satu sosok berpengaruh di pemerintahan Jokowi selain Luhut Pandjaitan.
Andika lahir pada 21 Desember 1964 atau hampir berusia 57 tahun. Dengan usia yang lebih muda dibanding beberapa seniornya di TNI, itu menjadi nilai plus.
( ).
Andika akan pensiun dari TNI pada 2023, atau setahun jelang pilpres. Itu momentum bagus buatnya. Ada jeda waktu setahun untuk menggalang kekuatan poliitik. Nama Andika tentu akan semakin diperhitungkan apabila nanti dia yang dipilih oleh Jokowi menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto. Andika bersama KSAL Laksamana TNI Yudo Margono disebut-sebut paling berpeluang menjabat Panglima TNI berikutnya.
Sejauh ini elektabilitas Andika masih di bawah seniornya seperti Gatot Nurmantyo atau Prabowo Subianto. Terlebih lagi dengan AHY. Untuk memudahkan langkahnya menuju pilpres, pilihan Andika adalah bergabung ke parpol, atau justru membentuk parpol sendiri. Tanpa itu, langkah Andika maju pilpres akan cukup berat.
4. Moeldoko
Moeldoko. Foto/Dok SINDOnews
Meski tidak pernah secara terang-terangan menyatakan berminat maju sebagai capres Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bisa saja menyimpan keinginan itu. Seperti halnya jenderal TNI lainnya, mantan panglima TNI ini punya kans maju capres. Moeldoko berpengalaman karena menjadi panglima dan sejak setahun ini menjabat kepala KSP. Moeldoko juga menjadi salah satu orang kepercayaan Presiden Jokowi sehingga bukan tidak mungkin dia akan mendapat dukungan Istana. Namun, dibanding dengan Gatot yang sudah melakukan beberapa investasi politik, termasuk dengan menjadi aktif di KAMI, Moeldoko cenderung masih adem ayem. Karena itu, peluang jenderal TNI bintang empat ini untuk meramaikan bursa capres tergolong lebih kecil dibandingkan yang lainnya.( ).
5. Doni Monardo
Doni Monardo. Foto/Dok SINDOnews
Munculnya nama Doni Monardo sebagai figur capres tak lepas dari kiprahnya saat ini sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19. Dari sisi kapasitas kepemimpinan, Doni juga sangat teruji karena pernah menjadi Danjen Kopassus. Dukungan publik juga sudah mulai muncul, paling tidak tergambar dari hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) yang dirilis Juni 2020. Doni Monardo memperoleh elektabilitas 2,9%, bahkan lebih tinggi dari Gatot Nurmantyo 2,1%. Namun, nama Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini diperkirakan hanya akan meramaikan bursa capres. Peluangnya untuk maju dinilai kecil.