Fadjroel Rachman Posting Buku yang Ditulis di Nusakambangan dan Sukamiskin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat menghebohkan warganet seusai mengunggah foto dirinya tengah menikmati akhir pekan pada Minggu (22/11/2020), sambil membaca buku karangan Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, How Democracies Die. Beberapa jam kemudian, Juru Bicara Presiden Joko Widodo, M. Fadjroel Rachman , mengunggah gambar buku berjudul Democracy Without The Democrats: On Freedom, Democracy, and The Welfare State.
Buku tersebut adalah karangan Fadjroel sendiri ketika dirinya dipenjara saat era Orde Baru, tepatnya di penjara Nusakambangan dan Sukamiskin. Meski tubuhnya dipenjara rezim Presiden Soeharto saat itu, kata Fadjroel, tapi tidak dengan pikirannya yang mampu menerobos luasnya dunia dan zaman.
"Buku #DemocracyWithoutTheDemocrats: On Freedom, Democracy, and The Welfare State, sebagian besar ditulis dari Penjara Nusakambangan & Sukamiskin, plus artikel saya di @hariankompas. Tubuh di penjara rezim totaliter Suharto/Orba, tapi pikiran menerobos keluasan dunia & zaman ~ FR," ujar Fadjroel melalui akun twitter pribadinya @fadjroeL dikutip pada Senin (23/11/2020).
( ).
Melalui buku itu, Fadjroel menyampaikan pesan bahwa perjuangan demokratisasi demokrasi merupakan perjuangan tanpa akhir. Perjuangan demokrasi sejak kemerdekaan, kata Fadjroel, tak berjalan mulus karena diadang tantangan antidemokrasi berujung dorongan reformasi pada 21 Mei 1998.
M. Fadjroel Rachman mengunggah gambar buku berjudul Democracy Without The Democrats: On Freedom, Democracy, and The Welfare State. Twitter @fadjroeL
"Dan sekarang terus membongkar lembaga, regulasi dan orang2 yang memanfaatkan demokrasi utk menghancurkan demokrasi ~ FR," kata dia.
( ).
Diketahui, Fadjroel pernah ditangkap dan ditahan selama tiga tahun saat Orde Baru, karena terlibat dalam aksi menuntut penurunan Presiden Soeharto kala itu. Fadjroel menjadi tahanan politik yang berpindah-pindah di enam penjara termasuk Nusakambangan dan Sukamiskin. Yang paling berat baginya adalah satu tahun di penjara militer.
Buku tersebut adalah karangan Fadjroel sendiri ketika dirinya dipenjara saat era Orde Baru, tepatnya di penjara Nusakambangan dan Sukamiskin. Meski tubuhnya dipenjara rezim Presiden Soeharto saat itu, kata Fadjroel, tapi tidak dengan pikirannya yang mampu menerobos luasnya dunia dan zaman.
"Buku #DemocracyWithoutTheDemocrats: On Freedom, Democracy, and The Welfare State, sebagian besar ditulis dari Penjara Nusakambangan & Sukamiskin, plus artikel saya di @hariankompas. Tubuh di penjara rezim totaliter Suharto/Orba, tapi pikiran menerobos keluasan dunia & zaman ~ FR," ujar Fadjroel melalui akun twitter pribadinya @fadjroeL dikutip pada Senin (23/11/2020).
( ).
Melalui buku itu, Fadjroel menyampaikan pesan bahwa perjuangan demokratisasi demokrasi merupakan perjuangan tanpa akhir. Perjuangan demokrasi sejak kemerdekaan, kata Fadjroel, tak berjalan mulus karena diadang tantangan antidemokrasi berujung dorongan reformasi pada 21 Mei 1998.
M. Fadjroel Rachman mengunggah gambar buku berjudul Democracy Without The Democrats: On Freedom, Democracy, and The Welfare State. Twitter @fadjroeL
"Dan sekarang terus membongkar lembaga, regulasi dan orang2 yang memanfaatkan demokrasi utk menghancurkan demokrasi ~ FR," kata dia.
( ).
Diketahui, Fadjroel pernah ditangkap dan ditahan selama tiga tahun saat Orde Baru, karena terlibat dalam aksi menuntut penurunan Presiden Soeharto kala itu. Fadjroel menjadi tahanan politik yang berpindah-pindah di enam penjara termasuk Nusakambangan dan Sukamiskin. Yang paling berat baginya adalah satu tahun di penjara militer.
(zik)