Kue Tart di Medan Tempur Doni Monardo
loading...
A
A
A
Sekilas, persis lipatan baju dinas warna hijau, lengkap dengan tiga bintang di kanan-kiri bagian pundak, badge nama DONI dan brevet-brevet/tanda kualifikasi TNI di bagian kiri.
Di bagian bawah 'lipatan baju PDH' bertuliskan kalimat sederhana 'Yaumil Milad, Barrakallah fi Umriik, Bpk. Doni Monardo'.
Lain lagi 'kado' yang saya berikan. Sebagai Tenaga Ahli BNPB Bidang Media, saya menyerahkan kado istimewa berupa dua buku sekaligus. Buku kesatu berjudul 'Secangkir Kopi di Bawah Pohon' dan buku kedua berjudul 'Sepiring Sukun di Pinggir Kali'. Kedua buku dilengkapi sub-judul yang sama: 'Kiprah Doni Monardo Menjaga Alam'.
Baik buku kesatu maupun buku kedua, memiliki ketebalan lebih dari 300 halaman. Berisi tak kurang dari 60 esai yang ia tulis dan kumpulkan selama kurang lebih satu tahun.
Tak pelak, secercah aura kebahagiaan menyelimuti lantai 10 Graha BNPB. Doni bersama istri, anak-anak dan cucu kesayangan, pun menyantap hidangan istimewa. Para staf dan kerabat ikut larut dalam kebahagiaan hari itu. Menjadi spesial, karena Santi memasakkan menu kesukaan Doni Monardo.
Bagian dari Sejarah
Saat berbicara agak serius memaknai perjalanan hidup hingga memaski usia ke-57, Doni pertama-tama mengucap syukur. Ia bersyukur atas semua berkah dalam kehidupan yang diberikan Tuhan kepadanya. Belajar bersyukur tiada henti, adalah salah satu falsafah hidup Doni yang jarang orang ketahui.
Bahkan, ia mensyukuri tugas negara yang dibebankan di pundaknya, sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Bukan persoalan ia harus jauh dari keluarga. Bukan persoalan ia harus bekerja ekstra keras hingga tidak pulang ke rumah berbulan-bulan. Bukan karena jam tidurnya yang hanya tiga-empat jam per hari.
Ia bersyukur karena Tuhan melalui tangan pemerintah, memposisikan dirinya menjadi bagian sentral dari sejarah. Peristiwa wabah skala besar hingga menjadi catatan 'sejarah dunia' umumnya berulang setiap satu abad.
Di bagian bawah 'lipatan baju PDH' bertuliskan kalimat sederhana 'Yaumil Milad, Barrakallah fi Umriik, Bpk. Doni Monardo'.
Lain lagi 'kado' yang saya berikan. Sebagai Tenaga Ahli BNPB Bidang Media, saya menyerahkan kado istimewa berupa dua buku sekaligus. Buku kesatu berjudul 'Secangkir Kopi di Bawah Pohon' dan buku kedua berjudul 'Sepiring Sukun di Pinggir Kali'. Kedua buku dilengkapi sub-judul yang sama: 'Kiprah Doni Monardo Menjaga Alam'.
Baik buku kesatu maupun buku kedua, memiliki ketebalan lebih dari 300 halaman. Berisi tak kurang dari 60 esai yang ia tulis dan kumpulkan selama kurang lebih satu tahun.
Tak pelak, secercah aura kebahagiaan menyelimuti lantai 10 Graha BNPB. Doni bersama istri, anak-anak dan cucu kesayangan, pun menyantap hidangan istimewa. Para staf dan kerabat ikut larut dalam kebahagiaan hari itu. Menjadi spesial, karena Santi memasakkan menu kesukaan Doni Monardo.
Bagian dari Sejarah
Saat berbicara agak serius memaknai perjalanan hidup hingga memaski usia ke-57, Doni pertama-tama mengucap syukur. Ia bersyukur atas semua berkah dalam kehidupan yang diberikan Tuhan kepadanya. Belajar bersyukur tiada henti, adalah salah satu falsafah hidup Doni yang jarang orang ketahui.
Bahkan, ia mensyukuri tugas negara yang dibebankan di pundaknya, sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Bukan persoalan ia harus jauh dari keluarga. Bukan persoalan ia harus bekerja ekstra keras hingga tidak pulang ke rumah berbulan-bulan. Bukan karena jam tidurnya yang hanya tiga-empat jam per hari.
Ia bersyukur karena Tuhan melalui tangan pemerintah, memposisikan dirinya menjadi bagian sentral dari sejarah. Peristiwa wabah skala besar hingga menjadi catatan 'sejarah dunia' umumnya berulang setiap satu abad.