Kementan Berkomitmen Cegah Resistensi Antimikroba pada Ternak

Rabu, 18 November 2020 - 13:59 WIB
loading...
A A A
Sementara itu, Nani H Widodo, Kasubdit Pelayanan Medik dan Keperawatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, untuk mengendalikan laju resistansi antimikroba, dibutuhkan kerja sama yang kuat dari berbagai sektor.

Selain otoritas yang terlibat dalam perumusan kebijakan dan pedoman, para profesional kesehatan dan veteriner serta masyarakat dan sektor pertanian juga berperan penting dalam mengatasi masalah ini.

“Gunakan antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, antibiotik tidak diperlukan untuk memerangi infeksi virus, jamur atau parasit yang menyebabkan masuk angin, sakit tenggorokan, atau demam berdarah. Pasien harus mematuhi resep dokter jika diberikan antibiotik,” tutur Nani.

Resistensi antimikroba menjadi ancaman serius di dunia kesehatan global karena berdampak pada perekonomian dan aspek lain dalam kehidupan seperti produksi pangan, air, sanitasi, higienitas, sampai jaminan kesehatan. Bahkan, bisa mengancam pencapaian target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah memasukan resistensi antimikroba ke dalam 10 ancaman kesehatan global. Lantaran, resistensi antimikroba sampai saat ini diprediksi mengakibatkan 700.000 kematian dan akan bertambah mencapai 10 juta kematian secara global di tahun 2050 jika tidak ditangani serius.

“WHO telah menyatakan bahwa resistansi antimikroba merupakan satu dari 10 ancaman kesehatan global yang dihadapi oleh manusia. Resistansi antimikroba juga menimbulkan dampak yang signifikan bagi perekonomian dan sistem kesehatan. Selain kematian dan disabilitas, penyakit yang berkepanjangan karena resistansi obat juga dapat mengakibatkan masa perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama, kebutuhan perawatan medis yang lebih mahal, dan masalah-masalah finansial,” ujar Dr N. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia.

Terakhir, Purnamawati Sujud dari Yayasan Orang Tua peduli mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan saat ini akan menentukan masa depan. Konsumen berperan sangat penting dalam menekan laju resistensi antimikroba. "Kami percaya bahwa konsumen perlu diberdayakan dengan informasi yang holistik mengenai peranan antibiotik sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kita harus hati-hati menggunakan antibiotik agar tidak lagi kembali ke era sebelum ada antibiotik,” ujarnya.
(alf)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1077 seconds (0.1#10.140)