Membangkitkan Kepahlawanan Publik

Rabu, 11 November 2020 - 05:30 WIB
loading...
A A A
Dua contoh tersebut menunjukkan bahwa apa yang diharapkan masih tetap dalam kedudukannya sebagai harapan dan bahkan mungkin masih jauh dari mewujud. Atas kenyataan itu kita pasti tergoda untuk segera bertanya, mengapa demikian? Mengapa seluruh proses kehidupan berbangsa dan bernegara belum mampu menjadi rahim bagi lahirnya jiwa kepahlawanan? Apa yang sedang terjadi? Apakah kita, sebagai bangsa, masih punya kesempatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan agar kita mendapatkan kehidupan bersama yang ideal, yakni suatu cara hidup yang senantiasa berpegang pada ajaran moral bangsa sehingga terbangun ekosistem yang memungkinkan lahirnya pribadi-pribadi Indonesia yang dapat diandalkan untuk meneruskan pengabdian para pahlawan terdahulu?

Apa yang Perlu Dilakukan?
Kaum berilmu perlu membuat refleksi yang berarah pada pertanyaan: benarkah kisah kepahlawanan hanya berhenti sebagai peristiwa seremonial setiap tahun? Apakah kisah kepahlawanan tidak perlu dipulihkan kedudukannya sebagai pesan sejarah, yakni bahwa para pahlawan sesungguhnya mewariskan jiwa kepahlawanan––dan karena itu seluruh kehidupan kita sebagai bangsa mestinya menjadi kehidupan yang disemai dengan nilai-nilai dasar kepahlawanan?

Kita berpandangan bahwa jika refleksi tersebut dapat dilakukan, kaum intelektual akan memberi sumbangan yang sangat besar terhadap suatu proses yang hendak disebut di sini sebagai upaya membangkitkan kepahlawanan publik. Yang dimaksudkan adalah upaya bersama untuk mengembalikan keadaan kehidupan publik, sebagaimana ketika itu, mampu melahirkan pahlawan-pahlawan yang karena tindakan sejarah mereka semua terbentuk bangsa dan negara dengan cita-cita mulia yang terpikul di punggungnya.

Sebagian dari kita mungkin akan mengernyitkan dahi: bukankah para pahlawan hidup di masa kolonial? Benar. Justru di situ letak misteri yang amat perlu dipecahkan, yakni mengapa dalam keadaan yang demikian sulit masyarakat justru dapat melahirkan laku kepahlawanan yang menyejarah? Sebagian yang lain barangkali akan langsung bertanya: apa yang seharusnya kita lakukan agar kehidupan bersama kita dapat segera dipulihkan mengingat bangsa kini berada dalam kompleksitas masalah dan karena itu membutuhkan suatu jenis tindakan kepahlawanan agar dapat mengurai dan menyelesaikan masalah-masalah dasar bangsa?

Terhadap suatu masalah yang langsung berkait dengan kehidupan publik tidak semestinya kita jawab dengan ketergesaan. Kita membutuhkan ketenangan atau bila menggunakan term dalam sila keempat Pancasila, kita membutuhkan “hikmat kebijaksanaan”, yakni pikiran yang jernih, bervisi, dan berjiwa kepahlawanan. Mengapa? Karena untuk melihat diri kita sendiri diperlukan keberanian dan kejujuran atau keterusterangan. Ibarat mendiagnosis penyakit, pasien harus berkata jujur kepada dokter agar penyakit dapat benar-benar dikenali dan dengan cara itu obat serta metode pengobatan dapat diberikan secara benar.

Kita tahu bahwa mengatakan apa adanya sebagaimana adanya bukan perkara mudah. Oleh sebab itu langkah yang paling logis untuk diselenggarakan bukanlah langkah yang bersifat memberikan “obat”, melainkan langkah yang memberikan kemampuan kepada publik agar memiliki kesediaan untuk melakukan refleksi bersama secara berani, jujur, dan apa adanya. Sebaliknya, kepada setiap kita, hendaknya dibangkitkan keberanian untuk bertanya secara jujur pula: hari ini apa yang telah aku berikan kepada bangsa agar perjalanan bangsa sampai pada tujuan luhurnya?
(bmm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1310 seconds (0.1#10.140)