Masyumi Reborn Bisa Besar jika Tawarkan Gagasan Istimewa dan Tokohnya Beri Teladan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masyumi Reborn diprediksi tidak akan mudah mengarungi jagat perpolitikan nasional. Pasar pemilihnya bukan berebut dengan partai Islam, tapi juga yang berideologi nasionalis.
Pengamat politik Idil Akbar mengatakan, Masyumi Reborn harus melihat partai-partai Islam yang sudah lahir. Sederet partai Islam lahir sejak Reformasi 1998, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) , Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) , dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Partai-partai itu masih berkutat di papan tengah. Bahkan, PBB yang mengklaim sebagai berbasis Masyumi pun sudah beberapa kali pemilu tidak lolos ke Senayan. Masyumi Reborn, menurut Idil, perlu menawarkan gagasan yang istimewa dan keteladanan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.
( ).
"Saya pikir bisa saja Masyumi muncul kembali. Tidak hanya membawa nostalgia masa lalu, pernah mendapatkan kemenangan pada Pemilu 1955 (posisi kedua)," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (9/11/2020).
Masyumi Reborn harus menunjukkan perbedaan mencolok dengan partai-partai Islam lainnya. Kalau tidak, upaya menghidupkan kembali partai yang pernah berjaya itu akan sia-sia.
( ).
Dosen Universitas Padjadjaran itu menerangkan, saat ini umat muslim Indonesia tidak melihat keteladan dari tokoh-tokoh partai yang berbasis Islam. "Yang terjadi pasca- Reformasi, muncul partai Islam yang akhirnya terjerumus dengan politik kekuasaan," ucapnya.
Perilaku politik yang seperti itu menjadi bumerang. Partai-partai Islam menjadi kurang mendapatkan simpati masyarakat. Bisa dilihat pemilihan umum (pemilu) yang selalu dimenangkan partai berbasis nasionalis.
( ).
"Lebih cenderung memilih partai nasionalis dibandingkan Islam. Itu yang saya tangkap kenapa partai Islam tidak berkembang karena mereka tidak bisa membedakan ideologi Islam dan nasionalis," pungkasnya.
Pengamat politik Idil Akbar mengatakan, Masyumi Reborn harus melihat partai-partai Islam yang sudah lahir. Sederet partai Islam lahir sejak Reformasi 1998, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) , Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) , dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Partai-partai itu masih berkutat di papan tengah. Bahkan, PBB yang mengklaim sebagai berbasis Masyumi pun sudah beberapa kali pemilu tidak lolos ke Senayan. Masyumi Reborn, menurut Idil, perlu menawarkan gagasan yang istimewa dan keteladanan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.
( ).
"Saya pikir bisa saja Masyumi muncul kembali. Tidak hanya membawa nostalgia masa lalu, pernah mendapatkan kemenangan pada Pemilu 1955 (posisi kedua)," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (9/11/2020).
Masyumi Reborn harus menunjukkan perbedaan mencolok dengan partai-partai Islam lainnya. Kalau tidak, upaya menghidupkan kembali partai yang pernah berjaya itu akan sia-sia.
( ).
Dosen Universitas Padjadjaran itu menerangkan, saat ini umat muslim Indonesia tidak melihat keteladan dari tokoh-tokoh partai yang berbasis Islam. "Yang terjadi pasca- Reformasi, muncul partai Islam yang akhirnya terjerumus dengan politik kekuasaan," ucapnya.
Perilaku politik yang seperti itu menjadi bumerang. Partai-partai Islam menjadi kurang mendapatkan simpati masyarakat. Bisa dilihat pemilihan umum (pemilu) yang selalu dimenangkan partai berbasis nasionalis.
( ).
"Lebih cenderung memilih partai nasionalis dibandingkan Islam. Itu yang saya tangkap kenapa partai Islam tidak berkembang karena mereka tidak bisa membedakan ideologi Islam dan nasionalis," pungkasnya.
(zik)