Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Asita Pesimistis Travel Bubble Bisa Dilakukan

Kamis, 22 Oktober 2020 - 14:52 WIB
loading...
Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Asita Pesimistis Travel Bubble Bisa Dilakukan
Asita mengaku pesimistis travel bubble bisa dilaksanakan dalam waktu dekat mengingat grafik kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemerintah merencanakan membuka penerbangan internasional antara satu daerah dengan negara tertentu ( travel bubble ). Terkendala masih tingginya kasus positif Covid-19 di dalam negeri.

Sektor pariwisata runtuh paling awal dan belum bangkit setelah dihajar pandemi Covid-19. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf ) perlahan-lahan ingin membuka sektor pariwisata. Tentunya, dengan persiapan matang dan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) sendiri pesimistis travel bubble dapat dilakukan. “Mana bisa terealisasi kalau positif Covid-19 di Indonesia masih tinggi. Itu harus equal dengan negara yang kita ajak travel bubble. Sementara kita yang paling tinggi. Negara-negara yang kita ajak travel bubble itu penanganan Covid-19 lebih baik dari Indonesia,” ujar Waketum ASITA Budijanto Ardiansyah dihubungi SINDOnews, Rabu (21/10/2020).

(Baca: Soal Travel Bubble, PHRI Nantikan Kepastian Pemerintah)

Negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia pun belum membuka akses untuk Indonesia. Ketum Asita Nunung Rusmiati mengungkapkan pada pihaknya dan duta Besar Malaysia telah bertemu dengan Menparekraf Wishnutama Kusubandio pada 22 September. Nunung menceritakan travel bubble untuk tahap awal akan dilakukan dengan Malaysia.

“Apalagi di masa transisi pandemi Covid-19 sebaiknya kita dengan negara tetangga terlebih dahulu. Alasannya, wisman asal Malaysia dan turis asal Indonesia ke Malaysia sangat besar. Hal tersebut akan mampu menggerakkan kunjungan antara dua negara,” terangnya.

Namun, Budijanto menilai travel bubble kemungkinan tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. kecuali, grafik kasus Covid-19 Indonesia sudah landai. Dia mengungkapkan kabar terbaru Singapura akan merevitalisasi wisatanya pada November mendatang. Singapura mengajak semua negara dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.

“Mudah-mudahan ini sebagai sinyal Singapura sudah membuka diri untuk semua negara, termasuk Indonesia. Kalau ini dibuka, Indonesia akan mendapatkan market dari situ,” ucapnya.

(Baca: Pulihkan Ekonomi, Sektor Pariwisata Jadi Perhatian)

Selain melakukan penjajakan travel bubble, pemerintah juga harus mempersiapkan daerah mana yang akan dibuka. Asita menyebut kawasan Indonesia tetap menjadi favorit, seperti Bali dan Labuan Bajo. Budiarjo mengungkapkan beberapa daerah di Pulau Jawa pun siap, seperti Jawa Barat dan Yogyakarta. Pemerintah harus melakukan analisis daerah mana saja yang biasa dikunjungi oleh wisatawan dari negara yang bekerja sama dalam travel bubble.

“Kita ajak Malaysia, selama ini marketnya dimana? Kalau daerah yang biasa mereka kunjungi masih merah mungkin agak susah. Tapi kalau daerah yang sering dikunjungi sudah masuk zona kuning atau hijau, kenapa tidak? Saya rasa semua harus dimulai dengan protokol kesehatan yang ketat,” jelasnya.

Selain negara di Asia Tenggara, beberapa negara lain pun potensial untuk dirayu, seperti Australia dan negara-negara Eropa. Menurut Budijanto, pelancong potensial di Eropa itu datang dari Belanda dan Jerman. Bahkan, ASITA memasukan Jepang karena Perdana Menterinya, Yoshihide Suga, telah berkunjung ke Indonesia. Memang Indonesia dan Jepang baru menyepakati pembukaan penerbangan untuk kepentingan bisnis.

Sementara semua belum pasti, Asita berusaha menghidupkan pariwisata dari pelancong lokal. Indonesia mempunyai potensi dari sisi jumlah penduduk dan kebudayaan saling berkunjung atau silaturahmi. Tentu ini bisa memutarkan roda perekonomian dan sektor pariwisata yang ambruk.

Budijanto menjelaskan sektor pariwisata akan benar-benar menggeliat ketika vaksin sudah ada dan disuntik ke masyarakat. “Saya rasa kekhawatiran (terhadap Covid-19) itu sudah jauh menurun. Saya rasa mungkin semua (hidup) di awal tahun. Akhir tahun, mungkin kalau bisa mengejar tapi tidak bisa terlalu banyak,” pungkasnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1740 seconds (0.1#10.140)