Belajar Sukses Jatim Tekan Covid-19 dan Keluar dari Zona Merah

Kamis, 22 Oktober 2020 - 07:01 WIB
loading...
Belajar Sukses Jatim...
Petugas melakukan pemeriksaan ketat terhadap warga yang melintas perbatasan Surabaya. Foto: dok/Koran SINDO/Ali Masduki
A A A
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya menekan penyebaran Covid-19 . Selain menemukan vaksin yang tepat, secara umum upaya penanganan yang dilakukan juga semakin menunjukkan tren positif. Bahkan Provinsi Jawa Timur (Jatim) sukses keluar dari zona merah Covid-19.



Dilaporkan sebanyak 19 kabupaten/kota atau 50% dari total keseluruhan kabupaten/kota di provinsi paling ujung Pulau Jawa itu dinyatakan berstatus zona kuning. Status tersebut ditetapkan Satgas Covid-19 Nasional pada Selasa (21/10/2020) berdasarkan hitungan epidemiologis dengan 15 indikator, di antaranya meliputi kenaikan kasus, jumlah tes, tingkat kesembuhan, jumlah kematian maupun kapasitas rumah sakit.

Belajar Sukses Jatim Tekan Covid-19 dan Keluar dari Zona Merah


Sebanyak 19 daerah zona kuning itu adalah Pacitan, Kota Blitar, Tuban, Situbondo, Kediri, Ponorogo, Madiun, Pasuruan, Magetan, Bangkalan, Malang, Kota Madiun, Lamongan, Sampang, Pamekasan, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, dan Bojonegoro. Sementara 19 daerah yang kini berstatus zona oranye, yakni Blitar, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Lumajang, Jember, Probolinggo, Kota Mojokerto, Bondowoso, Jombang, Kota Kediri, Sumenep, Banyuwangi, Ngawi, Gresik, Kota Malang, Kota Batu, Kota Probolinggo, Sidoarjo, dan Mojokerto. (Baca: Inilah Pahala dan Keutamaan Menjaga Pandangan Mata)

“Artinya, saat ini (tersisa) 50% lagi wilayah Jatim yang berstatus zona oranye per hari ini. Alhamdulillah, ini kabar yang sangat menggembirakan dan patut disyukuri,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, kemarin.

Khofifah mengatakan keberhasilan ini tidak lepas dari kerja keras dan sinergi yang baik antara seluruh unsur lapisan masyarakat dengan pemerintah daerah dan Forkopimda Jatim, jajaran TNI/Polri dan tenaga kesehatan, media, kampus serta semua elemen yang telah berjuang keras dalam menangani pandemi Covid-19.

"Tidak hanya zona kuning, tingkat positivity rate di Jatim juga menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Minggu ini, positivity rate di Jatim tercatat 7% di mana standar WHO adalah 5%. Artinya, jumlah testing yang dilakukan semakin naik dan hanya 7% dari yang dites merupakan kasus positif. Harapan kita ke depan terus membaik lagi,” ujarnya.

Khofifah menyebutkan sejak dimulai operasi yustisi pada 14 September, tercatat ada 2.040.742 teguran. Teguran lisan sebanyak 1.613.218 kali dan teguran tertulis sebanyak 427.461 kali. Selama dua pekan terakhir intervensi dari Pemprov Jatim bersama Forkopimda cukup masif, khususnya dalam operasi yustisi maupun testing sampel PCR.

Sedikitnya ada 65.147 titik operasi yang digencarkan selama dua pekan dengan jumlah pelanggar yang terkena sanksi teguran sebanyak 696.570 orang. Sementara hukuman sosial 99.711 orang dan denda 11.313 orang. Angka tersebut melonjak dua kali lipat dari jumlah operasi yustisi di pekan sebelumnya. Adapun untuk jumlah tes PCR yang dilakukan dalam dua pekan ini mencapai 53.425 tes yang dilakukan oleh 66 laborotaium dan rumah sakit yang ada di Jatim. (Baca juga: Masih Pandemi, Evaluasi Sekolah Diminta Kembali ke Ujian Sekolah)

Seluruh strategi yang dilakukan ini dinilai cukup ampuh menekan peningkatan jumlah kasus baru Covid-19 di Jatim. Meskipun demikian, menurut Khofifah, zona kuning bukan berarti menggambarkan bahwa pandemi Covid-19 selesai. Ini hanya bukti bahwa upaya masyarakat bersama dengan pemerintah, TNI/Polri, maupun tenaga kesehatan di Jatim telah menunjukkan progres yang nyata.

"Saya terus mengingatkan masyarakat untuk terus patuh kepada protokol kesehatan di saat pemerintah terus meningkatkan kapasitas 3T, yaitu testing, tracing dan treatment," tandas Khofifah.

Kematian Turun, Kesembuhan Meningkat

Sementara itu, berdasarkan data Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid-19, dilaporkan jumlah rata-rata kematian akibat Covid-19 turun menjadi 3,4% setelah sehari sebelumnya di angka 3,5%. Tercatat, jumlah pasien yang meninggal pada 21 Oktober bertambah 123 orang sehingga total meninggal sebanyak 12.857 orang. Adapun kasus kematian tertinggi pada 22 Juli sebanyak 139 orang dan rekor penambahan kasus meninggal tertinggi pada 22 September, yakni sebanyak 160 orang.

Tak hanya kasus kematian yang menunjukkan tren positif, jumlah pasien yang sembuh juga menunjukkan perkembangan menggembirakan di mana kini rata-rata persentase kesembuhan tembus di angka 79,7% atau naik dari satu hari sebelumnya sebesar 79,6%. Hingga kemarin, kasus sembuh bertambah 3.856 orang sehingga total sebanyak 297.509 orang sembuh dari Covid-19. (Baca juga: Stres Bisa Pengaruhi Perilaku Makan pada Anak)

Adapun angka kesembuhan tertinggi tercatat pada 18 September, yakni sebanyak 4.088 orang, pada 25 September sebanyak 4.343 orang, dan pada 30 September yakni 4.510 orang sembuh dalam sehari. Jumlah kesembuhan mencetak rekor tertinggi hingga mencapai angka 5.810 sembuh dalam sehari pada 15 Oktober, setelah sebelumnya sebanyak 4.777 orang dalam satu hari pada 13 Oktober.

Sementara hingga 21 Oktober, kasus Covid-19 bertambah 4.267 kasus sehingga akumulasi sebanyak 373.109 orang. Sementara sebanyak 162.216 orang menjadi suspek Covid-19. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 43.586 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).

Komorbid Penyebab Tingginya Kematian di Tiga Provinsi

Sementara itu, dilaporkan pasien konfirmasi positif Covid-19 dengan komorbid atau penyakit bawaan menjadi kelompok yang rentan, bahkan menjadi penyebab terbanyak kematian pasien Covid-19 di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. (Baca juga: Wacana Kominfo Blokir Medsos Dinilai Rawan Berangus Pendapat Publik)

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Herlin Ferliana menjelaskan, berdasarkan analisa di Provinsi Jawa Timur ada 95% pasien positif Covid-19 meninggal dengan latar belakang komorbid. Jenis penyakit bawaan di antaranya penyakit paru-paru dan jantung. “Memang karena penyakit bawaan, ada yang sakit paru-paru dan diabetes. Ini akan lebih sulit untuk recovery. Ini menjadi perhatian khusus untuk mereka yang komorbid, usahakan tidak sampai tertular,” kata Herlin saat konferensi pers secara virtual kemarin.

Penyebab lain kematian pasien Covid-19 di Jawa Timur adalah datang terlambat ke fasilitas kesehatan. Herlin mengaku, dinasnya sudah melakukan antisipasi bahwa semua pasien positif Covid-19 tanpa gejala bisa isolasi di rumah. Selain itu, warga juga diminta tidak keluar rumah jika tidak perlu, rajin cuci tangan pakai sabun, dan memakai masker. Terkait kesiapsiagaan, lanjut Herlin, SDM kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan selalu dipantau dan akan dilakukan penambahan jika diperlukan. “Insyaallah SDM kesehatan dan alat kesehatan aman dalam tiga bulan ini. Hal ini tidak jadi persoalan karena kami sudah menyiapkan 127 rumah sakit, tapi kalau pada saat kondisinya berat maka ada lima RS yang akan kami siapkan, yakni RSUD Dr Soetomo, RSUD Dr Saiful Anwar, RSAL dr Ramelan, RS Unair, dan RSUD Madiun,” ujarnya. (Baca juga: Azerbaijan Tembak Jatuh Lagi Satu Drone Armenia)

Setali tiga uang, kasus terbanyak kematian pasien Covid-19 di Sulawesi Selatan juga disebabkan penyakit bawaan. “Dari Sulawesi Selatan, jumlah kematian mengalami penurunan hingga 2,6%. Kasus kematian karena komorbid hampir 97%. Komorbid ini yang memperberat kondisi pasien,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Muhammad Ichsan Mustari MHM.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo MKes menanggapi penyebab kematian pasien Covid-19 disebabkan oleh berbagai faktor. Secara teoretis dia menjelaskan, penyebab kematian bisa disebabkan dari faktor agent, host, environment, dan pelayanan kesehatan.

Dia mencontohkan agent dalam kasus ini adalah virus SARS-CoV-2. Pasien positif Covid-19 yang diakibatkan oleh virus dapat dilakukan tata laksana isolasi mandiri, dan menurutnya hampir 100% pasien sembuh. Faktor lainnya berupa host atau penderita Covid-19 yang sudah lansia dengan komorbid. Ini sangat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap kematian. “Maka, di Jateng dilakukan skrining kelompok rentan seperti ibu hamil, dan lansia dengan komorbid. Mereka yang jadi prioritas tes,” kata Yulianto. (Lihat videonya: Diduga Depresi, Anggota Polisi Tewas Tembak Dada Sendiri)

Tak hanya itu, Yulianto menilai alat-alat kesehatan pun bisa menjadi faktor penyebab kematian, seperti di antaranya ventilator. Menurutnya, tingkat kesembuhan dengan menggunakan ventilator itu rendah, maka alternatif lain yang dilakukan dengan menggunakan High-Flow Nasal Cannula. (Binti Mufarida/Lukman Hakim)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1544 seconds (0.1#10.140)