Inovasi Alkes Penanganan Corona RI Dinilai Tak Kalah dengan Negara Lain

Rabu, 21 Oktober 2020 - 15:06 WIB
loading...
Inovasi Alkes Penanganan Corona RI Dinilai Tak Kalah dengan Negara Lain
Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendukung riset dan pengembangan alat-alat kesehatan (alkes), obat, dan vaksin untuk Covid-19 (virus Corona). Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendukung riset dan pengembangan alat-alat kesehatan (alkes) , obat, dan vaksin untuk Covid-19 (virus Corona). Pemerintah diminta menjembatani peneliti dengan industri hingga produknya digunakan oleh masyarakat luas.

(Baca juga: Jaringan 4G di Bulan Siap Dibangun oleh NASA dan Nokia)

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mengungkapkan ada 61 inovasi yang dilakukan perguruan tinggi dan stakeholder lain untuk menangani pandemi Covid-19. Inovasi-inovasi itu, antara lain, alat pendeteksi Covid-19 atau GeNose yang diciptakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan ventilator yang dikembang Institut Teknologi Bandung (ITB).

(Baca juga: Pemerintah Tegaskan Vaksin Covid-19 Gratis untuk Rakyat Miskin)

Anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati mengatakan pihaknya mendorong kemandirian bangsa Indonesia dalam memproduksi alat-alat yang dibutuhkan untuk menangani pandemi Covid-19. Komisi IX meminta pemerintah serius menganggar dana untuk berbagai riset yang dilakukan anak bangsa.

Kurniasih mengungkapkan Komisi IX sudah pernah mengundang dan mendengarkan paparan dari ITB, Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. “Keluhan dari teman-teman akademisi ini sudah berkarya, tetapi tidak dioptimalkan atau dimanfaatkan,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (21/10/2020).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengungkapkan ventilator besutan ITB itu masih sedikit yang memesan. Pemerintah, seharusnya, mendorong alkes dari perguruan tinggi ini digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Dia meminta hasil penelitian dan inovasi teknologi ini tidak hanya berhenti di kampus atau di ruang-ruang laboratorium. Para akademisi atau para peneliti membutuhkan bantuan pemerintah untuk dipertemukan dengan industri sehingga karya ciptanya bisa diproduksi massal.

“Harus didorong menggunakan produk sendiri. Ini waktu untuk bangkit. Kita enggak kalah hebat dengan negara-negara lain,” pungkasnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6037 seconds (0.1#10.140)