Skenario Penanganan Potensi Multibencana di Tengah Pandemi Dimatangkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus mematangkan skenario antisipasi potensi multibencana dampak La Nina di tengah pandemi Covid-19 . Kesiapan logistik hingga penanganan pengungsi disiapkan sedemikian rupa sehingga tidak memunculkan kluster baru penyebaran Covid-19 di tengah bencana dampak La Nina.
Kapasitas tenda pengungsi misalnya akan dikurangi secara drastis jika bencana mengharuskan evakuasi warga. Kapasitas tenda akan memperhatikan prinsip social dan physical distancing. Terkait jumlah pasti tiap tenda akan disesuaikan dengan ukuran tenda dan kondisi lokasi pengungsian. (Baca: Hukum Bercakap-cakap Ketika Melakukan Jimak)
Untuk diketahui fenomena La Nina diprediksi bakal terjadi bulan ini hingga Februari 2021. Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan tinggi akibat La Nina selama Oktober hingga Desember nanti akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.
Sedangkan periode Januari hingga Februari 2021, curah hujan tinggi masih akan tetap terjadi di kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi.
La Nina akan berdampak meningkatkan curah hujan yang bisa memicu multibencana mulai dari banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi, hingga tsunami. Antisipasi bencana agak menjadi rumit karena di satu sisi penularan wabah Covid-19 juga relatif belum terkendali.
“Penanganan pengungsi terdampak bencana di saat pandemi Covid-19 ini akan berbeda. Untuk lokasi pengungsian sehubungan masih saat pandemi sekarang. Tentunya akan berbeda dengan lokasi pengungsian pada saat normal,” ucap Menteri Sosial Juliari Batubara seusai rapat terbatas kemarin. (Baca juga: Kenali Bahaya Virus Rotavirus yang Bisa Mematikan)
Dia menyebut satu di antara hal yang akan berbeda adalah terkait kapasitas tenda pengungsi. Dia mengatakan bahwa jumlah pengungsi dalam satu tenda akan dikurangi. “Kalau saat normal mungkin dalam tenda itu bisa puluhan orang. Bahkan kadang bisa ratusan. Tentunya kami akan lihat kondisi di lapangan. Kalau pakai tenda, tentunya tidak bisa diisi seperti pada kondisi normal. Jumlahnya pasti akan kita kurangi, namun teknis pelaksanaan tergantung lokasinya,” ucapnya.
Selain itu, juga akan diterapkan protokol kesehatan di area pengungsian. Masing-masing pengungsi akan diberikan masker dan alat proteksi diri agar tidak terjadi kluster Covid-19 di lokasi pengungsian.
“Kami juga kerja sama dengan Kementerian Kesehatan apakah mungkin di lokasi pengungsian dilakukan testing, apakah rapid test atau PCR. Ini akan kami konsultasikan dengan Kementerian Kesehatan,” katanya.
Juliari mengungkapkan, Kemensos terus menyiapkan antisipasi bencana di tengah pandemi Covid-19 ini. Satu di antaranya yang dipersiapkan adalah relawan yang dimiliki Kemensos yakni Tagana. Saat ini ada hampir 39.000 relawan yang disebar di berbagai wilayah untuk mengantisipasi peristiwa bencana. (Baca juga: Petinggi KAMI Ditangkap, Ini Tanggapan Din Syamsuddin)
Kapasitas tenda pengungsi misalnya akan dikurangi secara drastis jika bencana mengharuskan evakuasi warga. Kapasitas tenda akan memperhatikan prinsip social dan physical distancing. Terkait jumlah pasti tiap tenda akan disesuaikan dengan ukuran tenda dan kondisi lokasi pengungsian. (Baca: Hukum Bercakap-cakap Ketika Melakukan Jimak)
Untuk diketahui fenomena La Nina diprediksi bakal terjadi bulan ini hingga Februari 2021. Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan tinggi akibat La Nina selama Oktober hingga Desember nanti akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.
Sedangkan periode Januari hingga Februari 2021, curah hujan tinggi masih akan tetap terjadi di kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi.
La Nina akan berdampak meningkatkan curah hujan yang bisa memicu multibencana mulai dari banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi, hingga tsunami. Antisipasi bencana agak menjadi rumit karena di satu sisi penularan wabah Covid-19 juga relatif belum terkendali.
“Penanganan pengungsi terdampak bencana di saat pandemi Covid-19 ini akan berbeda. Untuk lokasi pengungsian sehubungan masih saat pandemi sekarang. Tentunya akan berbeda dengan lokasi pengungsian pada saat normal,” ucap Menteri Sosial Juliari Batubara seusai rapat terbatas kemarin. (Baca juga: Kenali Bahaya Virus Rotavirus yang Bisa Mematikan)
Dia menyebut satu di antara hal yang akan berbeda adalah terkait kapasitas tenda pengungsi. Dia mengatakan bahwa jumlah pengungsi dalam satu tenda akan dikurangi. “Kalau saat normal mungkin dalam tenda itu bisa puluhan orang. Bahkan kadang bisa ratusan. Tentunya kami akan lihat kondisi di lapangan. Kalau pakai tenda, tentunya tidak bisa diisi seperti pada kondisi normal. Jumlahnya pasti akan kita kurangi, namun teknis pelaksanaan tergantung lokasinya,” ucapnya.
Selain itu, juga akan diterapkan protokol kesehatan di area pengungsian. Masing-masing pengungsi akan diberikan masker dan alat proteksi diri agar tidak terjadi kluster Covid-19 di lokasi pengungsian.
“Kami juga kerja sama dengan Kementerian Kesehatan apakah mungkin di lokasi pengungsian dilakukan testing, apakah rapid test atau PCR. Ini akan kami konsultasikan dengan Kementerian Kesehatan,” katanya.
Juliari mengungkapkan, Kemensos terus menyiapkan antisipasi bencana di tengah pandemi Covid-19 ini. Satu di antaranya yang dipersiapkan adalah relawan yang dimiliki Kemensos yakni Tagana. Saat ini ada hampir 39.000 relawan yang disebar di berbagai wilayah untuk mengantisipasi peristiwa bencana. (Baca juga: Petinggi KAMI Ditangkap, Ini Tanggapan Din Syamsuddin)