Skenario Penanganan Potensi Multibencana di Tengah Pandemi Dimatangkan

Rabu, 14 Oktober 2020 - 07:35 WIB
loading...
Skenario Penanganan Potensi Multibencana di Tengah Pandemi Dimatangkan
Ilustrasi pebanganan tanah longsor di kawasan Puncak, Bogor. Foto/SINDOnews/Haryudi
A A A
JAKARTA - Pemerintah terus mematangkan skenario antisipasi potensi multibencana dampak La Nina di tengah pandemi Covid-19 . Kesiapan logistik hingga penanganan pengungsi disiapkan sedemikian rupa sehingga tidak memunculkan kluster baru penyebaran Covid-19 di tengah bencana dampak La Nina.

Kapasitas tenda pengungsi misalnya akan dikurangi secara drastis jika bencana mengharuskan evakuasi warga. Kapasitas tenda akan memperhatikan prinsip social dan physical distancing. Terkait jumlah pasti tiap tenda akan disesuaikan dengan ukuran tenda dan kondisi lokasi pengungsian. (Baca: Hukum Bercakap-cakap Ketika Melakukan Jimak)

Untuk diketahui fenomena La Nina diprediksi bakal terjadi bulan ini hingga Februari 2021. Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan tinggi akibat La Nina selama Oktober hingga Desember nanti akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.

Sedangkan periode Januari hingga Februari 2021, curah hujan tinggi masih akan tetap terjadi di kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi.

La Nina akan berdampak meningkatkan curah hujan yang bisa memicu multibencana mulai dari banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi, hingga tsunami. Antisipasi bencana agak menjadi rumit karena di satu sisi penularan wabah Covid-19 juga relatif belum terkendali.

“Penanganan pengungsi terdampak bencana di saat pandemi Covid-19 ini akan berbeda. Untuk lokasi pengungsian sehubungan masih saat pandemi sekarang. Tentunya akan berbeda dengan lokasi pengungsian pada saat normal,” ucap Menteri Sosial Juliari Batubara seusai rapat terbatas kemarin. (Baca juga: Kenali Bahaya Virus Rotavirus yang Bisa Mematikan)

Dia menyebut satu di antara hal yang akan berbeda adalah terkait kapasitas tenda pengungsi. Dia mengatakan bahwa jumlah pengungsi dalam satu tenda akan dikurangi. “Kalau saat normal mungkin dalam tenda itu bisa puluhan orang. Bahkan kadang bisa ratusan. Tentunya kami akan lihat kondisi di lapangan. Kalau pakai tenda, tentunya tidak bisa diisi seperti pada kondisi normal. Jumlahnya pasti akan kita kurangi, namun teknis pelaksanaan tergantung lokasinya,” ucapnya.

Selain itu, juga akan diterapkan protokol kesehatan di area pengungsian. Masing-masing pengungsi akan diberikan masker dan alat proteksi diri agar tidak terjadi kluster Covid-19 di lokasi pengungsian.

“Kami juga kerja sama dengan Kementerian Kesehatan apakah mungkin di lokasi pengungsian dilakukan testing, apakah rapid test atau PCR. Ini akan kami konsultasikan dengan Kementerian Kesehatan,” katanya.

Juliari mengungkapkan, Kemensos terus menyiapkan antisipasi bencana di tengah pandemi Covid-19 ini. Satu di antaranya yang dipersiapkan adalah relawan yang dimiliki Kemensos yakni Tagana. Saat ini ada hampir 39.000 relawan yang disebar di berbagai wilayah untuk mengantisipasi peristiwa bencana. (Baca juga: Petinggi KAMI Ditangkap, Ini Tanggapan Din Syamsuddin)

“Mereka saat ini sudah standby menunggu instruksi. Begitu ada bencana, kita akan instruksikan, mereka akan tiba di lokasi bencana segera dan melakukan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penanganan bencana,” katanya.

Terkait bantuan logistik untuk bencana, Kemensos juga sudah mempersiapkannya. Mulai dari bahan makanan hingga keperluan dasar pada saat bencana. “Kami ada tiga gudang dan dilengkapi beberapa udang yang di provinsi bekerja sama dengan pemda. Kita ingin memastikan pada saat bencana datang, masyarakat yang terdampak bencana bisa segera mendapatkan kebutuhan dasarnya,” ungkapnya.

Juliari mengatakan, sebagaimana instruksi presiden bahwa Kementerian Sosial harus siap begitu bencana datang. “Kemensos sesuai tugas fungsinya memastikan bahwa kesiapan dari segi logistik batuan itu selalu dalam keadaan yang siap. Instruksi Pak Presiden sangat clear bahwa apabila bencana datang, kita harus segera mendistribusikan bantuan-bantuan tersebut sehingga untuk lebih cepat mengirimkan bantuan-bantuan tersebut,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut tanpa La Nina Indonesia sudah memiliki curah hujan yang tinggi. Keberadaan La Nina akan semakin menambah tingginya curah hujan tersebut. “Kami sampaikan dalam prediksi ada kurang lebih 27,5% wilayah di Indonesia yang akan mengalami hujan di atas normal. Artinya di luar kewajaran,” ucapnya. (Baca juga: Pemimpin Oposisi Ultimatum Presiden Belarusia)

Namun, dia tetap mengingatkan agar seluruh daerah di Indonesia mewaspadai hal ini sejak Oktober ini. Pasalnya dia menyebut baik daerah yang terdampak La Nina ataupun tidak akan mengalami curah hujan tinggi. “Namun, meskipun tidak terkena La Nina, Sumatera tanpa La Nina pun curah hujannya, termasuk kategori curah hujan. Bulanan tinggi, bisa lebih dari 400 mm per bulan, yakni di bagian barat Sumatera mulai dari ujung Aceh sampai ujung selatan Lampung. Sehingga, kesimpulannya mulai Oktober sampai November seluruh wilayah Indonesia perlu diwaspadai,” ungkapnya.

Masuk pada Desember, La Nina akan semakin menguat. Hal ini akan semakin memengaruhi curah hujan di beberapa wilayah. Misalnya saja wilayah Jawa pada Desember tanpa La Nina pun curah hujan sudah tinggi. La Nina akan semakin meningkatkan curah hujan yang sudah tinggi.

“Jadi yang perlu diwaspadai di bulan Desember, mulai dari ujung utara Sumatera, Aceh, terus ke bawah. Khususnya pantai barat ke Lampung, masuk ke Jawa, Nusa Tenggara, bagian tengah Papua, sampai Papua Utara, sampai Sulawesi hampir merata,” ucapnya. (Baca juga: Harga Vaksin Covid di Indonesia Sekitar Rp200 Ribu)

Asuransi untuk Pertanian

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah mempersiapkan skema asuransi untuk pertanian dan perikanan yang terdampak bencana. Hal ini bersamaan dengan peringatan BMKG bahwa dalam beberapa waktu ke depan curah hujan di Indonesia akan tinggi sehingga potensi bencana hidrometeorologi akan meningkat.

Satu di antara bencana hidrometeorologi adalah banjir. Bencana banjir bisa mengancam hasil panen pertanian dan perikanan. “Ibu Sri Mulyani sudah menjelaskan bahwa sekarang sudah dibuat satu fund untuk itu (pertanian dan perikanan). Memang masih difinalisasi sehingga kalau ada bencana, asuransi ini bisa membantu,” katanya seusai rapat terbatas, Selasa (13/10/2020).

Pada kesempatan itu, Luhut mengingatkan bahwa curah hujan Indonesia bisa naik hingga 40% dari biasanya. Hal ini karena ada La Nina. (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)

“Nah, dilaporkan tadi adalah bahwa selama enam bulan ke depan ini. Itu karena La Nina di Pasifik itu akan berpengaruh hujan di Indonesia. Dan, hujan di Indonesia ini akan, curahnya akan, bisa naik sampai 40%. Dan, itu membuat supaya kita melakukan antisipasi,” ungkapnya. (Dita Angga)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1477 seconds (0.1#10.140)