Cerita Tenaga Medis COVID-19: Dari Soal Keluarga, Tunjangan Hingga Kehilangan Teman Sejawat

Sabtu, 03 Oktober 2020 - 06:09 WIB
loading...
Cerita Tenaga Medis COVID-19: Dari Soal Keluarga, Tunjangan Hingga Kehilangan Teman Sejawat
Ada banyak cerita dibalik perjuangan tenaga medis dalam menangani COVID-19. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ada banyak cerita dibalik perjuangan tenaga medis dalam menangani COVID-19 . Salah satunya cerita yang diungkapkan oleh Relawan Dokter Rumah Sakit Darurat ( RSD) Wisma Atlet , dr Debryna dan Kepala Perawat ICU Rumah Sakit (RS) Kanujoso di Balikpapan Rustina Susanti saat berbincang dengan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro.

Sebagai salah satu relawan medis di RSD Wisma Atlet ternyata keluarga Debryna kurang setuju dengan langkah yang diambilnya. Namun baginya sebagai seorang dokter sudah menjadi tugasnya untuk tetap turun ke lapangan. (Baca juga: Media China: Trump Membayar Harga Meremehkan Covid-19)

“Jujur, orang tua saya kurang setuju. Tapi karena tuntutan sumpah ya, bukan profesi saja. Saya sampaikan berulang-ulang tujuan saya supaya ini biar kita survive ini bersama-sama. Biar survivenya lebih indah. Semoga mereka paham,” ungkapnya dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (2/10/2020).

Selama menjalankan tugasnya Debryna pun tak luput dari rasa duka. Hal ini terjadi ketika teman sejawatnya juga terpapar COVID-19 dan harus masuk ICU.

“Wah drop sekali, karena tahu itu teman sendiri. Saya merasa wow ini sudah sedekat itu sampai di lingkaran saya terinfeksi. Dan enggak main-main, masuk ICU. Padahal beliau seumuran saya, di bawah 30 tahun. Saya tahu (beliau) jaga makan banget, jaga lifestyle. Namanya manusia, keluputan ada, jadi beliau terinfeksi dan kebetulan masuk ICU dan keadaan buruk,” tuturnya.

Dia berpesan pada masyarakat baik yang masih meragukan adanya COVID-19 dan tidak agar menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam kesehariannya. "Pesan kami pakai masker dan jaga jarak. Jadi enggak peduli kalian sangat percaya atau sangat tidak percaya, intinya kalian lakukan 2 hal itu saja," pesannya.

Saat ditanya soal insentif dari pemerintah, dia mengaku tak terlalu mengharapkan balasan. Namun dia tetap berterima kasih atas hal tersebut. "Basis kami kerelawanan, itu tujuan utama kami. Dengan adanya insentif dan lain-lain, itu plus dan terimakasih sekali," ucapnya.

Cerita serupa juga dibagikan Kepala Perawat ICU RS dr Kanujoso Balikpapan Rustina Susanti. Dia harus mengenakan baju alat pelindung diri (APD) selama 8 jam sehari saat bertugas di ruang ICU. Dia pun mengaku harus memberikan pemahaman pada anak-anaknya tentang tanggung jawab selama COVID-19 ini.

"Saya cuma bisa kasih pengertian ke anak-anak bahwa mungkin ibu enggak tau positif atau negatif. Mungkin ini imunisasi alami buat kita semua. Yang penting kita semua jaga diri, pakai masker, minum vitamin dan makan teratur, istirahat, semoga kita dijaga oleh Allah SWT," tuturnya.

Peristiwa sedih pun juga ia alami saat teman sejawatnya juga terpapar COVID-19 dan meninggal dunia di ICU. "Ini benar-benar kaya terlibat drama, bikin lemas, di saat itu secara otomatis kami yang ada di ruang ICU lemas semuanya," kenang Rustina.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1075 seconds (0.1#10.140)