Tuai Polemik, Pemerintah Diminta Benahi Data Kematian COVID-19

Senin, 28 September 2020 - 15:29 WIB
loading...
Tuai Polemik, Pemerintah...
Polemik data kematian COVID-19 di Indonesia masih berlanjut. Selisih laporan yang masih tinggi antara Kemenkes dan Lapor COVID-19 menjadi salah satu penyebabnya. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Polemik data kematian COVID-19 di Indonesia masih berlanjut. Selisih laporan yang masih tinggi antara Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) dan Lapor COVID-19 menjadi salah satu penyebabnya. Lapor COVID-19 merupakan sebuah wadah laporan warga (citizen reporting) yang digunakan sebagai tempat berbagi informasi mengenai angka kejadian terkait COVID-19 yang selama ini luput dari jangkauan pemerintah.

Peneliti bidang Sosial The Indonesian Institute (TII), Vunny Wijaya menilai,membicarakan data kematian mungkin tampak terlalu teknis bagi sebagian masyarakat. Tetapi bagi para pengambil kebijakan di sektor kesehatan, data menjadi kunci penting penanganan suatu pandemi. (Baca juga: Penjelasan Satgas Soal Angka Kematian Corona Simpang Siur)

“Data kematian juga menjadi landasan penting untuk menentukan upaya prioritas dalam penanganan COVID-19. Oleh karena itulah, adanya perbedaan data kematian patut untuk dikaji lebih jauh,” ujar Vunny dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Senin (28/9/2020).

Menurut data Kemenkes hingga 6 September, total kematian di Indonesia mencapai 8.025 orang. Sementara, menurut Lapor COVID-19, kasus kematian telah mencapai 18.260 orang.

Selain itu, Rumah Sakit (RS) Online yang merupakan bagian dari pelaporan Sistem Informasi RS (SIRS) mencatat bahwa per 16 September, angka kematian akibat COVID-19 mencapai 22.923 orang atau 152% dari data Kemenkes. Sementara, data Kemenkes menunjukkan angka sebanyak 9.100 orang yang kini telah mencapai lebih dari 10 ribu kematian.

Lapor COVID-19 menyatakan bahwa data kematian yang dilaporkan pemerintah masih belum mengacu pada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyertakan seluruh data terduga dan pasien terkonfirmasi.

Idealnya, lanjut Vunny, jika data kematian yang dimiliki semakin terklasifikasi tentu akan dapat memberikan suatu gambaran informasi publik yang lebih komprehensif. Sebagaimana disinggung sebelumnya, data kematian juga menjadi landasan penting pengambilan kebijakan kesehatan. (Baca juga: Total Korban Meninggal Akibat Covid-19 Capai 10.386 Orang)

“Data yang diklasifikasikan dengan baik memungkinkan semakin banyaknya penelitian terkait COVID-19, yang diharapkan menghasilkan berbagai upaya penanganan kasus yang lebih baik. Tidak hanya untuk saat ini, tetapi sebagai langkah antisipasi ke depan,” jelasnya.

Mulai 13 Juli 2020, Kemenkes secara resmi mengganti istilah ODP, PDP, Orang Tanpa Gejala (OTG) menjadi kasus suspect, kasus probable, kontak erat. Namun, seyogyanya, pergantian istilah tersebut juga diiringi dengan keseriusan Satgas COVID-19 dalam upaya mengklasifikasikan pasien meninggal sesuai pedoman WHO.

Jika banyaknya spesimen yang perlu diperiksa di laboratorium menjadi alasan tidak diperiksanya status pasien terduga, maka percepatan penambahan laboratorium dan tenaga yang bertugas harus terus dilakukan. Mungkin tampak terlambat, tetapi tidak ada salahnya mengejar ketertinggalan sebagai bukti keseriusan Satgas COVID-19 untuk menyajikan data yang lebih spesifik di era keterbukaan informasi publik.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Marak Kasus Pelecehan...
Marak Kasus Pelecehan Seksual Dokter PPDS, IDI: Rumah Sakit Harus Ikut Bertanggung Jawab
Kemenkes Tutup 3 Prodi...
Kemenkes Tutup 3 Prodi di Fakultas Kedokteran Buntut Laporan Perundungan dan Pelecehan Seksual
Marak Kasus Asusila...
Marak Kasus Asusila Dokter, Wamenkes Minta Penerapan Tes Psikologi MMPI
Pendekatan THR Bisa...
Pendekatan THR Bisa Jadi Alternatif Dalam Upaya Berhenti Merokok
100 Hari Kerja Prabowo-Gibran,...
100 Hari Kerja Prabowo-Gibran, Kemendikdasmen Peringkat 2 Kementerian Paling Memuaskan
Program Tes Kesehatan...
Program Tes Kesehatan Gratis bagi Warga Ulang Tahun Dirilis Bulan Depan, Ini Syaratnya
Wabah Virus HMPV Merebak...
Wabah Virus HMPV Merebak di China, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada
Kemenkes Beri Penghargaan...
Kemenkes Beri Penghargaan Pelabuhan Sehat 2024 ke Pupuk Kaltim
Dua Kementerian Tekankan...
Dua Kementerian Tekankan Pentingnya Transformasi Digital
Rekomendasi
3 Langkah Rusia untuk...
3 Langkah Rusia untuk Merebut Crimea dari Ukraina, Apa Saja?
Mesir Hancurkan Masjid...
Mesir Hancurkan Masjid Mahmoud Pasha Al-Falaky yang Bersejarah di Kairo, Picu Kecaman
Prudential Dukung Keberlanjutan...
Prudential Dukung Keberlanjutan Lingkungan di Kepulauan Seribu
Berita Terkini
Jebolan Sepa dan Akpol...
Jebolan Sepa dan Akpol 1993 Tembus Bintang 3 Polri, Nomor 1 Wakil Kepala BSSN
17 menit yang lalu
Laporkan Ahmad Dhani...
Laporkan Ahmad Dhani ke Bareskrim, Rayen Pono Bawa 3 Bukti
4 jam yang lalu
Ahmad Dhani Dilaporkan...
Ahmad Dhani Dilaporkan ke Bareskrim terkait Dugaan Penghinaan Marga
4 jam yang lalu
Prabowo Perintahkan...
Prabowo Perintahkan Menteri Rapatkan Barisan, Cak Imin Sangkal terkait Pemilu 2029
5 jam yang lalu
Revisi UU LLAJ Dinilai...
Revisi UU LLAJ Dinilai Bisa Jadi Solusi Tertibkan Truk ODOL
5 jam yang lalu
Presiden Prabowo dan...
Presiden Prabowo dan Mentan Amran Pimpin Tanam Padi Serentak di 14 Provinsi
5 jam yang lalu
Infografis
Pemerintah Baru Suriah...
Pemerintah Baru Suriah Bakal Tuntut Iran Rp4.870 Triliun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved