Rencana Geser Cuti Lebaran Pada Hari Raya Idul Adha Belum Final

Selasa, 05 Mei 2020 - 06:38 WIB
loading...
A A A
Hingga kemarin jumlah pasien positif korona masih menunjukkan peningkatan, bertambah 395 orang sehingga menjadi 11.587 orang. Kabar baiknya, kasus sembuh bertambah 78 orang sehingga akumulasinya menjadi 1.954 orang, sedangkan kasus yang meninggal bertambah 19 orang sehingga menjadi 864.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengungkapkan, kasus positif tersebar di 331 kabupaten/kota seluruh provinsi di Tanah Air. Data tersebut berasal dari 116.861 spesimen yang diperiksa dengan metode realtime PCR dari 861.06 orang. "Selain itu, kasus orang dalam pemantauan saat ini 238.178 orang, pasien dalam pengawasan sebanyak 24.020 orang,” ujarnya.

Pro-kontra

Pemerintah berencana menggeser cuti bersama dari Lebaran Idul Fitri ke Hari Raya Idul Adha memicu pro-kontra. Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Demokrat Anwar Hafid, misalnya, mengakui bahwa saat ini kondisinya memang tidak normal sehingga semua kebijakan bersifat darurat.

Namun, Anwar mempertanyakan esensi dari penundaan cuti bersama tersebut karena saat ini sebenarnya juga sudah terlalu banyak libur akibat pemberlakuan social distancing dan kebijakan bekerja dari rumah (work from home).

"Sebenarnya kalau cuti bersama apa pengaruhnya ya? Mungkin pengaruhnya pada mudik iya. Sekarang juga kita kan juga libur. Libur ini sudah cukup, apalagi sampai Lebaran cuma bedanya ini tidak mudik. Mungkin kepentingannya di situ," katanya kemarin.

Menurut Anwar, jika melihat pada produktivitas kerja, sekarang ini sudah terlalu banyak waktu untuk istirahat di rumah. Namun, kebijakan tersebut bisa dipahami jika alasan pemerintah menunda cuti Lebaran untuk kepentingan mudik, memberikan kesempatan masyarakat bertemu keluarga di kampung atau kembali ke daerah. "Tapi itu namanya bukan cuti Lebaran, tapi cuti mudik, cuti pulang kampung. Jadi tidak usah dibawa sampai ke Idul Adha, masa juga cuti Lebaran sampai banyak," gugatnya.

Adapun pengamat kebijakan publik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pheni Chalid, menyambut baik opsi Jokowi yang mengganti libur Idul Fitri menjadi libur di saat Idul Adha. Kebijakan ini dinilai dapat menjadi obat masyarakat yang sedang tertekan karena pandemi dan dampak ekonominya.

"Tetapi itu bukan definitif karena itu tiga bulan kemudian Mei, Juni, Juli, Agustus. Kan ada perkiraan bulan itu (pandemi mereda). Libur ini kan persoalan tentatif, bukan wajib, berhadapan dengan Covid-19 ini, jadi segala kebijakan soal libur ini bersifat tentatif. Kalau dimundurkan pada Lebaran Haji enggak apa-apa, orang kan sekarang stressful jadi untuk pengalihan pada libur Lebaran Haji,” kata Pheni kepada SINDO Media kemarin.

Namun, menurut Pheni, pemerintah harus tetap mengevaluasi kebijakan libur itu nantinya, apakah kondisi pandemi sudah benar-benar mereda atau tidak. Kalau memang belum mereda, tentu harus dimundurkan lagi liburnya. Apalagi, dalam suasana kepanikan sekarang, saat banyak masyarakat nekat melakukan mudik dengan berbagai cara.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1772 seconds (0.1#10.140)