Rocky Gerung: Mahfud MD Seperti Cacing Kepanasan di Dalam Istana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Polhukam Mahfud MD belum lama ini memberikan pernyataan bahwa kesan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia sangat buruk. Bahkan dia selaku menteri dan presiden sekali pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kesan buruk tersebut sebagai akibat dari problem moral personal.
Buntut dari pernyataan itu, Mahfud sempat terlibat ketegangan dengan Presiden PKS M Sohibul Iman di twitter. Tanggapan Iman atas kalimat "tidak bisa berbuat apa-apa" langsung dibalas Mahfud dengan jawaban menyerang. Mahfud mengatakan bahkan partai dakwah dengan presiden sehebat Iman pun tak bisa berbuat apa-apa. (Baca juga : Darurat Covid-19, PBNU Minta Pilkada Serentak Ditunda )
"Nyatanya partai dakwah ikut mengkontribusi kondisi ini, buktinya ikut mengirim wakilnya di penjara. Itu karena tak bisa ngapa-ngapain kan?" cuit Mahfud.
Pengamat sosial politik Rocky Gerung menilai pernyataan Mahfud itu mirip dengan apa yang ditulis Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky dalam Crime and Punisment. Dalam novel itu, Dostoyevsky mengungkapkan problem moral seseorang yang berbuat kejahatan.
(Baca: Din Syamsuddin, Rocky Gerung dkk Bentuk Koalisi Selamatkan Indonesia)
Sang pelaku menganggap bahwa kejahatan yang diperbuatnya adalah bagian langsung untuk menghasilkan dunia baru yang lebih baik. Dengan kata lain, ada justifikasi terhadap kejahatan yang dilakukan. ”Menganggap kejahatan adalah bagian untuk menghasilkan sesuatu yang hebat,” ujar Rocky melalui video berjudul Mahfud MD Bersiap di Pintu Darurat yang diunggah di Youtube, Sabtu (19/9/2020).
Menurut Rocky, Mahfud sebenarnya selalu ingin menunjukkan kondisi di dalam istana negara. Dalam pandangannya, Mahfud memang sedang tidak tenang dan selalu gelisah di dalam istana.
(Baca: Rocky Gerung: IPO Subholding Pertamina Ibarat Perdagangan Organ Tubuh)
”Kalau kita lihat urutan komunikasi politik Mahfud seminggu ini, itu memang kayak cacing kepanasan di dalam. Mahfud kalau kepanasan kan reaksinya lebih dari cacing. Itu yang otentik dari Pak Mahfud yang saya kenal,” kata aktivis yang juga dikenal sebagai filsuf itu.
Dia lalu melanjutkan, pernyataan Mahfud memberi sinyal keraguan Mahfud sendiri terhadap pemahaman masyarakat atas keterangan kepolisian atau kejaksaan. ”Sinyal Mahfud adalah dia sebenarnya tidak tahu keterangan resmi kepolisian, kejaksaan, itu bisa dipahami publik atau nggak,” kata Rocky.
Buntut dari pernyataan itu, Mahfud sempat terlibat ketegangan dengan Presiden PKS M Sohibul Iman di twitter. Tanggapan Iman atas kalimat "tidak bisa berbuat apa-apa" langsung dibalas Mahfud dengan jawaban menyerang. Mahfud mengatakan bahkan partai dakwah dengan presiden sehebat Iman pun tak bisa berbuat apa-apa. (Baca juga : Darurat Covid-19, PBNU Minta Pilkada Serentak Ditunda )
"Nyatanya partai dakwah ikut mengkontribusi kondisi ini, buktinya ikut mengirim wakilnya di penjara. Itu karena tak bisa ngapa-ngapain kan?" cuit Mahfud.
Pengamat sosial politik Rocky Gerung menilai pernyataan Mahfud itu mirip dengan apa yang ditulis Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky dalam Crime and Punisment. Dalam novel itu, Dostoyevsky mengungkapkan problem moral seseorang yang berbuat kejahatan.
(Baca: Din Syamsuddin, Rocky Gerung dkk Bentuk Koalisi Selamatkan Indonesia)
Sang pelaku menganggap bahwa kejahatan yang diperbuatnya adalah bagian langsung untuk menghasilkan dunia baru yang lebih baik. Dengan kata lain, ada justifikasi terhadap kejahatan yang dilakukan. ”Menganggap kejahatan adalah bagian untuk menghasilkan sesuatu yang hebat,” ujar Rocky melalui video berjudul Mahfud MD Bersiap di Pintu Darurat yang diunggah di Youtube, Sabtu (19/9/2020).
Menurut Rocky, Mahfud sebenarnya selalu ingin menunjukkan kondisi di dalam istana negara. Dalam pandangannya, Mahfud memang sedang tidak tenang dan selalu gelisah di dalam istana.
(Baca: Rocky Gerung: IPO Subholding Pertamina Ibarat Perdagangan Organ Tubuh)
”Kalau kita lihat urutan komunikasi politik Mahfud seminggu ini, itu memang kayak cacing kepanasan di dalam. Mahfud kalau kepanasan kan reaksinya lebih dari cacing. Itu yang otentik dari Pak Mahfud yang saya kenal,” kata aktivis yang juga dikenal sebagai filsuf itu.
Dia lalu melanjutkan, pernyataan Mahfud memberi sinyal keraguan Mahfud sendiri terhadap pemahaman masyarakat atas keterangan kepolisian atau kejaksaan. ”Sinyal Mahfud adalah dia sebenarnya tidak tahu keterangan resmi kepolisian, kejaksaan, itu bisa dipahami publik atau nggak,” kata Rocky.
(muh)