Kementan Beri Saran ke Petani Kabupaten Bogor untuk Hadapi Kekeringan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lantaran tidak diguyur hujan selama sekitar tiga bulan, lahan pertanian di Jonggol, Kabupaten Bogor, mengering dan terancam gagal panen. Kementerian Pertanian memberikan masukan ke petani untuk menghadapi kondisi tersebut.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, ada beberapa hal penting yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau.
“Buat pertanian, antisipasi awal adalah dengan water management. Atau menjaga ketersediaan air. Caranya bisa dengan dam parit, embung dan lainnya. Sedangkan cara lainnya adalah menjaga lahan pertanian agar terhindar dari kerugian dengan mengasuransikan lahan,” tutur Mentan SYL, Senin (14/9/2020).
Pernyataan serupa disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy. “Petani harus mengetahui kondisi sekitar lahan. Jika memang ada sumber air yang bisa dimanfaatkan, maka water management bisa diterapkan. Tapi cara terbaik untuk menjaga lahan adalah mengikuti asuransi,” tuturnya.
Sarwo Edhy mengatakan, ada banyak manfaat yang bisa dirasakan petani dengan mengikuti asuransi. “Yang paling utama, asuransi memberikan ketenangan kepada petani untuk beraktivitas. karena ada jaminan ganti rugi untuk lahan yang gagal panen. Dengan klaim dari asuransi, petani bahkan memiliki modal untuk kembali tanam,” katanya.
Untuk menjaga lahannya, petani di Jonggol Kabupaten Bogor bisa memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Premi yang harus dibayarkan pun relatif terjangkau, sebesar Rp 180.000/hektare (ha)/MT.
Sedangkan nilai pertanggungan sebesar Rp6.000.000/Ha/MT. Asuransi ini memberikan perlindungan terhadap serangan hama penyakit, banjir, dan kekeringan. Petani dijamin tidak akan merugi karena lahan sudah ter-cover asuransi.
Di Jonggol, kekeringan telah melanda Desa Jagaita, Weninggalih, dan Sirnajati. Warga bukan hanya mulai kesulitan air bersih, lahan sawah dan sungai pun mengering.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, ada beberapa hal penting yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau.
“Buat pertanian, antisipasi awal adalah dengan water management. Atau menjaga ketersediaan air. Caranya bisa dengan dam parit, embung dan lainnya. Sedangkan cara lainnya adalah menjaga lahan pertanian agar terhindar dari kerugian dengan mengasuransikan lahan,” tutur Mentan SYL, Senin (14/9/2020).
Pernyataan serupa disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy. “Petani harus mengetahui kondisi sekitar lahan. Jika memang ada sumber air yang bisa dimanfaatkan, maka water management bisa diterapkan. Tapi cara terbaik untuk menjaga lahan adalah mengikuti asuransi,” tuturnya.
Sarwo Edhy mengatakan, ada banyak manfaat yang bisa dirasakan petani dengan mengikuti asuransi. “Yang paling utama, asuransi memberikan ketenangan kepada petani untuk beraktivitas. karena ada jaminan ganti rugi untuk lahan yang gagal panen. Dengan klaim dari asuransi, petani bahkan memiliki modal untuk kembali tanam,” katanya.
Untuk menjaga lahannya, petani di Jonggol Kabupaten Bogor bisa memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Premi yang harus dibayarkan pun relatif terjangkau, sebesar Rp 180.000/hektare (ha)/MT.
Sedangkan nilai pertanggungan sebesar Rp6.000.000/Ha/MT. Asuransi ini memberikan perlindungan terhadap serangan hama penyakit, banjir, dan kekeringan. Petani dijamin tidak akan merugi karena lahan sudah ter-cover asuransi.
Di Jonggol, kekeringan telah melanda Desa Jagaita, Weninggalih, dan Sirnajati. Warga bukan hanya mulai kesulitan air bersih, lahan sawah dan sungai pun mengering.
(alf)