Sigma Pancasila, Wapres Ingatkan 4 Bingkai Pemersatu Umat Beragama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Upaya mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia harus terus dilakukan. Salah satunya dengan menggiatkan dialog lintas agama.
Hal demikian disampaikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin secara virtual dalam acara Simposium Nasional Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila (SIGMA) yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH), Kamis (10/9/2020)
"Untuk mewujudkan integrasi nasional ini, diperlukan kehidupan yang rukun dan harmonis antar umat beragama. Baik dalam konteks kehidupan sosial maupun kehidupan politik. Upaya-upaya itu perlu terus dilakukan terutama melalui empat bingkai kerukunan," katanya.
Ma'ruf melanjutkan, bingkai pertama guna mewujudkan hal tersebut adalah melalui bingkai politis. Upaya ini adalah penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui penguatan wawasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, bingkai teologis, yakni penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui pengembangan teologi kerukunan sebagai acuan dalam hubungan antar umat beragama, warga negara, dan manusia secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, Ma'ruf menjelaskan semua agama sejatinya mengajarkan nilai-nilai harmonisasi yang berperan sebagai prinsip kerukunan dan bisa membawa maslahat bagi umat manusia. "Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan kebaikan dan kedamaian hidup manusia serta saling menghormati di antara sesama manusia," kata Ma'ruf.
"Budha mengajarkan kesederhanaan, Hindu mengajarkan asi (Tepo seliro), Kristen mengajarkan cinta kasih, Konghucu mengajarkan kebijaksanaan, dan Islam mengajarkan kasih sayang bagi seluruh alam," sambungnya.
Bingkai Ketiga, Ma'ruf melanjutkan, adalah bingkai dalam ranah sosiologis. Hal ini berarti penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui penguatan budaya dan kearifan lokal. Menurutnya, hal ini sangat memungkinkan diterapkan karena setiap daerah atau suku memiliki nilai-nilai budaya.
Sementara Keempat, adalah bingkai yuridis. Upaya ini merujuk pada penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui penguatan regulasi tentang kehidupan beragama secara komprehensif dan terintegrasi baik dalam bentuk UU maupun peraturan hukum di bawahnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia ini juga menegaskan, Pancasila mengandung nilai-nilai yang kuat untuk menjaga kerukunan bermasyarakat dan kehidupan umat beragama. Selama ini, kata Ma'ruf, Pancasila terbukti mampu menjaga kerukunan seluruh bangsa sehingga tercipta integrasi nasional.
Meski begitu, dinamika interaksi antar sesama masyarakat dunia, menurut Ma'ruf, menimbulkan sejumlah pemahaman dan sikap keagamaan yang berpotensi mengancam integrasi bangsa. Untuk itu, sudah menjadi tugas bersama menangkal ancaman tersebut. Ia menekankan persatuan nasional merupakan pra syarat bagi terwujudnya stabilitas nasional.
"Saya sebagai orang yang pernah menjadi salah satu anggota Dewan Pengarah BPIP ingin menyampaikan harapan besar agar BPIP ini bisa mengambil peran yang lebih besar dalam rangka implementasi Pancasila baik di bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya," kata Ma'ruf.
Hal demikian disampaikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin secara virtual dalam acara Simposium Nasional Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila (SIGMA) yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH), Kamis (10/9/2020)
"Untuk mewujudkan integrasi nasional ini, diperlukan kehidupan yang rukun dan harmonis antar umat beragama. Baik dalam konteks kehidupan sosial maupun kehidupan politik. Upaya-upaya itu perlu terus dilakukan terutama melalui empat bingkai kerukunan," katanya.
Ma'ruf melanjutkan, bingkai pertama guna mewujudkan hal tersebut adalah melalui bingkai politis. Upaya ini adalah penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui penguatan wawasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, bingkai teologis, yakni penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui pengembangan teologi kerukunan sebagai acuan dalam hubungan antar umat beragama, warga negara, dan manusia secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, Ma'ruf menjelaskan semua agama sejatinya mengajarkan nilai-nilai harmonisasi yang berperan sebagai prinsip kerukunan dan bisa membawa maslahat bagi umat manusia. "Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan kebaikan dan kedamaian hidup manusia serta saling menghormati di antara sesama manusia," kata Ma'ruf.
"Budha mengajarkan kesederhanaan, Hindu mengajarkan asi (Tepo seliro), Kristen mengajarkan cinta kasih, Konghucu mengajarkan kebijaksanaan, dan Islam mengajarkan kasih sayang bagi seluruh alam," sambungnya.
Bingkai Ketiga, Ma'ruf melanjutkan, adalah bingkai dalam ranah sosiologis. Hal ini berarti penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui penguatan budaya dan kearifan lokal. Menurutnya, hal ini sangat memungkinkan diterapkan karena setiap daerah atau suku memiliki nilai-nilai budaya.
Sementara Keempat, adalah bingkai yuridis. Upaya ini merujuk pada penguatan kerukunan dan pencegahan konflik melalui penguatan regulasi tentang kehidupan beragama secara komprehensif dan terintegrasi baik dalam bentuk UU maupun peraturan hukum di bawahnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia ini juga menegaskan, Pancasila mengandung nilai-nilai yang kuat untuk menjaga kerukunan bermasyarakat dan kehidupan umat beragama. Selama ini, kata Ma'ruf, Pancasila terbukti mampu menjaga kerukunan seluruh bangsa sehingga tercipta integrasi nasional.
Meski begitu, dinamika interaksi antar sesama masyarakat dunia, menurut Ma'ruf, menimbulkan sejumlah pemahaman dan sikap keagamaan yang berpotensi mengancam integrasi bangsa. Untuk itu, sudah menjadi tugas bersama menangkal ancaman tersebut. Ia menekankan persatuan nasional merupakan pra syarat bagi terwujudnya stabilitas nasional.
"Saya sebagai orang yang pernah menjadi salah satu anggota Dewan Pengarah BPIP ingin menyampaikan harapan besar agar BPIP ini bisa mengambil peran yang lebih besar dalam rangka implementasi Pancasila baik di bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya," kata Ma'ruf.
(alf)