Menyelamatkan Manusia, Merawat Ekonomi

Senin, 30 Maret 2020 - 07:01 WIB
Menyelamatkan Manusia, Merawat Ekonomi
Menyelamatkan Manusia, Merawat Ekonomi
A A A
Bambang Soesatyo
Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia

SEMUA
daya dan upaya saat ini memang harus berfokus pada penyelamatan bagi siapa saja yang positif terinfeksi Covid-19. Namun, perekonomian tidak boleh lumpuh. Maka, sepanjang periode pandemi global virus korona sekarang, merawat ekonomi juga menjadi pekerjaan sangat strategis untuk memastikan kehidupan hari esok semua orang.

Untuk menyelamatkan dan menyembuhkan semua pasien Covid-19, beban pekerjaan teramat berat harus dipikul para dokter, perawat, petugas medis lainnya hingga komunitas relawan. Penghargaan setinggi-tingginya layak diberikan atas kesediaan mereka melaksanakan misi kemanusiaan itu. Apalagi, tak jarang nyawa jadi taruhannya. Sedikitnya sudah lima dokter yang meninggal dunia. Di kalangan perawat pun ada yang meninggal dunia. Ada laporan di Jakarta yang menyebutkan 50 petugas medis sudah terpapar virus korona.

Pada sisi lain, semua pemerintah daerah pun berjibaku mengupayakan cegah-tangkal penyebaran virus korona. Sayangnya, di beberapa wilayah atau kota, upaya cegah-tangkal menjadi tidak mudah karena dihadapkan pada minimnya kesadaran warga setempat akan urgensi menjaga jarak dengan orang lain atau social distancing (kini physical distancing). Karena itu, tindakan tegas aparatur negara atau daerah membubarkan kumpulan orang sudah benar.

Seperti kecenderungan di dalam negeri, penyebaran korona (Covid-19) pada tingkat global pun makin membuat semua orang cemas karena jumlah yang terinfeksi terus bertambah. Hingga Sabtu (28/3) tengah malam, penyebaran Covid-19 di dalam negeri sudah mencakup 19 provinsi, dengan pasien positif terinfeksi Covid-19 berjumlah 1.155 pasien, meninggal 102 pasien dan 59 pasien sembuh.

Di belahan dunia lain, gambarannya terkesan lebih mencekam. Sejak pekan lalu, Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah pasien positif terinfeksi Covid-19 tertinggi per 28 Maret 2020, mencapai 102.396 pasien, 1.607 meninggal dan 2.471 sembuh. Gubernur Negara Bagian New York, Andrew Cuomo, menggambarkan penyebaran wabah virus korona di wilayahnya lebih cepat dari "kereta peluru".

Di Eropa pun demikian. Irlandia menjadi negara berikutnya yang di-lockdown. Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar mengumumkan lockdown mulai diberlakukan Sabtu (28/3) tengah malam waktu setempat dan berlangsung hingga 12 April 2020. Italia masih dihadapkan pada besarnya jumlah kematian pasien Covid-19. Italia mencatat rekor angka kematian akibat Covid-19 pada Jumat (27/3), ketika ada 969 orang meninggal. Dengan catatan hari itu, seluruhnya sudah 9.134 orang yang meninggal di Italia dari jumlah 86.498 kasus, dan 10.950 pasien sembuh. Di Inggris, setelah Pangeran Charles dinyatakan positif terinfeksi, menyusul kemudian Perdana Menteri Boris Johnson.

Publik sudah menyimak berita tentang progres dari upaya para ahli di sejumlah negara menemukan racikan obat atau vaksin yang diharapkan bisa efektif menyembuhkan pasien Covid-19. Namun, upaya atau hasil uji coba belum lagi menunjukkan titik terang. Ditambah lagi dengan fakta sulitnya upaya cegah tangkal penyebaran virus ini, dunia pun seperti terperangkap oleh ketidaktahuan tentang cara memerangi virus korona. Hampir empat bulan setelah virus ini terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, komunitas global bahkan belum menemukan cara atau strategi yang efektif untuk menangkal penyebarluasan virus ini.

Karena itu, seluruh elemen masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali, diharapkan peduli pada potensi ancaman akibat meluasnya wabah ini. Sudah terbukti bahwa proses penularan wabah ini begitu mudah. Karena proses penularannya yang mudah, setiap orang hanya diminta meningkatkan kehati-hatian, menjaga jarak dengan orang lain, tidak bertindak ceroboh ketika berada di ruang publik, dan berani mendatangi petugas kesehatan atau rumah sakit ketika merasakan gejala gangguan kesehatan. Tidak kalah pentingnya adalah menaati anjuran atau saran pemerintah. Misalnya, untuk sementara ini, cukup bekerja dan belajar di rumah. Dengan cara sederhana ini, percepatan penyebaran wabah korona bisa ditangkal.

Ketersediaan Pangan
Selain fokus pada upaya bersama menyelamatkan dan menyembuhkan pasien Covid-19, serta upaya cegah tangkal penyebaran wabah korona, ada pekerjaan lain yang juga sangat penting untuk terus dilakoni, yakni merawat perekonomian bersama. Prinsipnya, demi keselamatan semua orang, perekonomian tidak boleh lumpuh. Maka, sepanjang periode pandemi global virus korona sekarang ini, merawat ekonomi bersama juga menjadi pekerjaan sangat strategis untuk memastikan kehidupan hari esok semua orang.

Dunia sedang menghadapi potensi krisis mutidimensi. Akhir pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan bahwa pandemi korona telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan global. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, banyak negara mendadak menghentikan kegiatan ekonomi, sehingga perekonomian dunia tahun ini akan terkontraksi.

Jika terjadi krisis, negara berkembang paling merasakan dampaknya, akibat dari kombinasi krisis kesehatan, banyaknya aliran modal asing yang keluar, dan melemahnya harga komoditas. “Kita berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya; pandemi kesehatan global telah berubah menjadi krisis ekonomi dan keuangan," kata Georgieva dalam keterangan resmi. Pandemi korona mendorong banyak negara anggota IMF mengambil beragam tindakan luar biasa untuk menyelamatkan nyawa penduduknya.

AS dan Tiongkok, dua raksasa ekonomi dunia itu, pun kini sedang mencoba memperbaiki kerusakan. Jumat (27/3 pekan lalu), Presiden AS Donald Trump telah menandatangani rancangan undang-undang paket stimulus untuk pemulihan ekonomi. Nilai paket stimulus itu mencapai Rp32.000 triliun, terbesar sepanjang sejarah AS. Salah satu sasaran atau target stimulus itu adalah menyediakan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar USD1.200 per orang dan tambahan USD500 untuk setiap anak. Hanya warga dengan pendapatan kurang dari USD75.000 per tahun yang berhak menerima BLT ini. Seperti diketahui, jumlah pengangguran di AS tiba-tiba melonjak. Baru-baru ini, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan ada 3,3 juta orang yang mengajukan tunjangan pengangguran.

Di Tiongkok, ratusan pabrik di Kota Wuhan dan beberapa kota lainnya sempat ditutup. Menurut Bloomberg, di Wuhan saja terdapat sedikitnya 515 industri, sebagian besar di sektor manufaktur. Ada 146 industri komponen otomotif, 68 perusahaan komputer, 47 industri perangkat listrik, 32 industri produk konsumen, dan 222 perusahaan dari berbagai jenis industri lain. Muncul perkiraan bahwa produktivitas sektor manufaktur Tiongkok akan turun hingga 15% pada kuartal pertama tahun ini.

Untuk merespons kemungkinan itu, otoritas moneter Tiongkok pada Februari lalu mengguyur sistem keuangan negara itu dengan dana segar 1,2 triliun yuan. Dengan suntikan itu, likuiditas perbankan Tiongkok diharapkan cukup dan mampu menjaga stabilitas nilai tukar yuan. Selain itu, Tiongkok menyediakan dana 300 miliar yuan dengan bunga rendah untuk menopang keberlangsungan pelaku industri skala kecil dan menengah.

Itulah gambaran sekilas tentang kerusakan dan langkah-langkah stimulus yang ditempuh AS serta Tiongkok memperbaiki kerusakan di sektor ekonominya masing-masing. Tentu saja semuanya berharap langkah dua raksasa ekonomi ini bisa mereduksi krisis ekonomi yang sedang membayangi dunia saat ini. Pemerintah Indonesia pun sudah menerapkan beberapa paket kebijakan stimulus ekonomi untuk meminimalkan kerusakan.

Belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi global virus korona akan berakhir. Satu hal yang pasti, kerusakan di sektor ekonomi begitu nyata dan terus berlangsung. Dan, IMF pun sudah menegaskan bahwa krisis ekonomi global pun tampak nyata. Ditengah proses kerusakan pada sektor ekonomi global itu, maka tantangan utama bagi setiap negara, termasuk Indonesia, adalah kepastian ketersediaan bahan pangan pokok. Siapa pun tidak mengharapkan sektor tanaman pangan mengalami kerusakan seperti halnya kerusakan di sektor bisnis lainnya.

Karena itu, agar masyarakat tidak cemas dan tidak panik, negara harus mewujudkan kepastian bahwa bahan pangan pokok selalu tersedia dalam jumlah cukup. Rantai pasokannya pun harus lancar, tidak boleh bermasalah. Selain itu, aktivitas produksi bahan pangan pokok, seperti kegiatan tanam padi, sayur-sayuran hingga produktivitas nelayan, harus tetap terjaga. Sangat beralasan jika pemerintah memberi perhatian khusus pada sektor tanaman pangan. Kalau perlu, pemerintah memberi insentif pada semua subsektor ekonomi yang berkait langsung dengan pengadaan bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6492 seconds (0.1#10.140)