Beda Pendapat Ahli Epidemologi dengan Gugus Tugas soal Meredanya Kasus COVID-19

Minggu, 03 Mei 2020 - 14:20 WIB
loading...
Beda Pendapat Ahli Epidemologi...
Ahli Epidemologi dari UI, Pandu Riono berbeda pendapat dengan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo bahwa wabah Corona akan mereda pada Juni 2020. Foto/Ilustrasi/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Ahli Epidemologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono berbeda pendapat dengan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo bahwa wabah Corona akan mereda pada Juni 2020 sehingga Juli aktivitas bisa kembali normal. Menurutnya, dengan penanganan pemerintah hari ini yang kasusnya akan melamban justru hanya di wilayah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara disiplin. Namun, belum bisa mereda secara nasional.

“Saya koreksi ya, saya punya pendapat berbeda. Jadi, Juni sudah mulai melamban terus diharapkan kalau intensitas PSBB-nya mulai meningkat di beberapa wilayah akan menurun, tidak sampai Indonesia loh. Karena pembatasan sosial lingkupnya belum nasional, baru beberapa daerah saja. Dan mungkin di beberapa wilayah tersebut, Juli sudah mereda, saya nggak pernah bilang selesai, mereda,” ujar Pandu saat dihubungi SINDO Media, Minggu (3/5/2020).

Pandu menjelaskan, perkiraan wabah COVID-19 mereda di sejumlah wilayah itu bukan berarti tidak ditemukan kasus sama sekali, kasus tentu akan masih ditemukan hanya saja jumlahnya sangat rendah sekali. Menurutnya, pemerintah jangan menganggap pandemi ini akan cepat selesai dalam waktu cepat karena COVID-19 ini membutuhkan waktu pemulihan yang cukup lama dan harus dilakukan secara bertahap.

“Jangan menganggap pandemi ini akan cepat selesai karena pandemi ini akan lama, kita butuh waktu tapi kita bisa memulihkan secara bertahap, pembatasan sosialnya bisa kita kurangi pelan-pelan, nggak bisa sekaligus,” terangnya.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI ini menguraikan saat ini kasus COVID-19 memang sudah mulai mereda, pemerintah bisa mulai mengizinkan sejumlah aktivitas yang selama ini dilarang. Seperti misalnya, kegiatan belajar-mengajar (KBM) di sekolah dan perguruan tinggi, namun kebijakan itu harus tetap dibarengi dengan protokol COVID-19 saat berada di tempat umum yakni, mengenakan masker, menjaga jarak dan hidup secara bersih dan sehat.

“Kalau ada kasus yang ini, laporan yang masuk karena gejala COVID-19 harus langsung ditelusuri di mana tempatnya, kontaknya, ditesting, proses isolasi harus terus berjalan. Isolasinya lokal di mana ada kasus-kasus tadi, bukan wilayah,” papar Pandu.

Terkait tren kesembuhan yang meningkat, Pandu melihat bahwa Gugus Tugas menjelaskan secara umum saja. Yang cenderung menurun itu hanya di DKI Jakarta tetapi di luar Jakarta kasus terus meningkat. Walaupun diketahui tidak ada laporan dari luar Jakarta yang masuk, bukan berarti bahwa tidak ada lagi ditemukan kasus di luar Jakarta.

“Kalau tidak ada laporan bukan berarti tidak ada kasus, barangkali testingnya belum kuat layanan tesnya,” imbuhnya.

Pandu menuturkan yang paling penting adalah mengawasi jumlah orang yang masuk rumah sakit (RS), apakah masih tetap sama, berkurang atau semakin meningkat. Karena, itu indikator yang paling penting, bukan indikator orang yang sudah sembuh. Jika berpatok pada pasien yang sembuh, diketahui bahwa pasien yang sembuh sebagian merupakan pasien di Wisma Atlet yang rata-rata sehat sehingga mereka cepat sembuh.

“Yang di RS kan yang bermasalah saja yang sering tidak tertolong, yang terlambat dateng, dia usianya sudah agak tua. Itu agak berat untuk menyelamatkan jiwanya,” katanya.

Karena itu, dia mengingatkan bahwa pemerintah jangan bermimpi bahwa pandemi ini cepat selesai. Dia mengibaratkan itu seperti berlari 100 m sehingga ingin cepat sampai garis finish.

Sementara, pandemi ini ibarat lari marathon 42 km harus cepat tetapi tetap menjaga irama kecepatan dan nafas, jangan terlalu dipaksa untuk sampai garis finish. Karena, akan lebih sulit menjaga agar kasus pandemi ini mereda.

“Karena proses selanjutnya akan lebih sulit untuk menjaga kasus-kasus ini cepat reda. Jadi kalau menurut saya kalau pingin cepat Juli mereda, bukan selesai ya, itu intensitas pembatasan sosialnya harus benar-benar terlaksana. Kalau kita bilang pembatasan sosial itu ada 2 komponen, membatasi gerak penduduk dan melakukan mitigasi sosial-ekonomi. Ini harus serempak supaya masyarakat patuh untuk tidak tidak bergerak, tinggal di rumah, menghindari kerumunan untuk sementara,” pungkasnya.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1442 seconds (0.1#10.140)