Puasa Ramadan: Menyalakan Kembali Obor Peradaban yang Redup

Minggu, 23 Maret 2025 - 07:27 WIB
loading...
Puasa Ramadan: Menyalakan...
Eko Ernada. Foto/Istimewa
A A A
Eko Ernada
Anggota Badan Pengembangan Jaringan Internasional - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (BPJI-PBNU)

RAMADAN datang seperti embusan angin segar yang menyapa kelelahan jiwa manusia dalam hiruk-pikuk zaman. Dalam cahaya suci yang turun pada bulan ini, ada panggilan untuk kembali pada kejernihan diri, mengasah kesadaran akan tugas besar peradaban: menata dunia dengan kebajikan, ilmu, dan keadilan. Puasa bukan sekadar ibadah ritual, tetapi sebuah latihan spiritual yang mengajarkan ketahanan, kesabaran, dan disiplin—modal utama dalam membangun peradaban unggul.

Dalam kaitan dengan sejarah Islam , puasa bukanlah sekadar ibadah personal, tetapi fondasi moral yang melahirkan generasi pemikir, ilmuwan, dan pemimpin berintegritas. Jika kita menelusuri jejak emas peradaban Islam pada abad ke-8 hingga ke-13, kita akan menemukan bahwa spiritualitas dan ilmu tidak pernah dipisahkan. Inilah era ketika dunia Islam menjadi pusat peradaban, menghamparkan cahaya ke segala penjuru dunia melalui ilmu pengetahuan, seni, dan filsafat.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, misalnya, Baghdad menjadi mercusuar ilmu pengetahuan. Rumah Kebijaksanaan (Baitul Hikmah) berdiri megah sebagai laboratorium intelektual, tempat para ilmuwan dari berbagai latar belakang agama dan etnis berkumpul untuk menerjemahkan, mengembangkan, dan menciptakan gagasan-gagasan besar. Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali adalah sedikit dari banyak nama yang membuktikan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan tentang ketakwaan, tetapi juga tentang keberanian berpikir dan keberpihakan pada kebenaran.

Pada saat yang sama, di belahan dunia lain, Eropa masih tertidur dalam abad kegelapan. Ilmu pengetahuan dan rasionalitas yang berkembang dalam peradaban Islam kemudian menjadi jembatan bagi kebangkitan Eropa di era Renaisans. Universitas-universitas besar di dunia Barat, seperti di Paris dan Oxford, banyak menyerap gagasan-gagasan ilmuwan Muslim. Fakta ini menunjukkan bahwa kejayaan Islam bukan sekadar nostalgia masa lalu, tetapi bukti bahwa peradaban yang maju lahir dari penghormatan terhadap ilmu dan kebajikan.



Namun, sejarah juga mencatat bahwa kejayaan ini tidak berlangsung selamanya. Geopolitik Islam mengalami pasang surut seiring dengan munculnya berbagai tantangan internal dan eksternal. Pada abad ke-13, dunia Islam menghadapi invasi Mongol yang menghancurkan Baghdad, diikuti oleh kolonialisasi Eropa yang memperlemah otonomi politik dan ekonomi negara-negara Muslim. Fragmentasi kekuatan dunia Islam semakin terasa ketika negara-negara Muslim lebih banyak terlibat dalam konflik internal dibandingkan membangun sinergi dan inovasi.

Lalu, apakah kejayaan itu lahir secara tiba-tiba? Tidak. Ia lahir dari budaya disiplin intelektual dan etos kerja yang tinggi, yang salah satu pilar utamanya adalah kesadaran spiritual yang diasah melalui ibadah, termasuk puasa Ramadan. Puasa melatih manusia untuk mengendalikan nafsu, menajamkan kepekaan sosial, dan membangun solidaritas. Nilai-nilai ini menjadi energi kolektif yang menopang lahirnya peradaban besar.

Dalam konteks hari ini, dunia Islam tampaknya masih tertinggal dalam banyak aspek pembangunan. Geopolitik Islam saat ini didominasi oleh ketegangan di Timur Tengah, ketimpangan ekonomi antara negara-negara Muslim, serta kurangnya koordinasi dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan transformasi digital. Jika kita ingin mengembalikan kejayaan peradaban, maka semangat puasa harus diterjemahkan dalam tindakan nyata. Kesabaran yang ditempa dalam Ramadan harus menjelma dalam kesungguhan belajar dan bekerja, disiplin spiritual harus melahirkan etika publik yang bersih dari korupsi, dan solidaritas sosial harus menguatkan komitmen terhadap keadilan dan kesejahteraan bersama. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, seharusnya bisa menjadi contoh bagaimana nilai-nilai

Ramadan diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sayangnya, kita masih berhadapan dengan berbagai tantangan seperti ketimpangan sosial, lemahnya budaya literasi, serta korupsi yang merajalela. Jika ingin membangun peradaban yang maju, kita harus memulai dari diri sendiri dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, dan kerja keras sebagaimana yang diajarkan dalam puasa.

Di tingkat global, Indonesia memiliki potensi besar dalam memainkan peran geopolitik Islam yang lebih aktif. Dengan pendekatan Islam Nusantara yang moderat, Indonesia dapat menjadi jembatan dialog antarnegara Muslim, serta menginisiasi kerja sama ekonomi dan teknologi berbasis nilai-nilai Islam. Semangat gotong royong dan persaudaraan yang ditekankan dalam Ramadan harus diimplementasikan dalam diplomasi Indonesia di dunia Islam.

Puasa mengajarkan kita bahwa peradaban tidak dibangun dalam semalam. Seperti air yang menetes mengikis batu, perubahan memerlukan ketekunan dan kesabaran. Sejarah membuktikan bahwa keunggulan peradaban Islam di masa lalu lahir dari upaya kolektif yang berlandaskan ilmu dan kebajikan. Ramadan, dengan segala hikmahnya, mengingatkan kita untuk kembali ke jalan itu: membangun peradaban dengan tekad, disiplin, dan keluhuran akhlak.

Kini, di penghujung Ramadan, refleksi ini semakin mendalam. Sudahkah kita menyerap hikmah bulan suci ini? Sudahkah kita menjadikan Ramadan sebagai momentum perubahan diri dan masyarakat? Jangan biarkan puasa hanya menjadi rutinitas tanpa transformasi. Sebagaimana fajar Idulfitri menandai kemenangan, biarlah kemenangan itu bukan hanya dalam menahan lapar, tetapi dalam membangun karakter yang lebih kuat, jiwa yang lebih tangguh, dan tekad yang lebih besar untuk menyalakan kembali obor peradaban. Sebab, peradaban yang agung bukanlah warisan, tetapi hasil dari ikhtiar yang tak henti-hentinya dilakukan oleh jiwa-jiwa yang tercerahkan.

Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin mengingatkan, "Peradaban yang mulia berdiri di atas ketakwaan dan ilmu. Jika ketakwaan pudar, akhlak runtuh. Jika ilmu diabaikan, kebodohan menguasai, dan kehancuran tak terhindarkan."
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Mendikdasmen Abdul Mu’ti...
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tarawih Bersama Siswa di Masjid Al-Falah, Ini Pesannya
H-5 Lebaran, Polri Memprediksi...
H-5 Lebaran, Polri Memprediksi Pemudik Mulai Bergerak setelah Sahur
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan...
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan Mudik Aman dan Nyaman bagi Warga NU
Plt Dirjen Imigrasi...
Plt Dirjen Imigrasi Imbau Selesaikan Urusan Keimigrasian sebelum 27 Maret
7 Kebijakan Pemerintah...
7 Kebijakan Pemerintah selama Ramadan: THR hingga Diskon Tiket Mudik
Festival Ramadan 2025,...
Festival Ramadan 2025, Kemenag Luncurkan Beasiswa hingga Distribusi 1 Juta Bingkisan
Komdigi Hadirkan Satu...
Komdigi Hadirkan Satu Kanal untuk Semua Informasi Mudik Lebaran
Berkah Ramadan, PGN...
Berkah Ramadan, PGN Berikan Santunan untuk 10.541 Anak Yatim di Indonesia
Ramadan Berkah, Program...
Ramadan Berkah, Program Gus Dur for Humanity Berdayakan Perempuan
Rekomendasi
Layani Pemudik, Booth...
Layani Pemudik, Booth Pertangina Didirikan di 51 Titik Strategis
LPDB dan Pemkot Kota...
LPDB dan Pemkot Kota Kendari Siap Kolaborasi Kembangkan Koperasi dan UMKM
Hari Raya Nyepi, Bandara...
Hari Raya Nyepi, Bandara Ngurah Rai Bali Hentikan Operasional Selama 24 Jam
Berita Terkini
Bursa Panglima TNI,...
Bursa Panglima TNI, Wakasal Erwin S. Aldedharma Berpeluang Jadi Calon Kuat
16 menit yang lalu
PMII dan Tantangan Kaderisasi...
PMII dan Tantangan Kaderisasi di Era Ketidakpastian
23 menit yang lalu
Pemudik Diimbau Waspadai...
Pemudik Diimbau Waspadai Jalur Tol Fungsional Semarang-Yogyakarta
1 jam yang lalu
Kapolri Prediksi Puncak...
Kapolri Prediksi Puncak Arus Mudik Terjadi Malam Ini sampai Subuh
2 jam yang lalu
Koordinator Aksi Fitnah...
Koordinator Aksi Fitnah Menteri Agama Minta Maaf, Akui Aksinya Tidak Benar
2 jam yang lalu
Minta Masyarakat Tak...
Minta Masyarakat Tak Percaya Oknum yang Janjikan Masuk Polisi, Sahroni: 100% Fix Penipuan
2 jam yang lalu
Infografis
4 Negara di Dunia yang...
4 Negara di Dunia yang Tidak Memiliki Pesawat Tempur
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved