Ketua MPR Sebut Agama Jadi Spirit Bernegara dan Bermasyarakat

Jum'at, 28 Februari 2020 - 08:31 WIB
Ketua MPR Sebut Agama Jadi Spirit Bernegara dan Bermasyarakat
Ketua MPR Sebut Agama Jadi Spirit Bernegara dan Bermasyarakat
A A A
JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara sekuler yang memisahkan agama dan negara. Juga bukan negara agama atau negara teokratis yang berdasarkan pada agama tertentu.

Meski demikian, Indonesia dapat disebut sebagai negara dengan penduduk yang agamais, di mana semua penduduknya beragama dan agama menjadi spirit dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. ”Di tengah merebaknya politik identitas di berbagai negara dengan menggunakan sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan sebagai bahan bakar pemantiknya yang kerap dimanfaatkan politisi demi ambisi kekuasaan, sebagaimana diperlihatkan di Amerika, India, dan Brasil, di Indonesia isu tersebut justru tak laku dijual,” ujar Bamsoet saat membuka seminar internasional “Beragama yang Harmonis dan Konstruktif yang Menguatkan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” yang diselenggarakan MPR dalam menyambut kedatangan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Al-Islami), HE Mr Sheikh Mohammed bin Abdulkarim al-Issa, di Gedung Nusantara IV MPR, Jakarta, kemarin.

”Kita memang hampir terjebak, namun berhasil keluar lantaran ada Pancasila sebagai ideologi yang terbukti selalu menyelamatkan bangsa,” papar Bamsoet.

Seminar internasional ini turut dihadiri perwakilan berbagai organisasi kemasyarakatan seperti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), PP Muhammadiyah, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi), Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan, jika melihat jumlah penduduk yang mencapai 239,89 juta jiwa dengan komposisi 1.340 suku bangsa, enam agama dan berbagai aliran kepercayaan, potensi merebaknya politik identitas di Indonesia sangat besar. Namun, bangsa Indonesia memiliki Pancasila yang mempertemukan berbagai perbedaan tadi menjadi satu keharmonisan.

Sejarah juga mencatat bahwa lahirnya Indonesia adalah tak terlepas dari peran berbagai suku dan agama. Kelahiran dan perjuangan bangsa Indonesia juga menunjukkan betapa agama turut memberikan peran yang signifikan melalui kelompok masyarakat. ”MPR RI mengajak berbagai negara dunia yang masih dirundung konflik sosial, khususnya yang mengatasnamakan agama, untuk mulai merajut dialog mencari titik persamaan bukan justru mempertentangkan perbedaan. Dalam berbagai ajaran agama selalu ditekankan bahwa perbedaan adalah keniscayaan. Dalam Islam, misalnya, Allah SWT dalam firman-Nya mengatakan bahwa manusia diciptakan berbangsa dan bersuku agar saling kenal mengenal. Bukan untuk saling berperang,” tutur Bamsoet.

Sejalan dengan Bamsoet, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia HE Mr Sheikh Mohammed bin Abdulkarim juga menekankan bahwa keberagaman adalah sunnatullah. Baginya, ketidakmampuan sebagian kalangan mengambil hikmah atas perbedaan tak terlepas dari kondisi ekonomi dan pendidikan yang menyelimutinya sehingga banyak yang salah pandang dan salah paham serta cenderung mengedepankan permusuhan.

Sheikh Mohammed bin Abdulkarim juga mengapresiasi moderat Islam yang hidup di Indonesia. Baginya, keharmonisan yang ditampilkan kehidupan beragama di Indonesia menjadi inspirasi bagi dunia. Bamsoet maupun Sheikh Mohammed bin Abdulkarim juga menekankan, bahwa persoalan umat manusia saat ini bukanlah perbedaan agama, melainkan krisis kemanusiaan, krisis iklim, krisis lingkungan, krisis nuklir, krisis ekonomi global, dan ancaman krisis lainnya.

”Atas dasar itu jugalah MPR RI menginisiasi pembentukan Majelis Syura Sedunia sebagai pembaruan strategi meningkatkan hubungan kerja sama antarlembaga negara pembuat konstitusi dalam satu wadah organisasi internasional. Dengan begitu kita bisa semakin menguatkan kontribusi dalam menyelesaikan persoalan umat dan persoalan global, yaitu menciptakan perdamaian dan keamanan bagi keberlangsungan hidup manusia," kata Bamsoet. (Abdul Rochim)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7116 seconds (0.1#10.140)