Cerita Mahfud MD Dikawal 2 Anggota Sat-81/Gultor Kopassus Anak Buah Luhut saat Konflik Cicak Vs Buaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dan Penasihat Khusus Bidang Digitalisasi dan Teknologi Pemerintahan Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) merupakan dua tokoh nasional yang cukup disegani. Namun tidak banyak yang tahu jika keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat.
Kedekatannya diawali saat keduanya sama-sama masuk dalam Kabinet Persatuan Nasional di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu, Mahfud MD menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), sedangkan Luhut menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag).
Kedekatan Mahfud dan Luhut terungkap dalam acara bincang-bincang Ruang Sahabat yang diunggah di kanal YouTube Mahfud MD Official, dikutip Kamis (21/11/2024).
Saat terjadi konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri yang dikenal dengan istilah Cicak Vs Buaya, Luhut merupakan orang terdepan yang menjaga keamanan dan keselamatan Mahfud MD. Hal itu dibuktikan dengan mengirimkan dua pengawal pribadinya yang berasal dari pasukan paling elite yakni Sat-81/Gultor Kopassus untuk mengawal dan menjaga Mahfud MD.
“Ketika saya menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) saya kan ribut dengan Polri, ketika kasus Cicak Vs Buaya. sampai pengawal-pengawal dan ajudan saya ditarik. Saya sendirian loh sebagai pejabat negara kemana-mana ndak ada yang mengawal,” kenang Mahfud.
Saat itu, seluruh anggota polisi yang berjumlah 12 orang serentak ramai-ramai mengundurkan diri. Mulai dari pengawal pribadi, penjaga kantor, maupun penjaga rumah dan sebagainya.
“Kalau menurut UU Polisi mengundurkan diri dipecat. Tapi mereka tidak dipecat, mereka mengundurkan diri ramai-ramai sebagai pengawal saya, sebagai penjaga rumah, penjaga kantor pergi 12 orang. Wuaduh saya bilang,” tuturnya.
Mundurnya para pengawal yang berasal dari Korps Bhayangkara tersebut tidak lepas dari pernyataannya yang menyebut dua pimpinan KPK kala itu Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto tidak bersalah.
“Semua serentak mengundurkan diri ketika saya nyatakan, Chandra Hamzah dan Bibit tidak bersalah. Saya jalan kemana-mana sendiri. Wah bahaya betul ini. Teman-teman di kantor bilang Sekjen saya bilang sudah Pak nyewa swasta saja,” katanya.
Ketika itu, Mahfud teringat dengan sahabatnya Luhut Binsar Pandjaitan dan mengadukan persoalan yang dialaminya tersebut.
“Suatu saat saya ingat Pak Luhut, Pak Luhut kan punya orang banyak gitu, terus saya telepon. Pak Luhut saya sudah ndak punya pengawal. Lha ini loh kasus Cicak Buaya sudah saya selamatkan Bibit dan Chandra, ini saya oleh Polisi mau dikriminalisasi, ditakut-takutin ndak ada pengawal, saya mau nyewa,” tuturnya.
Mendapat aduan dari sahabatnya tersebut, Luhut yang merupakan pendiri pasukan elite Sat-81/Gultor Kopassus itu kemudian menenangkan dan menjamin keamanan Mahfud MD. Padahal, ketika itu Luhut tidak lagi menduduki jabatan di pemerinahan.
“Udah jangan khawatir, nanti akan ada yang membantu Pa Mahfud dua Kopassus. Ya sudah Mas jangan khawatir, nanti kamu ke mana-mana sudah ada yang ngawasi,” kata Mahfud menirukan ucapan Luhut.
“Betul, saya ke Jogja hanya berdua dengan sespri yang kecil itu bukan tentara gitu. Waduh, biasanya disambut ramai-ramai, Ini enggak ada yang nyambut. Tapi begitu saya keluar ada orang berbisik, Pak saya orangnya Pak Luhut katanya, Bapak tenang aja ini nomor telepon saya, Bapak aman di sini, saya ke Jogja sudah ada yang jemput,” katanya.
Keberadaan dua anggota Kopassus tersebut diakui Mahfud membuatnya merasa tenang dan nyaman.
“Ya benar ngawal, saya coba makan bersama istri terus yang ngantar makanan itu, pelayannya datang. Pak itu ada teman Bapak di situ, katanya Bapak makan tenang aja gitu. Saya lihat, oh ini orang tadi di Bandara yang dikirim Pak Luhut saya juga merasa nyaman,” katanya.
Mendengar pengakuan Mahfud MD, Luhut mengakui mengirimkan dua pengawal pribadinya untuk menjaga keamanan orang dekat Gus Dur tersebut. “Bukan Kopassus tapi dari Gultor. Pengawal saya kan selalu ada dua orang ya sampai hari ini selalu dua orang cukuplah dua,” kata Luhut.
Lulusan terbaik sebagai peraih Adhi Makayasa Akademi Militer (Akmil) 1970 dari satuan Infanteri Kopassus tersebut menilai apa yang dialami sahabatnya tersebut tidak bisa dibenarkan.
“Kan gak benar juga, Pak Mahfud masa digitukan Ketua MK waktu itu. Enggak fair juga dong. Saya selalu dikasih dua pengawal sampai hari ini. Sudah kau pergi sana, terus mereka tanya Bapak yang jaga? Ah siapa yang mau bunuh saya, saya bilang,” katanya.
Melihat ada ketidakberesan tersebut, Luhut kemudian menghubungi langsung Kapolda Metro Jaya sekaligus menegur tindakan anggota kepolisian yang mengundurkan diri tersebut.
“Saya telepon Kapolda, saya bilang enggak benar kalian ini. Saya bilang masa itu Ketua MK diginikan, janganlah. Terus saya kasih pengawal saya dari Kopassus saya bilang,” katanya.
Tindakan tegas Luhut tersebut kemudian direspons, dua hari kemudian pihak kepolisian meminta maaf kepada Mahfud dan mengirimkan kembali anggotanya. “Ya saya kasih dua hari karena setelah itu, terus datang digantikan,” ujar Luhut.
Hal itupun dibenarkan oleh Mahfud MD. Dua hari kemudian, dirinya diminta untuk memilih pengawalnya sendiri. “Tapi dua hari sudah itu polisinya datang minta maaf dan nyuruh saya milih pengawal yang sekelas apa pun Bapak milih aja,” kata Mahfud.
Kedekatannya diawali saat keduanya sama-sama masuk dalam Kabinet Persatuan Nasional di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu, Mahfud MD menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), sedangkan Luhut menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag).
Kedekatan Mahfud dan Luhut terungkap dalam acara bincang-bincang Ruang Sahabat yang diunggah di kanal YouTube Mahfud MD Official, dikutip Kamis (21/11/2024).
Saat terjadi konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri yang dikenal dengan istilah Cicak Vs Buaya, Luhut merupakan orang terdepan yang menjaga keamanan dan keselamatan Mahfud MD. Hal itu dibuktikan dengan mengirimkan dua pengawal pribadinya yang berasal dari pasukan paling elite yakni Sat-81/Gultor Kopassus untuk mengawal dan menjaga Mahfud MD.
“Ketika saya menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) saya kan ribut dengan Polri, ketika kasus Cicak Vs Buaya. sampai pengawal-pengawal dan ajudan saya ditarik. Saya sendirian loh sebagai pejabat negara kemana-mana ndak ada yang mengawal,” kenang Mahfud.
Saat itu, seluruh anggota polisi yang berjumlah 12 orang serentak ramai-ramai mengundurkan diri. Mulai dari pengawal pribadi, penjaga kantor, maupun penjaga rumah dan sebagainya.
“Kalau menurut UU Polisi mengundurkan diri dipecat. Tapi mereka tidak dipecat, mereka mengundurkan diri ramai-ramai sebagai pengawal saya, sebagai penjaga rumah, penjaga kantor pergi 12 orang. Wuaduh saya bilang,” tuturnya.
Mundurnya para pengawal yang berasal dari Korps Bhayangkara tersebut tidak lepas dari pernyataannya yang menyebut dua pimpinan KPK kala itu Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto tidak bersalah.
“Semua serentak mengundurkan diri ketika saya nyatakan, Chandra Hamzah dan Bibit tidak bersalah. Saya jalan kemana-mana sendiri. Wah bahaya betul ini. Teman-teman di kantor bilang Sekjen saya bilang sudah Pak nyewa swasta saja,” katanya.
Ketika itu, Mahfud teringat dengan sahabatnya Luhut Binsar Pandjaitan dan mengadukan persoalan yang dialaminya tersebut.
“Suatu saat saya ingat Pak Luhut, Pak Luhut kan punya orang banyak gitu, terus saya telepon. Pak Luhut saya sudah ndak punya pengawal. Lha ini loh kasus Cicak Buaya sudah saya selamatkan Bibit dan Chandra, ini saya oleh Polisi mau dikriminalisasi, ditakut-takutin ndak ada pengawal, saya mau nyewa,” tuturnya.
Mendapat aduan dari sahabatnya tersebut, Luhut yang merupakan pendiri pasukan elite Sat-81/Gultor Kopassus itu kemudian menenangkan dan menjamin keamanan Mahfud MD. Padahal, ketika itu Luhut tidak lagi menduduki jabatan di pemerinahan.
“Udah jangan khawatir, nanti akan ada yang membantu Pa Mahfud dua Kopassus. Ya sudah Mas jangan khawatir, nanti kamu ke mana-mana sudah ada yang ngawasi,” kata Mahfud menirukan ucapan Luhut.
“Betul, saya ke Jogja hanya berdua dengan sespri yang kecil itu bukan tentara gitu. Waduh, biasanya disambut ramai-ramai, Ini enggak ada yang nyambut. Tapi begitu saya keluar ada orang berbisik, Pak saya orangnya Pak Luhut katanya, Bapak tenang aja ini nomor telepon saya, Bapak aman di sini, saya ke Jogja sudah ada yang jemput,” katanya.
Keberadaan dua anggota Kopassus tersebut diakui Mahfud membuatnya merasa tenang dan nyaman.
“Ya benar ngawal, saya coba makan bersama istri terus yang ngantar makanan itu, pelayannya datang. Pak itu ada teman Bapak di situ, katanya Bapak makan tenang aja gitu. Saya lihat, oh ini orang tadi di Bandara yang dikirim Pak Luhut saya juga merasa nyaman,” katanya.
Mendengar pengakuan Mahfud MD, Luhut mengakui mengirimkan dua pengawal pribadinya untuk menjaga keamanan orang dekat Gus Dur tersebut. “Bukan Kopassus tapi dari Gultor. Pengawal saya kan selalu ada dua orang ya sampai hari ini selalu dua orang cukuplah dua,” kata Luhut.
Lulusan terbaik sebagai peraih Adhi Makayasa Akademi Militer (Akmil) 1970 dari satuan Infanteri Kopassus tersebut menilai apa yang dialami sahabatnya tersebut tidak bisa dibenarkan.
“Kan gak benar juga, Pak Mahfud masa digitukan Ketua MK waktu itu. Enggak fair juga dong. Saya selalu dikasih dua pengawal sampai hari ini. Sudah kau pergi sana, terus mereka tanya Bapak yang jaga? Ah siapa yang mau bunuh saya, saya bilang,” katanya.
Melihat ada ketidakberesan tersebut, Luhut kemudian menghubungi langsung Kapolda Metro Jaya sekaligus menegur tindakan anggota kepolisian yang mengundurkan diri tersebut.
“Saya telepon Kapolda, saya bilang enggak benar kalian ini. Saya bilang masa itu Ketua MK diginikan, janganlah. Terus saya kasih pengawal saya dari Kopassus saya bilang,” katanya.
Tindakan tegas Luhut tersebut kemudian direspons, dua hari kemudian pihak kepolisian meminta maaf kepada Mahfud dan mengirimkan kembali anggotanya. “Ya saya kasih dua hari karena setelah itu, terus datang digantikan,” ujar Luhut.
Hal itupun dibenarkan oleh Mahfud MD. Dua hari kemudian, dirinya diminta untuk memilih pengawalnya sendiri. “Tapi dua hari sudah itu polisinya datang minta maaf dan nyuruh saya milih pengawal yang sekelas apa pun Bapak milih aja,” kata Mahfud.
(cip)