SKK Migas Tanda Tangani Kerja Sama Wilayah Kerja Amanah dan Melati
loading...
A
A
A
SURABAYA - Dalam upaya memperkuat ketahanan energi nasional, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan penandatanganan Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Migas atau Production Sharing Contract (PSC) pada dua wilayah kerja di Sumatra dan Sulawesi dengan skema Cost Recovery. Penandatangan tersebut memperkuat peranan industri hulu migas sebagai mitra utama Pemerintah dalam membangun ketahanan energi yang berkelanjutan.
Penandatanganan dilakukan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dengan disaksikan Plt Direktur Jenderal Migas Dadan Kusdiana. Sedangkan Wilayah Kerja Amanah ditandatangani oleh kontraktor kontrak kerja sama yaitu Direktur PT Medco Energi Amanah Amri Siahaan, Direktur Utama PT Sele Raya Sejati Ham Eddy Tampi, serta Direktur Kufpec Indonesia (Amanah) B.V Tareq Ebrahim.
Kemudian, untuk Wilayah Kerja Melati ditandatangani oleh Direktur PT Pertamina Hulu Energi Sulawesi Melati Muhamad Arifin, Direktur SIEI Melati Limited Qin Shenggao dan Direktur Kufpec Indonesia (Melati) B V Tareq Ebrahim.
Plt Direktur Jendral Migas Dadan Kusdiana menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong masuknya investasi di sektor hulu migas.
“Kita sama-sama telah menyaksikan penandatanganan kontrak kerja sama Wilayah Kerja Amanah dan Melati yang merupakan hasil lelang blok migas tahap pertama di tahun 2024," ujar dia.
Dia menambahkan, pemerintah akan terus mempersiapkan blok migas baru.
“Pemerintah terus menyiapkan blok migas yang baru. Lebih dari 60 blok migas disiapkan untuk 5 tahun ke depan. Tahun 2024 akan segera dilakukan penawaran tahap kedua setelah kabinet Pemerintahan yang baru terbentuk," kata Dadan.
Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soejipto mengatakan bahwa Indonesia terus mendorong eksplorasi secara masif untuk mendapatkan cadangan migas.
“Potensi pengembangan industri migas dan peluang penemuan cadangan pada blok baru masih sangat besar seiring dengan penambahan minat para investor pada industri hulu migas. Untuk mendukung produksi migas yang berkelanjutan serta upaya mencapai target yang telah ditetapkan dalam long term plan (LTP) yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD), maka temuan cadangan baru harus terus didapatkan,” ujar Dwi.
“Penandatanganan WK Amanah dan WK Melati menunjukkan bahwa prospek cadangan migas di Indonesia itu masih ada sekaligus menunjukkan keberhasilan pemerintah untuk terus membangun daya saing industri migas di tengah persaingan yang semakin ketat dengan negara lain serta transisi energi yang tengah berlangsung. Ini menunjukkan bahwa industri migas siap dan akan terus menjadi pilar utama ketahanan energi," imbuh Dwi.
Penandatanganan dilakukan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dengan disaksikan Plt Direktur Jenderal Migas Dadan Kusdiana. Sedangkan Wilayah Kerja Amanah ditandatangani oleh kontraktor kontrak kerja sama yaitu Direktur PT Medco Energi Amanah Amri Siahaan, Direktur Utama PT Sele Raya Sejati Ham Eddy Tampi, serta Direktur Kufpec Indonesia (Amanah) B.V Tareq Ebrahim.
Kemudian, untuk Wilayah Kerja Melati ditandatangani oleh Direktur PT Pertamina Hulu Energi Sulawesi Melati Muhamad Arifin, Direktur SIEI Melati Limited Qin Shenggao dan Direktur Kufpec Indonesia (Melati) B V Tareq Ebrahim.
Plt Direktur Jendral Migas Dadan Kusdiana menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong masuknya investasi di sektor hulu migas.
“Kita sama-sama telah menyaksikan penandatanganan kontrak kerja sama Wilayah Kerja Amanah dan Melati yang merupakan hasil lelang blok migas tahap pertama di tahun 2024," ujar dia.
Dia menambahkan, pemerintah akan terus mempersiapkan blok migas baru.
“Pemerintah terus menyiapkan blok migas yang baru. Lebih dari 60 blok migas disiapkan untuk 5 tahun ke depan. Tahun 2024 akan segera dilakukan penawaran tahap kedua setelah kabinet Pemerintahan yang baru terbentuk," kata Dadan.
Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soejipto mengatakan bahwa Indonesia terus mendorong eksplorasi secara masif untuk mendapatkan cadangan migas.
“Potensi pengembangan industri migas dan peluang penemuan cadangan pada blok baru masih sangat besar seiring dengan penambahan minat para investor pada industri hulu migas. Untuk mendukung produksi migas yang berkelanjutan serta upaya mencapai target yang telah ditetapkan dalam long term plan (LTP) yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD), maka temuan cadangan baru harus terus didapatkan,” ujar Dwi.
“Penandatanganan WK Amanah dan WK Melati menunjukkan bahwa prospek cadangan migas di Indonesia itu masih ada sekaligus menunjukkan keberhasilan pemerintah untuk terus membangun daya saing industri migas di tengah persaingan yang semakin ketat dengan negara lain serta transisi energi yang tengah berlangsung. Ini menunjukkan bahwa industri migas siap dan akan terus menjadi pilar utama ketahanan energi," imbuh Dwi.