Upgrade Pesawat F-16 Habiskan USD12 juta, Bappenas: Hemat Anggaran
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Program The Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon Star) Enhanced Mid-Life Update (eMLU) TNI Angkatan Udara (AU) berhasil memutakhirkan atau meng-upgradedua pesawat tempur F-16 A/B . Program tersebut dinilai sangat menghemat anggaran.
"Dengan cara ini, kita mendapat penghematan luar biasa. Anggaran untuk ini, sekitar USD 10 juta -12 juta persatu pesawat. Dibandingkan dengan membeli pesawat baru yang nilainya sekitar USD90 juta. Karena itu pemerintah sangat concern sekali kalau hal-hal ini bisa kita lakukan," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Manoarfa saat menghadiri penyerahan dua pesawat tempur F-16 di Skadron 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/8/2020).
Menurut Suharso, program ini merupakan bagian dari rancangan Bappenas dalam menyusun alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional hingga 15 tahun ke depan.
"Kita sebut terpenuhinya kebutuhan Minimum Essensial Force (MEF), salah satunya penguasaan di udara. Jadi ini salah satu cara kita melengkapi alutsista TNI AU dengan meng-upgrade yang kita miliki dengan teknologi yang terbaru," katanya. (Baca juga: Bopong Senjata dan Radar Canggih, Pesawat F-16 TNI AU Semakin Garang )
Apalagi, sambungd dia, setiap jenis teknologi pada masanya akan terjadi perubahan. Selain itu, karena pesawat akan membopong amunisi smart yang lebih maka strukturnya juga mesti diperkuat. Karena itu, program ini sangat penting.
Suharso menyebutkan, salah satu teknologi yang paling canggih dari pesawat tempur ini adalah radarnya. Keberadaan radar tersebut menjadi game changer.
"Karena ini menyangkut pemeliharaan dan perawatan serta penguasaan teknologi, kita bisa peroleh ketika ada game changer di sini ikut serta sehingga terjadi upgrading kemampuan teknis dari SDM Indonesia. Dengan demikian pesawat-pesawat lain sejenis bisa kita lakukan," katanya.
Disinggung mengenai kesiapan TNI AU memperbarui pesawat sejenis dari negara-negara lain pengguna F-16, Suharso mengaku tergantung kepada pemilik teknologi.
"Itu tergantung perjanjian, karena kita tidak diberikan license. Jadi dengan sendirinya itu adalah milik dari pemilik teknologinya," kata Suharso.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan, program ini merupakan suatu investasi besar dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM) karena ada loncatan teknologi yang dikuasai dalam pemeliharaan pesawat baik struktur, avionik maupun persenjataan.
"Proyek ini dikerjakan penuh oleh teknisi Indonesia didampingi supervisor dari Lockheed Martin, Amerika Serikat. TAapi kita turun langsung. Yang mengerjakan kita. Jadi kami sangat bersyukur dengan adanya proyek ini," katanya.
"Dengan cara ini, kita mendapat penghematan luar biasa. Anggaran untuk ini, sekitar USD 10 juta -12 juta persatu pesawat. Dibandingkan dengan membeli pesawat baru yang nilainya sekitar USD90 juta. Karena itu pemerintah sangat concern sekali kalau hal-hal ini bisa kita lakukan," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Manoarfa saat menghadiri penyerahan dua pesawat tempur F-16 di Skadron 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/8/2020).
Menurut Suharso, program ini merupakan bagian dari rancangan Bappenas dalam menyusun alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional hingga 15 tahun ke depan.
"Kita sebut terpenuhinya kebutuhan Minimum Essensial Force (MEF), salah satunya penguasaan di udara. Jadi ini salah satu cara kita melengkapi alutsista TNI AU dengan meng-upgrade yang kita miliki dengan teknologi yang terbaru," katanya. (Baca juga: Bopong Senjata dan Radar Canggih, Pesawat F-16 TNI AU Semakin Garang )
Apalagi, sambungd dia, setiap jenis teknologi pada masanya akan terjadi perubahan. Selain itu, karena pesawat akan membopong amunisi smart yang lebih maka strukturnya juga mesti diperkuat. Karena itu, program ini sangat penting.
Suharso menyebutkan, salah satu teknologi yang paling canggih dari pesawat tempur ini adalah radarnya. Keberadaan radar tersebut menjadi game changer.
"Karena ini menyangkut pemeliharaan dan perawatan serta penguasaan teknologi, kita bisa peroleh ketika ada game changer di sini ikut serta sehingga terjadi upgrading kemampuan teknis dari SDM Indonesia. Dengan demikian pesawat-pesawat lain sejenis bisa kita lakukan," katanya.
Disinggung mengenai kesiapan TNI AU memperbarui pesawat sejenis dari negara-negara lain pengguna F-16, Suharso mengaku tergantung kepada pemilik teknologi.
"Itu tergantung perjanjian, karena kita tidak diberikan license. Jadi dengan sendirinya itu adalah milik dari pemilik teknologinya," kata Suharso.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan, program ini merupakan suatu investasi besar dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM) karena ada loncatan teknologi yang dikuasai dalam pemeliharaan pesawat baik struktur, avionik maupun persenjataan.
"Proyek ini dikerjakan penuh oleh teknisi Indonesia didampingi supervisor dari Lockheed Martin, Amerika Serikat. TAapi kita turun langsung. Yang mengerjakan kita. Jadi kami sangat bersyukur dengan adanya proyek ini," katanya.
(dam)