Punya Posisi Strategis, Pemerintah Harus Cermat Kelola Negara

Jum'at, 22 November 2019 - 13:55 WIB
Punya Posisi Strategis, Pemerintah Harus Cermat Kelola Negara
Punya Posisi Strategis, Pemerintah Harus Cermat Kelola Negara
A A A
JAKARTA - Indonesia merupakan gugusan pulau yang penuh dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, yang diikat dalam satu ideologi, yaitu Pancasila dengan aura emas Bhinneka Tunggal Ika.

Ikatan persatuan bangsa bak seekor naga raksasa yang membentang dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik inilah yang disebut dengan Sabuk Nusantara, di mana Aceh menjadi kepala dan Papua ekor sang naga raksasa.

Konsep brilian untuk menyatukan Indonesia ini pertama kali dilontarkan oleh seorang tokoh nasional yang juga pengamat intelijen senior Suhendra Hadiekuntono.

"Indonesia ini negara besar dengan posisi yang sangat strategis di percaturan geopolitik global. Untuk itu kita harus cermat mengelola bangsa dan negara dalam satu ikatan Sabuk Nusantara," ujar Suhendra di Jakarta, Jumat (22/11/2019).

"Saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mempunyai pemahaman yang utuh tentang Aceh sehingga masih banyak permasalahan di Aceh yang belum dituntaskan sebagaimana mestinya," papar Suhendra.

Menurut Suhendra, dalam kesempatan pertama apabila bertemu dengan Presiden Jokowi, beliau akan memberikan gambaran utuh tentang masalah Aceh beserta solusi yang harus dilakukan pemerintah pusat.

"Aceh adalah beranda dan simpul utama dalam konsep Sabuk Nusantara, jadi selayaknya mendapatkan perhatian dan keistimewaan penanganan oleh pemerintah pusat. Kalau Aceh dengan segala potensi SDM dan SDA- nya dapat diberdayakan dengan baik, maka saya yakin secara geopolitik global Indonesia akan aman dan kuat," jelas Suhendra.

Sementara Rudi S Kamri, pemerhati sosial politik mengungkapkan, untuk merealisasikan konsepsi Sabuk Nusantara ini, Suhendra tidak tanggung-tanggung

"Beliau melakukan langkah besar dengan memeluk erat rakyat Aceh dengan pendekatan personal kepada figur tertinggi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al-Haytar," ucap Rudi.

"Entah bagaimana kesan awal saya saat mendampingi beliau bertemu Wali Nanggroe Aceh, dua tokoh bangsa ini sudah mempunyai kedekatan personal dan emosional yang kuat dan erat.

Gestur Tengku Malik Mahmud saat bertemu dan berkomunikasi dengan Suhendra dapat disimpulkan bahwa kedua tokoh ini punya ikatan batin yang kuat mengikat," sambungnya.

Rudi mengungkapkan, Wali Nanggroe bisa dengan bebas dan terbuka menyampaikan informasi berkategori A1 menyangkut permasalahan yang dihadapi Aceh kepada Suhendra dengan kepercayaan yang tinggi, dan sebaliknya Suhendra dengan hormat menyimak paparan juga keluhan yang disampaikan oleh Wali Nanggroe Aceh.

"Dapat saya simpulkan Suhendra-lah satu-satunya orang Indonesia di luar Aceh yang tahu persis permasalahan yang dihadapi rakyat Aceh. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan Wali Nanggroe Aceh, Suhendra mampu memberikan masukan yang bersifat solutif sekaligus meredakan gejolak yang mulai menghangat di Aceh sebagai akibat pengabaian yang dilakukan pemerintah pusat," jelasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1127 seconds (0.1#10.140)