Perayaan Maulid Nabi: Membangun Persatuan di Tengah Keberagaman Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang serentak digelar di berbagai daerah di Indonesia bukan sekadar tradisi, tetapi juga merupakan wujud kecintaan umat Islam terhadap sosok Nabi Muhammad SAW. Perayaan Maulid Nabi dapat menjadi momentum untuk membangun persatuan di tengah keberagaman, menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Darud Dakwah wal Irsyad (PB DDI) Prof Muh Suaib Tahir melihat perayaan Maulid Nabi memiliki potensi besar untuk memperkuat kohesi sosial. Namun, ia juga mengingatkan adanya risiko penyalahgunaan momentum Maulid Nabi. "Tujuan awal perayaan ini adalah untuk menjelaskan sejarah, perilaku, dan akhlak Nabi, serta meningkatkan kecintaan umat Islam. Sayangnya, terkadang momentum ini dimanfaatkan untuk agenda politik," ujarnya di Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Ia berharap tokoh agama dan pemuka masyarakat tidak menggunakan perayaan Maulid Nabi sebagai ajang kampanye atau promosi agenda terselubung. Dalam konteks keberagaman masyarakat Indonesia, Prof Suaib menekankan pentingnya menerapkan ajaran Nabi tanpa terjebak dalam fanatisme berlebihan.
"Rasulullah SAW mengajarkan tentang keadilan dan bagaimana masyarakat yang beragam bisa hidup harmonis. Di Madinah, terdapat masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, termasuk Nasrani dan Yahudi. Rasulullah mengajarkan agar mereka tidak fanatik dan bisa saling menghormati," katanya.
Prof Suaib juga menyoroti pentingnya dialog dan dakwah yang baik sebagai cara untuk memahami perbedaan. "Dengan dialog yang baik, orang lain akan mengerti agama kita tanpa merasa tertekan atau dihakimi," katanya.
Ia melihat banyak kesamaan antara masyarakat Madinah di zaman Nabi dan masyarakat Indonesia saat ini. "Kedua masyarakat memiliki beragam komunitas. Oleh karena itu, pola hidup yang diterapkan oleh Rasulullah di Madinah harus menjadi contoh bagi kita untuk menghindari benturan antar komunitas," katanya.
Prof Suaib menegaskan perlunya kerukunan sosial dan saling pengertian antar komunitas. "Para pendakwah dan ulama harus mengedepankan nilai-nilai persatuan, sehingga semua warga negara memiliki hak dan tujuan yang sama," ujarnya.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan Nabi Muhammad, Prof Suaib percaya bahwa masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan damai dan sejahtera. "Dengan prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya menjalankan nilai-nilai agama, tetapi juga nilai-nilai Pancasila," katanya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Darud Dakwah wal Irsyad (PB DDI) Prof Muh Suaib Tahir melihat perayaan Maulid Nabi memiliki potensi besar untuk memperkuat kohesi sosial. Namun, ia juga mengingatkan adanya risiko penyalahgunaan momentum Maulid Nabi. "Tujuan awal perayaan ini adalah untuk menjelaskan sejarah, perilaku, dan akhlak Nabi, serta meningkatkan kecintaan umat Islam. Sayangnya, terkadang momentum ini dimanfaatkan untuk agenda politik," ujarnya di Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Ia berharap tokoh agama dan pemuka masyarakat tidak menggunakan perayaan Maulid Nabi sebagai ajang kampanye atau promosi agenda terselubung. Dalam konteks keberagaman masyarakat Indonesia, Prof Suaib menekankan pentingnya menerapkan ajaran Nabi tanpa terjebak dalam fanatisme berlebihan.
"Rasulullah SAW mengajarkan tentang keadilan dan bagaimana masyarakat yang beragam bisa hidup harmonis. Di Madinah, terdapat masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, termasuk Nasrani dan Yahudi. Rasulullah mengajarkan agar mereka tidak fanatik dan bisa saling menghormati," katanya.
Prof Suaib juga menyoroti pentingnya dialog dan dakwah yang baik sebagai cara untuk memahami perbedaan. "Dengan dialog yang baik, orang lain akan mengerti agama kita tanpa merasa tertekan atau dihakimi," katanya.
Ia melihat banyak kesamaan antara masyarakat Madinah di zaman Nabi dan masyarakat Indonesia saat ini. "Kedua masyarakat memiliki beragam komunitas. Oleh karena itu, pola hidup yang diterapkan oleh Rasulullah di Madinah harus menjadi contoh bagi kita untuk menghindari benturan antar komunitas," katanya.
Prof Suaib menegaskan perlunya kerukunan sosial dan saling pengertian antar komunitas. "Para pendakwah dan ulama harus mengedepankan nilai-nilai persatuan, sehingga semua warga negara memiliki hak dan tujuan yang sama," ujarnya.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan Nabi Muhammad, Prof Suaib percaya bahwa masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan damai dan sejahtera. "Dengan prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya menjalankan nilai-nilai agama, tetapi juga nilai-nilai Pancasila," katanya.
(abd)