Indonesia-Turki di Puncak Kerja Sama Pertahanan
loading...
A
A
A
KERJA sama Pertahanan Indonesia-Turki memasuki era kegemilangan. Tonggak ini ditandai dengan tingginya intensitas pertemuan para pemimpin kedua negara bersahabat untuk terus memperkuat kerja sama pertahanan, dan kian banyak proyek alutsista yang digarap bersama kedua negara. Di antara negara-negara sahabat, Turki tak terbantahkan adalah negara paling progresif dan terdepan dalam membuka semua opsi kerja sama pertahanan dengan Indonesia.
baca juga: Menhan Prabowo-Presiden Erdogan Sepakat Perkuat Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Turki
Momentum akselerasi kerja sama pertahanan kedua negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara, Turki (30/7/2024). Kunjungan ini bagian dari penguatan kemitraan strategis Indonesia–Turki di bidang kerja sama pertahanan dan industri pertahanan.
Selain Erdoğan, dalam kunjungan itu Prabowo juga sempat bertemu dengan Menlu Turki Hakan Fidan, Menhan Turki Yaşar Güler, serta sejumlah kalangan industriawan pertahanan Turki. Di depan pemimpin Turki itu, Prabowo mengapresiasi Turki sebagai negara penting, bersahabat dan mitra dalam kerja sama pertahanan .’’ Hubungan ini harus ditingkatkan dalam rangka membangun rasa saling percaya dan peningkatan kapasitas angkatan bersenjata maupun sektor industri pertahanan kedua negara,” ujar Prabowo.
Saat bertemu dengan Menhan Turki Yaşar Güler di Ankara (30/7/2024), Alumnus Akmil 1974 itu menyampaikan harapan agar kerja sama bilateral yang telah memasuki usia 74 tahun bisa semakin dipererat. Menurut mantan Danjen Kopassus ini, dalam kerangka hubungan bilateral ini, Indonesia-Turki saling mendukung dalam kerjasama pertahanan.
“Saya melihat masih banyak potensi kerja sama di bidang pertahanan yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Ini menjadi peluang bagi Indonesia dan Turki untuk semakin meningkatkan kerja sama di masa mendatang,” kata putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo ini.
Baik Indonesia maupun Turki memandang kerja sama pertahanan dan industri pertahanan merupakan sektor prioritas terdepan dalam hubungan bilateral mereka, selain perdagangan, energi, konstruksi dan kesehatan. Sejauh ini Industri pertahanan nasional Indonesia telah memanfaatkan perkembangan teknologi Turki melalui kerja sama, baik dengan PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Diplomasi Prabowo untuk mengakselerasi kerjasama dengan Turki terbilang satset. Beberapa hari setelah kunjungan menemui Recep Tayyip Erdogan, Yaşar Güler dan beberapa kolega lain, Prabowo kembali ke Turki (31/07/2024) di sela transit kembali ke Tanah Air setelah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, di Moskow.
Prabowo memanfaatkan kunjungan serial kedua ini untuk langsung mendatangi sejumlah industri pertahanan kebanggaan bekas negeri Otoman ini. Situs yang dikunjungi antara lain Pusat Teknologi Nasional Ozdemir Bayraktar, Istanbul. Kunjungan singkat tentu diharapkan bisa membuka peluang kerja sama lebih lanjut antara industri pertahanan Indonesia dan Turki.
Bayraktar dikenal sebagai pusat inovasi dan pengembangan teknologi pertahanan terkemuka di Turki yang bergerak di bidang teknologi pertahanan dan keamanan modern seperti drone tempur (UCAV), teknologi nirawak (UAV), dan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI). Dalam kunjungan itu, Prabowo sempat bertemu dan berdiskusi dengan CEO Hayluk Bayraktar, dan berkeliling melihat langsung sejumlah drone tempur buatan perusahaan tersebut.
baca juga: Menperin Rayu Perusahaan Turki Tambah Investasi di Indonesia
Selain kunjungan Prabowo ke Turki, semangat kedua negara mengakselerasi kerjasama pertahanan juga ditunjukkan dengan intensitas kunjungan pemimpin kedua negara selama 2024 ini. Tak berselang lama, Menhan Yaşar Güler membalas dengan berkunjung ke Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Prabowo menyatakan Turki telah menjadi mitra istimewa Indonesia dalam kerja sama pertahanan.
Salah satunya dibuktikan dengan penandatanganan Dokumen Kerja Sama Industri Pertahanan pada 2010 dan diikuti pertemuan Kerja Sama Industri Pertahanan yang dimulai sejak 2012. Sebelumnya, pada 6 Juni 2024, Former Prime Minister of Türkiye / Mantan Perdana Menteri Turki (2016-2018), H. E. Mr. Binali Yildirim telah mendatangi kantor Kemenhan di Jakarta.
Saat menerima koleganya itu, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia sangat mengapresiasi komitmen kuat Kementerian Pertahanan Turki dalam mendukung kerjasama industri pertahanan Indonesia, baik dalam kerangka government-to-government (G to G) maupun business-to-business (B to B). Prabowo pun mengungkapkan harapannya agar kedua negara dapat saling meningkatkan kemampuan industri pertahanan Indonesia ke depan.
Pada bulan sebelumnya (22/05/2024), Wamenhan M Herindra telah kedatangan Wamenhan Turki H.E. Mr. Bilal Durdali. Pertemuan menyatakan pentingnya kerja sama dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Turki. Herindra menyatakan kerja sama dengan Turki dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi pertahanan, serta peningkatan kapasitas militer Indonesia, termasuk pertukaran pengetahuan dan pelajar militer.
Sedangkan Bilal Durdali menegaskan Indonesia-Turki memiliki hubungan sejarah panjang, yang didukung hubungan antara masyarakat kedua negara yang kuat. Dalam pandangannya. Indonesia merupakan mitra strategis Turki di kawasan Asia Tenggara, sekaligus motor perdamaian dan kemakmuran di kawasan. Untuk itu dia menggarisbawahi kepentingan Turki memperkuat kompetensi pertahanan kedua negara bersahabat.
baca juga: Misi Kemanusiaan Pemerintah Indonesia Dapat Penghargaan dari Presiden Turki
Masih di tahun sama, tepatnya 1 Mei 2024, Menlu Retno Marsudi melakukan kunjungan ke Turki untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Turki Hakan Fidan. Dalam kesempatan tersebut Retno mengungkapkan rasa puasnya atas hubungan bilateral kedua negara. Walau begitu, dia melihat masih banyak ruang yang bisa dimanfaatkan untuk memperkuat hubungan. Dalam kondisi demikian, dia melihat perlunya memperkuat kerja sama pertahanan, selain percepatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif(CEPA), pemberantasan kejahatan transnasional, pembangunan.
Bila dirunut pembicaraan Indonesia-Turki yang diwakili para pemimpin dan pejabat di bidang pertahanan, perkembangan kerjasama pertahanan kedua negara mengalami lompatan dan bersifat kongkret. Kesimpulan ini bisa diverifikasi dengan langkah kongkret yang ditunjukkan sejumlah perusahaan Turki. Pasca-kedatangan Prabowo, pada akhir Agustus perusahaan seperti Turkish Aerospace Industries (TAI), Havelsan, Aselsan dan Roketsan berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk memperkokoh dan memperluas kerjasama industri pertahanan dengan partnernya di Indonesia.
Hubungan Persaudaraan Sangat Kokoh
Secara formal hubungan diplomatik Indonesia-Turki baru dimulai pada 1950. Tapi secara historis, akar kerjasama sudah terekam dalam perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di Nusantara seperti Samudera Pasai. Situs kemlu.go.id dalam laporan ‘’Hubungan Bilateral Republik Indonesia dengan Turki’’ memaparkan tentang adanya catatan resmi dalam Muhimme Records yang dikeluarkan Divan-i Humayun (Pemerintah Ottoman).
Catatan itu menyebut kedatangan utusan Aceh ke Istanbul dan permintaan bantuan militer Turki, serta persiapan kampanye militer Turki ke Sumatera untuk mendukung Aceh dalam melawan penjajah pada tahun1567. Selanjutnya pada abad ke-19, sumber-sumber Turki menulis kedatangan delegasi Aceh ke Istanbul pada kurun 1851-1873 untuk memperbarui kompromi kesetiaan abad ke-16 dan permintaan perlindungan Aceh dari Kekaisaran Ottoman.
Kehadiran orang-orang Turki di Serambi Mekkah itu juga telah dicatat pengembara Muslim Afrika Utara masyhur, yakni Ibnu Battuta (wafat 1369), saat berkunjung ke Kesultanan Samudera Pasai dalam perjalanannya ke China pada 1345-1346. Dalam catatannya dia menuturkan bahwa tradisi negara kesultanan ini mirip dengan tradisi Kesultanan Turki Delhi di India. Dia bercerita pula tentang kisah seorang ratu yang berbicara bahasa Turki dengannya di sebuah pulau bernama Tawalisi. Namanya diberikan dengan kata Turki sebagai Urduja.
Sejak hubungan diplomatik terbangun, Indonesia-Turki telah menjalin berbagai kerja sama. Namun, poin kerja sama belum menyentuh pada aspek pertahanan, dalam hal ini kerjasama industri pertahanan. Momentum sejarah yang menjadi tonggak kerja sama pertahanan Indonesia-Turki terjadi saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melawat ke Turki pada 28 Juni-1 Juli 2010. Kunjungan kenegaraan tersebut merupakan realisasi undangan Presiden Turki Abdullah Gul kepada SBY.
baca juga: Lembaga Turki Distribusi 125 Hewan Kurban hingga Pelosok Indonesia
Seperti ditulis Akhdan Prasetya dan Asep Setiawan dalam ‘’Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia-Turki dalam Pengembangan Tank Tahun 2019-2022’’, dijelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut, Indonesia-Turki menelorkan 11 kesepakatan kerja sama bilateral dengan Turki. Salah satu dari 11 kesepakatan itu adalah Agreement on Defence Industry Cooperation (Perjanjian Kerja Sama Industri Pertahanan), yang membuka pintu bagi Turki menjadi mitra Indonesia membangun industri pertahanannya.
Kesepakatan ini selanjutnya diperkuat “Joint Declaration Indonesia-Turkey: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting” yang dideklarasikan SBY dengan Abdullah Gul di Istana Negara, Jakarta (05/04/2011). Selain menghasilkan kesepakatan bersejarah, kunjungan Abdullah Gul ke Jakarta juga merupakan kunjungan bersejarah karena merupakan kali pertama dilakukan Presiden Turki setelah 16 tahun.
Langkah kerja sama diambil dengan alasan kedua negara sama-sama negara memiliki perkembangan ekonomi signifikan, anggota G-20, negara demokrasi dengan penduduk mayoritas muslim, dan menjalankan sistem pemerintahan modern.Tak luput, kerja sama diharapkan dapat menjadi jembatan peradaban Islam dan Barat.
Selanjutnya, untuk memperkuat pondasi kerjasama industri pertahanan, Indonesia meratifikasi Undang-Undang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Indonesia dengan Turki dalam UU Nomor 19 tahun 2015. Konstitusi ini mengesahkan persetujuan kerja sama industri pertahanan antara Indonesia dan Turki pada 29 Juni 2010 di Ankara. Dengan semakin kokohnya landasan hukum kerja sama pertahanan Indonesia-Turki, satu persatu kerja sama dilakukan antara perusahaan milik kedua negara.
Laporan ‘’Kepentingan Indonesia Bekerjasama dengan Turki dalam Industri Pertahanan’’ yang dirilis media.neliti.com memaparkan, kerja sama antara lain dilakukan PT Pindad menggarap proyek bersama pembuatan tank medium dengan FNSS Savunma Sistemleri A.S, dan PT LEN dengan ASELSAN untuk joint project joint project of Software Defined Radio (SDR). Berbagai kerja sama perusahaan plat merah kedua negara kemudian diperkuat dengan Protocol on Defence Industry Cooperation antara Kemhan RI dan Kemhan Turki yang dikeluarkan pada 7 April 2011 di Jakarta.
Hubungan bilateral Indonesia-Turki memasuki babak baru yang lebih mencerminkan nilai strategis kedua negara dengan diluncurkannya“Joint Declaration Indonesia-Turkey: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting”Joint Declaration RI Turki 2011.pdfyang dideklarasikan bersama Presiden kedua negara pada 5 April 2011 di Jakarta. Pernyataan Bersama tersebut memuat komitmen kedua negara untuk saling bekerja sama di bidang politik-keamanan, ekonomi serta kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk industri strategis.
Setapak demi setapak kerja sama industri pertahanan Indonesia-Turki kian kongkret lewat penandatanganan Kerjasama Industri Pertahanan di sela kegiatan Internasional Defense Industry Fair (IDEF) ke-11 pada Mei 2013 di Istanbul. Arah kerja sama adalah untuk mempercepat implementasi program kemandirian dalam memproduksi alutsista di dalam negeri.
Silmy Karim, Asisten KKIP bidangKerja Sama, kala itu menyebut kerja sama ini memiliki keistimewaan karena pihak Turki bukan hanya memberikan Transfer of Technology (ToT), tapi juga bersedia membangun kerja sama dari awal proses, yaitu design, sampai dengan akhir, yaitu produksi. Bahkan tidak menutup kemungkinan kedua negara melakukan pemasaran bersama.
baca juga: Menperin Tawari Konglomerasi Manufaktur Turki Perluas Investasi di Indonesia
Indonesia-Turki kembali memperkuat kerja sama pertahanan dengan menggelar ‘’The 1stIndonesia Turkey Defence Dialogue Meeting 2020’’ pada Desember 2020. Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Dr. Rer.pol. Rodon Pedrason, M.A. yang memimpin delegasi Indonesia dan Chief of the Foreign Relations Division the Turkish General Staff Brigadier General Hakan Canlin menyepakati forum ini menjadi agenda tahunan.
Kemudian pada 2022, Indonesia-Turki bersepakat meningkatkan level hubungan bilateral dengan mendeklarasikan High Level Strategic Council (HLSC). HLSC akan bertindak sebagai sarana dialog tingkat Kepala Negara guna mengakselerasi dan menyelesaikan hambatan dalam penigkatan hubungan bilateral kedua negara. Dengan landasan tersebut, hubungan bilateral kedua negara dikembangkan dalam suasana yang semakin kuat, termasuk dalam bidang pertahanan.
Momentum tak kalah strategis terjadi pada 14 November 2022. Di sela KTT G-20 di Nusa Dua, Bali, Menhan Prabowo dan Menlu Turki H.E. Mevlüt Çavuşoğlu menandatangani 7 memorandum of understanding (MoU), salah statu di antaranya tentang kerjasama bidang industri pertahanan. Bagi Prabowo, kesepakatan ini mengindikasikan hubungan bilateral Indonesia–Turki terus berkembang semakin kuat.
MoU yang dilakukan G to G dan B to B menjadi indikator eratnya hubungan kedua negara dan kedalaman kerja sama Bilateral Indonesia–Turki. Pada kesempatan itu Prabowo juga mengungkapkan langkah Presiden Joko Widodo dan Presiden Erdogan melakukan kerja sama tingkat baru, yaitu pembentukan dewan kerja sama strategis tingkat tinggi kedua negara.
Selanjutnya, di awal Februari 2023 saat Menhan Prabowo bersama Menhan Turki Hulusi Akbar melakukan pertemuan di Bakanliklar, Ankara, kedua menteri pertahanan sepakat menandatangani Rencana Aksi/Plan of Action(PoA) Kerja Sama Pertahanan dan Militer antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Nasional Republik Turkiye periode 2023-2025.
baca juga: Turki Promosikan 18 Universitas Unggulan ke Pelajar Indonesia, Banyak Tawaran Beasiswa
PoA merupakan tindak lanjut hubungan kerja sama strategis antara kedua negara, dan ditujukan untuk meningkatkan potensi pelatihan bersama dan kerja sama industri pertahanan. Lebih spesifik, PoA memuat program-program konkret yang akan dilaksanakan mandiri maupun bersama-sama. Secara keseluruhan terdapat 49 rencana aksi, 12 poin di antaranya berisi tentang kerja sama militer.
Ikatan sejarah dan komitmen terus memperkuat pertahanan dan mengimplementasi kerjasama industri pertahanan telah menyusun batu-batu bangunan kerjasama pertahanan Indonesia-Turki yang sangat kokoh hari ini dan membuka peluang kerjasama lebih luas di masa mendatang.Kerjasama pertahanan dan industri alutsisa dengan Turki akan menjadi terdepan dibanding dengan negara mitra Indonesia lain.
Kerja Sama Semakin Luas dan Kongkret
Usai kedatangan Prabowo dua kali ke Turki pada akhir Juli 2024, perusahaan pertahanan Turki berbondong-bondong datang ke Indonesia. Turkish Aerospace Industries (TAI) misalnya secara resmi meresmikan kantor barunya di Bandung (25/8/2024).Mehmet Demiroglu, CEO Turkish Aerospace Industries, menjelaskan langkah yang diambil ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan proyek kolaborasi di sektor kedirgantaraan dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Atilla Dogan, Wakil Presiden Eksekutif Divisi Pesawat Terbang di Turkish Aerospace, menyatakan, “Di Turki, kami telah mencapai 80 persen kandungan lokal dalam industri pertahanan dan platform, dan kami memiliki lebih dari 3.500 perusahaan yang bekerja untuk industri pertahanan yang berfokus pada pembangunan kandungan lokal tersebut, (dan) berkolaborasi dengan negara-negara sahabat kami.”
Kerja sama dengan Turki memiliki nilai strategis untuk memacu kapasitas dan kapabilitas PT DI dalam industri dirgantara. Seperti disampaikan Atilla Dogan, TAI yang masuk 100 besar perusahaan pertahanan dunia itu telah memiliki kompetensi memproduksi pesawat tempur dengan 80 persen kandungan lokal, dengan jejaring perusahaan di dalamnya lebih dari 3.500 perusahaan. Melalui kerja sama, PT DI mendapatkan kesempatan belajar banyak dari TAI dalam mengembangkan industri dirgantara.
Selain itu, TAI juga telah membuktikan kapasitasnya memproduksi TAI Hurjet dan tengah mengembangkan pesawat tempur generasi 5.0 TAI TF-KAAN bekerja sama dengan BAE System untuk menggantikan pesawat F-16 Fighting Falcons milik Turkish Air Force. Kolaborasi TAI-PT DI pun memicu spekulasi kerjasama pembangunan pesawat tempur siluman teranyar Turki itu.
Selang beberapa hari PT DI juga kedatangan Havelsan, dengan dipimpin langsung CEO Havelsan Mehmet Akif Nacar. Dalam pertemuan itu kedua pihak menggagas rencana memperluas kerja sama TAI-PT DI untuk mengembangkan proyek AWACS Indonesia. Havelsan berencana untuk memanfaatkan know-how danpengalaman mereka dalam program AWACSdan menggabungkannya dengan kebutuhan Indonesia untuk menciptakan sistem AWACS lebih kuat.
baca juga: Kenal di Media Sosial, Pria Turki Nekat ke Indonesia Lamar Gadis asal Bone
Aselsan dan Roketsan tak ketinggalan menyambangi Indonesia. Yang menarik, kedua perusahaan terkemuka itu tidak bekerja sama dengan BUMN strategis, tapi dengan perusahaan swasta nasional bernama Republikorps. Dengan Aselsan, kerja sama tidak sebatas menjembatani pengadaan rudal, tapi juga membangun kerangka kerja sama atau framework untuk memproduksi sistem senjata kendali jarak jauh (RCWS).
Sedangkan dengan Roketsan kerja sama diarahkan untuk mendirikan fasilitas maintenance, repair, and overhaul (MRO), hingga produksi rudal Çakir, Atmaca, dan Hisar. Kolaborasi perusahaan pertahanan kedua negara ini merupakan lanjutan dari berbagai kerjasama sebelumnya. Pada Internasional Defence Industry Fair (IDEF) 2023 di Turki misalnya, PT PAL Indonesia meneken MoU dengan Roketsan untuk menyediakan peralatan sistem tempur, termasuk untuk proyek Fregat Merah Putih.
Roketsan dijadikan partner karena memiliki kapasitas mumpuni memproduksi alutsista seperti anti-ship missile, heavy weight torpedo, light weight torpedo, dan roket ASW (anti-submarine warfare).PT PAL pun berharap ToT dari kerja sama tersebut.PT DI dan TAI juga telah melakukan ToT untuk menindaklanjuti pembelian 12 unit kendaraan udara tak berawak bersenjata (UCAV) Anka. Rencananya, drone tempur tersebut akan dirakit di Bandung.
Pada gelaran Indo Defence 2022, Kemhan menandatangani beberapa kontrak kerja sama dengan Turki untuk menggenjot kemampuan industri pertahanan Indonesia. Kerja sama dimaksud dilakukan dengan Havelsan, DEFEND ID/PT PAL, PT Noahtu Shipyard, dan PT Tesco Indomaritim untuk menggarap combat management system (CMS) offshore patrol vessel (OPV) warship, CMS OPV 90 M warship, CMS kapal cepat rudal (KCR) 90 M Warship, dan CMS Frigate Warship.
Selain itu ada pula kerja sama jual beli KCR full combat mission antara Kemhan dengan Tais Gemi Insa Ve Teknoloji AS Turki, jual beli Kemhan dengan Roketsan dan PT Noahtu Shipyard untuk penyediaan Khan Missile System, Roketsan Trisula-O Missile System (OMS), Trisula-O Weapon System (OWS), Trisula-U Missile System, Trisula-U Weapon System (UWS), dan Atmaca Missile yang akan disematkan pada kapal OPV and OPV 90 M.
baca juga: Kaya Budaya Islam Kuno, Turki Jadi Tujuan Wisata Favorit Masyarakat Indonesia
Berbagai sistem senjata dan rudal tersebut juga akan diaplikasikan pada proyek refurbhisment 41 (R-41) kapal perang Indonesia.Jauh sebelumnya, PT Pindad telah mengawali kolaborasi dengan FNSS Turki untuk membangun Medium Tank Kaplan atau Medium Tank Harimau, yang kemudian direncanakan akan disambung dengan kerja sama pembuatan Tank Amfibi Zaha.
Dengan bertambah kokoh fondasi bangunan kerja sama pertahanan yang dirajut Indonesia-Turki, begitu kuatnya komitmen yang ditunjukkan para pemimpin kedua negara, dan langkah-langkah kongret untuk mewujudkan kerja sama G to G atau B to B, bukan tidak mungkin kerja sama tidak berhenti pada agenda yang telah dilakukan atau baru disepakati saja.
Beberapa wacana pembangunan alutsista yang digagas Indonesia tidak mustahil bakal diwujudkan melalui kerjasama dengan perusahaan Turki seperti membangun kapal destroyer, kapal perang serbu amfibi (landing helicopter dock/LHD), dan drone tempur untuk kategori high altitude long endurance (HALE). Untuk ketiga alutsisa tersebut, Turki sudah memiliki LHD Kelas Anadolu, TF-2000, dan Bayraktar Akinci. Semoga. (*)
baca juga: Menhan Prabowo-Presiden Erdogan Sepakat Perkuat Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Turki
Momentum akselerasi kerja sama pertahanan kedua negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara, Turki (30/7/2024). Kunjungan ini bagian dari penguatan kemitraan strategis Indonesia–Turki di bidang kerja sama pertahanan dan industri pertahanan.
Selain Erdoğan, dalam kunjungan itu Prabowo juga sempat bertemu dengan Menlu Turki Hakan Fidan, Menhan Turki Yaşar Güler, serta sejumlah kalangan industriawan pertahanan Turki. Di depan pemimpin Turki itu, Prabowo mengapresiasi Turki sebagai negara penting, bersahabat dan mitra dalam kerja sama pertahanan .’’ Hubungan ini harus ditingkatkan dalam rangka membangun rasa saling percaya dan peningkatan kapasitas angkatan bersenjata maupun sektor industri pertahanan kedua negara,” ujar Prabowo.
Saat bertemu dengan Menhan Turki Yaşar Güler di Ankara (30/7/2024), Alumnus Akmil 1974 itu menyampaikan harapan agar kerja sama bilateral yang telah memasuki usia 74 tahun bisa semakin dipererat. Menurut mantan Danjen Kopassus ini, dalam kerangka hubungan bilateral ini, Indonesia-Turki saling mendukung dalam kerjasama pertahanan.
“Saya melihat masih banyak potensi kerja sama di bidang pertahanan yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Ini menjadi peluang bagi Indonesia dan Turki untuk semakin meningkatkan kerja sama di masa mendatang,” kata putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo ini.
Baik Indonesia maupun Turki memandang kerja sama pertahanan dan industri pertahanan merupakan sektor prioritas terdepan dalam hubungan bilateral mereka, selain perdagangan, energi, konstruksi dan kesehatan. Sejauh ini Industri pertahanan nasional Indonesia telah memanfaatkan perkembangan teknologi Turki melalui kerja sama, baik dengan PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Diplomasi Prabowo untuk mengakselerasi kerjasama dengan Turki terbilang satset. Beberapa hari setelah kunjungan menemui Recep Tayyip Erdogan, Yaşar Güler dan beberapa kolega lain, Prabowo kembali ke Turki (31/07/2024) di sela transit kembali ke Tanah Air setelah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, di Moskow.
Prabowo memanfaatkan kunjungan serial kedua ini untuk langsung mendatangi sejumlah industri pertahanan kebanggaan bekas negeri Otoman ini. Situs yang dikunjungi antara lain Pusat Teknologi Nasional Ozdemir Bayraktar, Istanbul. Kunjungan singkat tentu diharapkan bisa membuka peluang kerja sama lebih lanjut antara industri pertahanan Indonesia dan Turki.
Bayraktar dikenal sebagai pusat inovasi dan pengembangan teknologi pertahanan terkemuka di Turki yang bergerak di bidang teknologi pertahanan dan keamanan modern seperti drone tempur (UCAV), teknologi nirawak (UAV), dan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI). Dalam kunjungan itu, Prabowo sempat bertemu dan berdiskusi dengan CEO Hayluk Bayraktar, dan berkeliling melihat langsung sejumlah drone tempur buatan perusahaan tersebut.
baca juga: Menperin Rayu Perusahaan Turki Tambah Investasi di Indonesia
Selain kunjungan Prabowo ke Turki, semangat kedua negara mengakselerasi kerjasama pertahanan juga ditunjukkan dengan intensitas kunjungan pemimpin kedua negara selama 2024 ini. Tak berselang lama, Menhan Yaşar Güler membalas dengan berkunjung ke Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Prabowo menyatakan Turki telah menjadi mitra istimewa Indonesia dalam kerja sama pertahanan.
Salah satunya dibuktikan dengan penandatanganan Dokumen Kerja Sama Industri Pertahanan pada 2010 dan diikuti pertemuan Kerja Sama Industri Pertahanan yang dimulai sejak 2012. Sebelumnya, pada 6 Juni 2024, Former Prime Minister of Türkiye / Mantan Perdana Menteri Turki (2016-2018), H. E. Mr. Binali Yildirim telah mendatangi kantor Kemenhan di Jakarta.
Saat menerima koleganya itu, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia sangat mengapresiasi komitmen kuat Kementerian Pertahanan Turki dalam mendukung kerjasama industri pertahanan Indonesia, baik dalam kerangka government-to-government (G to G) maupun business-to-business (B to B). Prabowo pun mengungkapkan harapannya agar kedua negara dapat saling meningkatkan kemampuan industri pertahanan Indonesia ke depan.
Pada bulan sebelumnya (22/05/2024), Wamenhan M Herindra telah kedatangan Wamenhan Turki H.E. Mr. Bilal Durdali. Pertemuan menyatakan pentingnya kerja sama dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Turki. Herindra menyatakan kerja sama dengan Turki dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi pertahanan, serta peningkatan kapasitas militer Indonesia, termasuk pertukaran pengetahuan dan pelajar militer.
Sedangkan Bilal Durdali menegaskan Indonesia-Turki memiliki hubungan sejarah panjang, yang didukung hubungan antara masyarakat kedua negara yang kuat. Dalam pandangannya. Indonesia merupakan mitra strategis Turki di kawasan Asia Tenggara, sekaligus motor perdamaian dan kemakmuran di kawasan. Untuk itu dia menggarisbawahi kepentingan Turki memperkuat kompetensi pertahanan kedua negara bersahabat.
baca juga: Misi Kemanusiaan Pemerintah Indonesia Dapat Penghargaan dari Presiden Turki
Masih di tahun sama, tepatnya 1 Mei 2024, Menlu Retno Marsudi melakukan kunjungan ke Turki untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Turki Hakan Fidan. Dalam kesempatan tersebut Retno mengungkapkan rasa puasnya atas hubungan bilateral kedua negara. Walau begitu, dia melihat masih banyak ruang yang bisa dimanfaatkan untuk memperkuat hubungan. Dalam kondisi demikian, dia melihat perlunya memperkuat kerja sama pertahanan, selain percepatan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif(CEPA), pemberantasan kejahatan transnasional, pembangunan.
Bila dirunut pembicaraan Indonesia-Turki yang diwakili para pemimpin dan pejabat di bidang pertahanan, perkembangan kerjasama pertahanan kedua negara mengalami lompatan dan bersifat kongkret. Kesimpulan ini bisa diverifikasi dengan langkah kongkret yang ditunjukkan sejumlah perusahaan Turki. Pasca-kedatangan Prabowo, pada akhir Agustus perusahaan seperti Turkish Aerospace Industries (TAI), Havelsan, Aselsan dan Roketsan berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk memperkokoh dan memperluas kerjasama industri pertahanan dengan partnernya di Indonesia.
Hubungan Persaudaraan Sangat Kokoh
Secara formal hubungan diplomatik Indonesia-Turki baru dimulai pada 1950. Tapi secara historis, akar kerjasama sudah terekam dalam perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di Nusantara seperti Samudera Pasai. Situs kemlu.go.id dalam laporan ‘’Hubungan Bilateral Republik Indonesia dengan Turki’’ memaparkan tentang adanya catatan resmi dalam Muhimme Records yang dikeluarkan Divan-i Humayun (Pemerintah Ottoman).
Catatan itu menyebut kedatangan utusan Aceh ke Istanbul dan permintaan bantuan militer Turki, serta persiapan kampanye militer Turki ke Sumatera untuk mendukung Aceh dalam melawan penjajah pada tahun1567. Selanjutnya pada abad ke-19, sumber-sumber Turki menulis kedatangan delegasi Aceh ke Istanbul pada kurun 1851-1873 untuk memperbarui kompromi kesetiaan abad ke-16 dan permintaan perlindungan Aceh dari Kekaisaran Ottoman.
Kehadiran orang-orang Turki di Serambi Mekkah itu juga telah dicatat pengembara Muslim Afrika Utara masyhur, yakni Ibnu Battuta (wafat 1369), saat berkunjung ke Kesultanan Samudera Pasai dalam perjalanannya ke China pada 1345-1346. Dalam catatannya dia menuturkan bahwa tradisi negara kesultanan ini mirip dengan tradisi Kesultanan Turki Delhi di India. Dia bercerita pula tentang kisah seorang ratu yang berbicara bahasa Turki dengannya di sebuah pulau bernama Tawalisi. Namanya diberikan dengan kata Turki sebagai Urduja.
Sejak hubungan diplomatik terbangun, Indonesia-Turki telah menjalin berbagai kerja sama. Namun, poin kerja sama belum menyentuh pada aspek pertahanan, dalam hal ini kerjasama industri pertahanan. Momentum sejarah yang menjadi tonggak kerja sama pertahanan Indonesia-Turki terjadi saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melawat ke Turki pada 28 Juni-1 Juli 2010. Kunjungan kenegaraan tersebut merupakan realisasi undangan Presiden Turki Abdullah Gul kepada SBY.
baca juga: Lembaga Turki Distribusi 125 Hewan Kurban hingga Pelosok Indonesia
Seperti ditulis Akhdan Prasetya dan Asep Setiawan dalam ‘’Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia-Turki dalam Pengembangan Tank Tahun 2019-2022’’, dijelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut, Indonesia-Turki menelorkan 11 kesepakatan kerja sama bilateral dengan Turki. Salah satu dari 11 kesepakatan itu adalah Agreement on Defence Industry Cooperation (Perjanjian Kerja Sama Industri Pertahanan), yang membuka pintu bagi Turki menjadi mitra Indonesia membangun industri pertahanannya.
Kesepakatan ini selanjutnya diperkuat “Joint Declaration Indonesia-Turkey: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting” yang dideklarasikan SBY dengan Abdullah Gul di Istana Negara, Jakarta (05/04/2011). Selain menghasilkan kesepakatan bersejarah, kunjungan Abdullah Gul ke Jakarta juga merupakan kunjungan bersejarah karena merupakan kali pertama dilakukan Presiden Turki setelah 16 tahun.
Langkah kerja sama diambil dengan alasan kedua negara sama-sama negara memiliki perkembangan ekonomi signifikan, anggota G-20, negara demokrasi dengan penduduk mayoritas muslim, dan menjalankan sistem pemerintahan modern.Tak luput, kerja sama diharapkan dapat menjadi jembatan peradaban Islam dan Barat.
Selanjutnya, untuk memperkuat pondasi kerjasama industri pertahanan, Indonesia meratifikasi Undang-Undang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Indonesia dengan Turki dalam UU Nomor 19 tahun 2015. Konstitusi ini mengesahkan persetujuan kerja sama industri pertahanan antara Indonesia dan Turki pada 29 Juni 2010 di Ankara. Dengan semakin kokohnya landasan hukum kerja sama pertahanan Indonesia-Turki, satu persatu kerja sama dilakukan antara perusahaan milik kedua negara.
Laporan ‘’Kepentingan Indonesia Bekerjasama dengan Turki dalam Industri Pertahanan’’ yang dirilis media.neliti.com memaparkan, kerja sama antara lain dilakukan PT Pindad menggarap proyek bersama pembuatan tank medium dengan FNSS Savunma Sistemleri A.S, dan PT LEN dengan ASELSAN untuk joint project joint project of Software Defined Radio (SDR). Berbagai kerja sama perusahaan plat merah kedua negara kemudian diperkuat dengan Protocol on Defence Industry Cooperation antara Kemhan RI dan Kemhan Turki yang dikeluarkan pada 7 April 2011 di Jakarta.
Hubungan bilateral Indonesia-Turki memasuki babak baru yang lebih mencerminkan nilai strategis kedua negara dengan diluncurkannya“Joint Declaration Indonesia-Turkey: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting”Joint Declaration RI Turki 2011.pdfyang dideklarasikan bersama Presiden kedua negara pada 5 April 2011 di Jakarta. Pernyataan Bersama tersebut memuat komitmen kedua negara untuk saling bekerja sama di bidang politik-keamanan, ekonomi serta kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk industri strategis.
Setapak demi setapak kerja sama industri pertahanan Indonesia-Turki kian kongkret lewat penandatanganan Kerjasama Industri Pertahanan di sela kegiatan Internasional Defense Industry Fair (IDEF) ke-11 pada Mei 2013 di Istanbul. Arah kerja sama adalah untuk mempercepat implementasi program kemandirian dalam memproduksi alutsista di dalam negeri.
Silmy Karim, Asisten KKIP bidangKerja Sama, kala itu menyebut kerja sama ini memiliki keistimewaan karena pihak Turki bukan hanya memberikan Transfer of Technology (ToT), tapi juga bersedia membangun kerja sama dari awal proses, yaitu design, sampai dengan akhir, yaitu produksi. Bahkan tidak menutup kemungkinan kedua negara melakukan pemasaran bersama.
baca juga: Menperin Tawari Konglomerasi Manufaktur Turki Perluas Investasi di Indonesia
Indonesia-Turki kembali memperkuat kerja sama pertahanan dengan menggelar ‘’The 1stIndonesia Turkey Defence Dialogue Meeting 2020’’ pada Desember 2020. Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Dr. Rer.pol. Rodon Pedrason, M.A. yang memimpin delegasi Indonesia dan Chief of the Foreign Relations Division the Turkish General Staff Brigadier General Hakan Canlin menyepakati forum ini menjadi agenda tahunan.
Kemudian pada 2022, Indonesia-Turki bersepakat meningkatkan level hubungan bilateral dengan mendeklarasikan High Level Strategic Council (HLSC). HLSC akan bertindak sebagai sarana dialog tingkat Kepala Negara guna mengakselerasi dan menyelesaikan hambatan dalam penigkatan hubungan bilateral kedua negara. Dengan landasan tersebut, hubungan bilateral kedua negara dikembangkan dalam suasana yang semakin kuat, termasuk dalam bidang pertahanan.
Momentum tak kalah strategis terjadi pada 14 November 2022. Di sela KTT G-20 di Nusa Dua, Bali, Menhan Prabowo dan Menlu Turki H.E. Mevlüt Çavuşoğlu menandatangani 7 memorandum of understanding (MoU), salah statu di antaranya tentang kerjasama bidang industri pertahanan. Bagi Prabowo, kesepakatan ini mengindikasikan hubungan bilateral Indonesia–Turki terus berkembang semakin kuat.
MoU yang dilakukan G to G dan B to B menjadi indikator eratnya hubungan kedua negara dan kedalaman kerja sama Bilateral Indonesia–Turki. Pada kesempatan itu Prabowo juga mengungkapkan langkah Presiden Joko Widodo dan Presiden Erdogan melakukan kerja sama tingkat baru, yaitu pembentukan dewan kerja sama strategis tingkat tinggi kedua negara.
Selanjutnya, di awal Februari 2023 saat Menhan Prabowo bersama Menhan Turki Hulusi Akbar melakukan pertemuan di Bakanliklar, Ankara, kedua menteri pertahanan sepakat menandatangani Rencana Aksi/Plan of Action(PoA) Kerja Sama Pertahanan dan Militer antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Nasional Republik Turkiye periode 2023-2025.
baca juga: Turki Promosikan 18 Universitas Unggulan ke Pelajar Indonesia, Banyak Tawaran Beasiswa
PoA merupakan tindak lanjut hubungan kerja sama strategis antara kedua negara, dan ditujukan untuk meningkatkan potensi pelatihan bersama dan kerja sama industri pertahanan. Lebih spesifik, PoA memuat program-program konkret yang akan dilaksanakan mandiri maupun bersama-sama. Secara keseluruhan terdapat 49 rencana aksi, 12 poin di antaranya berisi tentang kerja sama militer.
Ikatan sejarah dan komitmen terus memperkuat pertahanan dan mengimplementasi kerjasama industri pertahanan telah menyusun batu-batu bangunan kerjasama pertahanan Indonesia-Turki yang sangat kokoh hari ini dan membuka peluang kerjasama lebih luas di masa mendatang.Kerjasama pertahanan dan industri alutsisa dengan Turki akan menjadi terdepan dibanding dengan negara mitra Indonesia lain.
Kerja Sama Semakin Luas dan Kongkret
Usai kedatangan Prabowo dua kali ke Turki pada akhir Juli 2024, perusahaan pertahanan Turki berbondong-bondong datang ke Indonesia. Turkish Aerospace Industries (TAI) misalnya secara resmi meresmikan kantor barunya di Bandung (25/8/2024).Mehmet Demiroglu, CEO Turkish Aerospace Industries, menjelaskan langkah yang diambil ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan proyek kolaborasi di sektor kedirgantaraan dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Atilla Dogan, Wakil Presiden Eksekutif Divisi Pesawat Terbang di Turkish Aerospace, menyatakan, “Di Turki, kami telah mencapai 80 persen kandungan lokal dalam industri pertahanan dan platform, dan kami memiliki lebih dari 3.500 perusahaan yang bekerja untuk industri pertahanan yang berfokus pada pembangunan kandungan lokal tersebut, (dan) berkolaborasi dengan negara-negara sahabat kami.”
Kerja sama dengan Turki memiliki nilai strategis untuk memacu kapasitas dan kapabilitas PT DI dalam industri dirgantara. Seperti disampaikan Atilla Dogan, TAI yang masuk 100 besar perusahaan pertahanan dunia itu telah memiliki kompetensi memproduksi pesawat tempur dengan 80 persen kandungan lokal, dengan jejaring perusahaan di dalamnya lebih dari 3.500 perusahaan. Melalui kerja sama, PT DI mendapatkan kesempatan belajar banyak dari TAI dalam mengembangkan industri dirgantara.
Selain itu, TAI juga telah membuktikan kapasitasnya memproduksi TAI Hurjet dan tengah mengembangkan pesawat tempur generasi 5.0 TAI TF-KAAN bekerja sama dengan BAE System untuk menggantikan pesawat F-16 Fighting Falcons milik Turkish Air Force. Kolaborasi TAI-PT DI pun memicu spekulasi kerjasama pembangunan pesawat tempur siluman teranyar Turki itu.
Selang beberapa hari PT DI juga kedatangan Havelsan, dengan dipimpin langsung CEO Havelsan Mehmet Akif Nacar. Dalam pertemuan itu kedua pihak menggagas rencana memperluas kerja sama TAI-PT DI untuk mengembangkan proyek AWACS Indonesia. Havelsan berencana untuk memanfaatkan know-how danpengalaman mereka dalam program AWACSdan menggabungkannya dengan kebutuhan Indonesia untuk menciptakan sistem AWACS lebih kuat.
baca juga: Kenal di Media Sosial, Pria Turki Nekat ke Indonesia Lamar Gadis asal Bone
Aselsan dan Roketsan tak ketinggalan menyambangi Indonesia. Yang menarik, kedua perusahaan terkemuka itu tidak bekerja sama dengan BUMN strategis, tapi dengan perusahaan swasta nasional bernama Republikorps. Dengan Aselsan, kerja sama tidak sebatas menjembatani pengadaan rudal, tapi juga membangun kerangka kerja sama atau framework untuk memproduksi sistem senjata kendali jarak jauh (RCWS).
Sedangkan dengan Roketsan kerja sama diarahkan untuk mendirikan fasilitas maintenance, repair, and overhaul (MRO), hingga produksi rudal Çakir, Atmaca, dan Hisar. Kolaborasi perusahaan pertahanan kedua negara ini merupakan lanjutan dari berbagai kerjasama sebelumnya. Pada Internasional Defence Industry Fair (IDEF) 2023 di Turki misalnya, PT PAL Indonesia meneken MoU dengan Roketsan untuk menyediakan peralatan sistem tempur, termasuk untuk proyek Fregat Merah Putih.
Roketsan dijadikan partner karena memiliki kapasitas mumpuni memproduksi alutsista seperti anti-ship missile, heavy weight torpedo, light weight torpedo, dan roket ASW (anti-submarine warfare).PT PAL pun berharap ToT dari kerja sama tersebut.PT DI dan TAI juga telah melakukan ToT untuk menindaklanjuti pembelian 12 unit kendaraan udara tak berawak bersenjata (UCAV) Anka. Rencananya, drone tempur tersebut akan dirakit di Bandung.
Pada gelaran Indo Defence 2022, Kemhan menandatangani beberapa kontrak kerja sama dengan Turki untuk menggenjot kemampuan industri pertahanan Indonesia. Kerja sama dimaksud dilakukan dengan Havelsan, DEFEND ID/PT PAL, PT Noahtu Shipyard, dan PT Tesco Indomaritim untuk menggarap combat management system (CMS) offshore patrol vessel (OPV) warship, CMS OPV 90 M warship, CMS kapal cepat rudal (KCR) 90 M Warship, dan CMS Frigate Warship.
Selain itu ada pula kerja sama jual beli KCR full combat mission antara Kemhan dengan Tais Gemi Insa Ve Teknoloji AS Turki, jual beli Kemhan dengan Roketsan dan PT Noahtu Shipyard untuk penyediaan Khan Missile System, Roketsan Trisula-O Missile System (OMS), Trisula-O Weapon System (OWS), Trisula-U Missile System, Trisula-U Weapon System (UWS), dan Atmaca Missile yang akan disematkan pada kapal OPV and OPV 90 M.
baca juga: Kaya Budaya Islam Kuno, Turki Jadi Tujuan Wisata Favorit Masyarakat Indonesia
Berbagai sistem senjata dan rudal tersebut juga akan diaplikasikan pada proyek refurbhisment 41 (R-41) kapal perang Indonesia.Jauh sebelumnya, PT Pindad telah mengawali kolaborasi dengan FNSS Turki untuk membangun Medium Tank Kaplan atau Medium Tank Harimau, yang kemudian direncanakan akan disambung dengan kerja sama pembuatan Tank Amfibi Zaha.
Dengan bertambah kokoh fondasi bangunan kerja sama pertahanan yang dirajut Indonesia-Turki, begitu kuatnya komitmen yang ditunjukkan para pemimpin kedua negara, dan langkah-langkah kongret untuk mewujudkan kerja sama G to G atau B to B, bukan tidak mungkin kerja sama tidak berhenti pada agenda yang telah dilakukan atau baru disepakati saja.
Beberapa wacana pembangunan alutsista yang digagas Indonesia tidak mustahil bakal diwujudkan melalui kerjasama dengan perusahaan Turki seperti membangun kapal destroyer, kapal perang serbu amfibi (landing helicopter dock/LHD), dan drone tempur untuk kategori high altitude long endurance (HALE). Untuk ketiga alutsisa tersebut, Turki sudah memiliki LHD Kelas Anadolu, TF-2000, dan Bayraktar Akinci. Semoga. (*)
(hdr)