KEK Singosari, Pusat Pariwisata dan Ekonomi Digital Mirip Silicon Valley

Selasa, 15 Oktober 2019 - 17:42 WIB
KEK Singosari, Pusat Pariwisata dan Ekonomi Digital Mirip Silicon Valley
KEK Singosari, Pusat Pariwisata dan Ekonomi Digital Mirip Silicon Valley
A A A
JAKARTA - Perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada Triwulan II-2019 naik 5,72% dibandingkan Triwulan II-2018 (year on year). Angka tersebut jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05%.

Namun di satu sisi, tingkat kemiskinan di Jatim juga cukup tinggi berada di rangking ke-16 nasional. Sejak dilantik pada 13 Februari 2019, Gubernur Jatim Khofifah Indarparawansa terus berusaha untuk menjawab persoalan ini.

Dalam kurun waktu hanya enam bulan kinerja pemerintahannya, mantan Menteri Sosial ini berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,48%. Angka yang dinilai cukup signifikan. Keberhasilan Khofifah tersebut dipaparkan dalam forum Indonesia Visionary Leader (IVL) 2019 yang digelar KORAN SINDO dan SINDOnews.com di Gedung SINDO, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Khofifah juga memaparkan upayanya untuk terus mendorong kesejahteraan warga Jatim. Salah satu pintu ekonomi baru yang segera hadir di Jatim yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singosari yang ada di wilayah Malang.

”Kami berterima kasih kepada Pak Presiden yang sudah menandatangani PP KEK Singosari. PP 68 Tahun 2019 baru ditandatangani Presiden tanggal 27 September kamarin. Tanggal 3 Oktober diserahkan Pak Menteri Pariwisata di Singosari, Malang,” ujar Khofifah.

KEK Singosari terbagi dalam dua klaster yakni pariwisata dan ekonomi digital. Dengan segera dibanggunnya KEK ini, sentra ekonomi digital bisa disiapkan secara komprehensif di Jatim.

Khofifah menjelaskan KEK memiliki sangat banyak keistimewaan. Salah satunya pemenuhan infrastruktur dasar yang akan disiapkan pemerintah mulai fasilitas air bersih, instalasi listrik, dan power plan yang menjadi akses instalasi komiunikasi. Selanjutnya adalah tax intensive.

”Harapannya kita ingin memanggil para investor di bidang pariwisata dan ekonomi digital, datanglah ke Jatim karena KEK-nya ada di Jatim. Itu bagian dari pengembangan startup di Jatim yang kebetulan memang sentra utamanya lebih kuat di Malang, Surabaya nomor dua,” tuturnya.

KEK Singosari ini konsepnya bakal mirip Silicon Valley di California, Amerika Serikat yang menjadi pusat pengembangan startup. ”Saya berharap KEK Singosari bisa segera beroperasi. Saya ingin mengundang para investor datang ke Jatim terutama yang bergerak di pariwisata dan ekonomi digital,” tuturnya.

Di sisi lain, meski pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional, namun Jatim juga memiliki pekerjaan rumah (PR) besar selain menurunkan angka kemiskinan, yakni bagaimana meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Jatim yang saat ini masih berada di posisi 15 nasional.

Menurut Khofifah, untuk mewujudkan SDM berdaya saing tinggi, diperlukan lingkungan yang berdaya saing tinggi, begitu pula ekosistem yang mendukung.

”Maka yang kita lakukan antara lain membuat Program Tistas, SMA-SMK gratis dan berkualitas karena saat ini rata-rata lama sekolah di Jatim masih 7,34 tahun. Di Jatim masih banyak yang sekolahnya SMP kelas 2 semester 1 drop out maka kita ingin memberikan harapan bagi anak-anak untuk meneruskan sekolah karena SMA SMK sudah gratis dan berkualitas bagi yang negeri, yang swasta kita subsidi SPP. Insya Allah, Juli tahun depan, Madrasah Aliyah juga kita subsidi SPP-nya. Harapan kita semua bisa mendorong IPM Jatim,” urainya.

Berikutnya tantangan Jatim adalah mendekatkan ketimpangan yang masih cukup lebar antara kota dan desa, dan antara wilayah utara dan selatan. Salah satu langkah besar yang dilakukan yaitu dengan segera dibangunnya Bandara Kediri.

Selain untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah selatan Jatim, hadirnya Bandara Kediri yang ditargetkan akan dilakukan ground breaking pada Januari 2010 mendatang, bisa menjadi penunjang Bandara Juanda yang sudah cukup padat.

”Januari nanti mudah-mudahan semua lancar ground breaking airport di Kediri. Ini akan bisa membuka sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru di Jatim bagian selatan, jadi bisa mempersempit ketimpangan antara kota dan desa, dan wilayah utara dan selatan,” paparnya.

Khofifah menambahkan, untuk menekan kemiskinan di perdesaan yang masih berada di angka 14,46% sementara di perkotaan tingkat kemiskinan tinggal 6,9%, Pemprov Jatim sedang menggagas Program Dewi Cemara (Desa Wisata Masyarakatnya Cerdas Mandiri Sejahtera).

”Harapan kita ada sentra-sentra pertumbuhan ekonomi berbasis perdesaan. Tidak sekadar desa wisatanya, tapi di situ menjadi sentra pertumbuhan ekonomi baru. Misanya yang baru kita resmikan di Kediri ada Desa Wisata Budidaya Cacing karena kebutuhan cacing itu tinggi sekali. Kita siapkan ada budidaya sapi dengan jenis yang sekarang memiliki tingkat kecepatan tumbuh kembang misalnya ada sapi simental, limosin, lalu sekarang mulai dikawinkan sapi Madura dan limosin, namanya Madrasin,” paparnya.

Dia mengharapkan ke depan Indonesia tidak hanya swasembada daging, tapi bisa ekspor. Pihaknya juga mengembangkan industri hilirisasi peternakan, misalnya protein hewani. Apalagi, saat ini inseminasi buatan di Jatim sudah mencapai 1,3 juta ekor sapi padahal daerah lain maksimal hanya 300.000.

”Mentan ingin paling tidak ada empat provinsi yang dilakukan penguatan (peternakan sapi). Jateng, Jabar, NTT, dan NTB. Inseminator di Jatim lebih dari 1.000 orang, kemudian pemeriksa kebuntingan juga lebih dari 1.000 orang maka kita bisa mengirim mereka atau dari daerah bisa belajar di Jatim. Jadi format-format itu sendang kita lakukan sehingga Jatim menjadi leader dalam swasembada daging bahkan bisa ekspor,” tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4641 seconds (0.1#10.140)