Negara Tak Boleh Kalah dari Bahaya Radikalisme dan Terorisme

Minggu, 13 Oktober 2019 - 20:53 WIB
Negara Tak Boleh Kalah dari Bahaya Radikalisme dan Terorisme
Negara Tak Boleh Kalah dari Bahaya Radikalisme dan Terorisme
A A A
JAKARTA - Negara tidak boleh kalah dengan radikalisme dan terorisme. Pemerintah harus tegas menghadapi aksi terorisme yang sudah meresahkan masyarakat.

Terbaru kasus penyerangan Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang, Serang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019. “Polisi harus mampu mengungkap dan menindak aktor intelektual di balik aksi-aksi teror yang terjadi di tanah air. Kami Nahdatul Ulama (NU) meminta aparat kepolisian harus mampu bertindak tegas terhadap radikalisme dan tidak boleh ada kesan negara kalah dalam menghadapi terorisme,” kata Ketua PB NU, KH Siad Aqil Siradj dalam siaran persnya, Minggu (13/10/2019).

Said Aqil mengatakan, saat ini radikalisme sudah ada di mana-mana. Ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumbawa, Bima, Sulawesi Tengah, dan lain-lain.

“Saat ini Indonesia sudah darurat terorisme dan radikalisme, karena selama ini kita bersikap terlalu ramah kepada mereka. Maka demi menyelamatkan NKRI, menyelamatkan seluruh bangsa Indonesia, maka sekecil apapun yang mereka lakukan (terorisme) harus ditindak tegas,” ujarnya.

Said menuturkan terorisme adalah tindakan biadab yang jauh dari norma, agama, dan akhlakul karimah. “Apa yang mereka lakukan adalah tindakan biadab dan tidak sesuai dengan agama apa pun. Jadi kita harus lawan bersama. Apalagi mereka sudah berani terang-terangan,” tandasnya.

Staf Khusus Badan Pembina Ideologi PAncasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo mengingatkan kembali bahwa radikalisme sudah mengancam keutuhan bangsa dan negara.

”Paham-paham radikalisme ingin mengubah Pancasila yang telah menjadi kesepakatan bangsa ini. Tantangan kita adalah bagaimana memperkuat ideology Pancasila dalam praktek kehidupan berbangsa dan bertanah air,” katanya dalam dialog “Pancasila di Tengah Radikalisme” di Jakarta, Minggu (13/10/2019).

Maka dari itu, Indonesia perlu membumikan Pancasila agar mampu menyentuh kaum milenial. “Membumikan Pancasila di kalangan anak muda penting dalam menangkal paham radikalisme. Hal ini agar para kaum milenial tak mendapat masukan tentang agama dari sisi yang sempit sehingga kemudian menciptakan radikalisme tadi,” tandasnya.

Benny menambahkan radikalisme harus dilawan dengan gerakan kebudayaan. ”Radikalisme itu tidak berdiri sendiri. Radikalisme itu akibat dari tata dunia yang tidak beradab, tidak adil, tata dunia yang dipenuhi permusuhan, tata dunia yang dipenuhi marjinalisme, dan cara melihat agama hanya dalam bahasa satu kebenaran,” ujarnya.

Menurut Benny, kebudayaan menjadi salah alat dan benteng untuk melawan radikalisme. Karena itu, gerakan kebudayaan harus diperkuat. Tradisi-tradisi yang telah ada di masyarakat, misalnya bersih desa, selamatan, larung, dan tradisi-tradisi lain, harus dihidupkan kembali.
”Itulah benteng kekuatan menghadapi radikalisme. Mereka takut kalau tradisi itu kuat,” lanjutnya.

Benny menambahkan, budaya-budaya lokal harus ditampilkan kembali dengan cara memberi kemasan baru agar tidak terkesan kuno dan menarik bagi anak-anak muda. Kreativitas seni budaya anak-anak muda yang bersifat masal harus ditampilkan. ”Pusat-pusat kebudayaan juga perlu dibangun, ” tuturnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5673 seconds (0.1#10.140)