Bila Berlarut-larut, Pandemi Corona Bisa Picu Persoalan Keamanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Corona yang melanda Tanah Air dan telah banyak menelan korban jiwa diharapkan cepat usai. Pandemi yang tidak berkesudahan berpotensi menimbulkan masalah baru.
Pendiri Negara Islam Indonesia ( NII ) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan, virus Covid-19 bisa berujung petaka bila tidak berkesudahan."Kondisi ini menjadi pemicu untuk memunculkan aksi radikal teror. Akan banyak aktor dan kelompok akan bermain," kata Ken, Senin (13/4/2020).
Menurut dia, aksi pencurian, jambret, perampokan, penjarahan, vandalisme dan lain-lain bukan mustahil muncul bila rakyat sudah lapar tak terkendali. Sebab mereka memiliki banyak kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya. Ken juga khawatir kondisi ini akan memicu munculnya radikalisme dengan mengatasnamakan agama.
Terkait adanya anggapan yang menyamakan krisis 1998 dengan kondisi saat ini, Ken mengatakan peristiwa 98 terjadi hanya di sebagian besar wilayah perkotaan saja, sedangkan di daerah tidak terlalu berimbas.
Menurut dia, kasus Covid-19 yang terkena dampak dan merasakan betul efeknya adalah sebagian besar ada di wilayah perkotaan, daerah hanya terkena imbas.
Dia mencontohkan pembagian bahan pokok bagi masyarakat yang terdampak kebijakan pembatasan sosial. "Banyak yang mengklaim tidak mendapatkan bantuan, Ada yang miskin beneran dan ada yang miskin hanya karena iri tidak mendapat jatah," tuturnya.
Di perkotaan, kata dia, persoalan distribusi ini menjadi krusial sebab ketika bila ini berkepanjangan rakyat akan menghadapi krisis.
Berbeda dengan di daerah. Misalnya di perdesaan, petani baru saja melewati masa panen beberapa waktu lalu. Hasil panen bisa dipakai untuk bertahan beberapa bulan ke depan. "Jadi persoalan pangan di daerah tidak separah di perkotaan," kata Ken.
Adapun kesulitan yang juga akan dihadapi masyarakat di perdesaan adalah kenaikan beberapa bahan pokok. Menurut dia, masalah utama masyarakat di daerah adalah tidak terbiasa dengan pembatasan sosial seperti sosial distancing.
"Yang terbiasa ke sawah atau ke kebun, mereka tetap ke sawah dan kebun tidak mau mengindahkan imbauan pemerintah karena mereka yakin wabah virus tidak sampai ke sawah. Ini juga berbahaya," tuturnya.
Ken mengatakan, mayoritas terdampak Coronada adalah masyarakat menengah ke bawah yang terbiasa dengan penghasilan harian. "Kini mereka menganggur dan tidak punya pemasukan, tidak sedikit yang sudah menjual barang milik mereka untuk kebutuhan harian," tuturnya.
Pendiri Negara Islam Indonesia ( NII ) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan, virus Covid-19 bisa berujung petaka bila tidak berkesudahan."Kondisi ini menjadi pemicu untuk memunculkan aksi radikal teror. Akan banyak aktor dan kelompok akan bermain," kata Ken, Senin (13/4/2020).
Menurut dia, aksi pencurian, jambret, perampokan, penjarahan, vandalisme dan lain-lain bukan mustahil muncul bila rakyat sudah lapar tak terkendali. Sebab mereka memiliki banyak kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya. Ken juga khawatir kondisi ini akan memicu munculnya radikalisme dengan mengatasnamakan agama.
Terkait adanya anggapan yang menyamakan krisis 1998 dengan kondisi saat ini, Ken mengatakan peristiwa 98 terjadi hanya di sebagian besar wilayah perkotaan saja, sedangkan di daerah tidak terlalu berimbas.
Menurut dia, kasus Covid-19 yang terkena dampak dan merasakan betul efeknya adalah sebagian besar ada di wilayah perkotaan, daerah hanya terkena imbas.
Dia mencontohkan pembagian bahan pokok bagi masyarakat yang terdampak kebijakan pembatasan sosial. "Banyak yang mengklaim tidak mendapatkan bantuan, Ada yang miskin beneran dan ada yang miskin hanya karena iri tidak mendapat jatah," tuturnya.
Di perkotaan, kata dia, persoalan distribusi ini menjadi krusial sebab ketika bila ini berkepanjangan rakyat akan menghadapi krisis.
Berbeda dengan di daerah. Misalnya di perdesaan, petani baru saja melewati masa panen beberapa waktu lalu. Hasil panen bisa dipakai untuk bertahan beberapa bulan ke depan. "Jadi persoalan pangan di daerah tidak separah di perkotaan," kata Ken.
Adapun kesulitan yang juga akan dihadapi masyarakat di perdesaan adalah kenaikan beberapa bahan pokok. Menurut dia, masalah utama masyarakat di daerah adalah tidak terbiasa dengan pembatasan sosial seperti sosial distancing.
"Yang terbiasa ke sawah atau ke kebun, mereka tetap ke sawah dan kebun tidak mau mengindahkan imbauan pemerintah karena mereka yakin wabah virus tidak sampai ke sawah. Ini juga berbahaya," tuturnya.
Ken mengatakan, mayoritas terdampak Coronada adalah masyarakat menengah ke bawah yang terbiasa dengan penghasilan harian. "Kini mereka menganggur dan tidak punya pemasukan, tidak sedikit yang sudah menjual barang milik mereka untuk kebutuhan harian," tuturnya.
(dam)