Pemanfaatan Lahan dan Jaga Ketinggian Muka Air Upaya Cegah Karhutla

Selasa, 08 Oktober 2019 - 17:06 WIB
Pemanfaatan Lahan dan Jaga Ketinggian Muka Air Upaya Cegah Karhutla
Pemanfaatan Lahan dan Jaga Ketinggian Muka Air Upaya Cegah Karhutla
A A A
JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terus terjadi di Indonesia. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sepanjang Januari hingga Agustus 2019 luas kawasan hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia mencapai 328.724 hektar.

Sementara tahun ini, kawasan terparah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan di Indonesia adalah provinsi Riau.

Menurut angka sementara BPBD Riau area terbakar mencapai 50.730 hektare, dengan jumlah titik panas mencapai sekitar 8.168 titik, dengan 72% di antaranya terjadi di areal lahan gambut. Kabupaten Siak, seperti halnya beberapa kawasan lain di Provinsi Riau juga mengalami peristiwa karhutla.

Jumlah hotspot di Kabupaten Siak tahun ini mencapai 493 titik. Namun dari segi presentasi hotspot di kabupaten Siak merupakan salah satu yang terendah di Provinsi Riau, yaitu hanya sekitar 6%.

Bupati Siak, Alferdi, mengungkapkan rendahnya persentasi hotspot adalah hasil dari upaya pencegahan karhutla Kabupaten Siak yang diupayakan dari tahun ke tahun. Kabupaten Siak telah mendorong upaya pemanfaatan lahan agar lahan terjaga.

Upaya-upaya tersebut tidak hanya berupa kerja pemerintah daerah, namun juga melibatkan masyarakat, mitra pembangunan dan pemerintah kabupaten, organisasi masyarakat sipil, juga pihak swasta yang dipayungi oleh Peraturan Bupati No. 22/2018 mengenai Inisiatif Siak Hijau.

Peraturan Siak Hijau ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah Siak, masyarakat, juga pihak swasta dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, demi kesejahteraan masyarakat Siak.

"Peraturan Siak Hijau menjadi komitmen kami di Kabupaten Siak, untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, serta upaya penting bagi kami untuk mencegah dan melakukan penanganan karhutla,” ujar Alferdi dalam diskusi dan pengarahan media, dengan tema Kabupaten Hijau 'Salah Satu Upaya Pencegahan Karhutla' Selasa (8/10/2019).

Tidak hanya itu, pihaknya juga tidak mengizinkan penebangan kayu alam, dan tidak lagi memberikan pembukaan konsesi lahan perkebunan sawit. Saat ini kami sedang mengembangkan lahan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA), intesifikasi komoditas pertanian di lahan gambut seperti Sagu, Kayu Mahang dan juga Aren.

"Tahun ini karhutla terjadi pada13 September dan itu terjadi di Sri Mersing dan Mandiangin, tapi tentu upaya pencegahan tetap dilaksanakan. Kita sudah mulai membuat satu regulasi mulai dari pengendalian Pergup Karhutla 2014, kemudian juga Pergup Siak hijau dan itu juga ada zonasi-zonasi. Kemudian juga ada Pergup audit kepatuhan untuk menyiapkan peralatan dan operasional karhutla," katanya

Dari hasil analisa, kata dia, kejadian karhutla di Siak bukan karena membuka lahan. ”Kejadian ini karena 80% kebun yang kurang terawat terutama yang berusia lima tahun," beber Alfredi.

Pengembangan daerah Tim Objek Reformasi Agraria (TORA) sebagai upaya mencegah kebakaran di lahan gambut juga ditegaskan Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Foead. Dikatakannya, selain upaya untuk terus menjaga ketinggian muka air, kunci pencegahan kebakaran lahan gambut yakni memastikan lahan-lahan TORA itu tetap produktif.

"Karena bila memberikan manfaat ekonomi, otomatis masyarakat akan tetap menjaga lahan dan memahami pentingnya pertanian dan perkebuman di lahan gambut tanpa mengeringkan lahan gambut," tutur Nazir.

Gotong royong para pihak yang terlihat dalam diskusi "Kabupaten Hijau, Upaya Siak Cegah Karhutla" diharapkan menjadi jawaban pencegahan karhutla di tahun mendatang. Hal ini merupakan langkah awal dari diterbitkannya peraturan daerah yang menaungi seluruh kegiatan pencegahan karhutla secara bersama-sama.

Terlebih Kabupaten Siak adalah salah satu anggota dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), yang tahun ini menjadi tuan rumah dari Festival Kabupaten Lestari pada 10-13 Oktober 2019.

Festival Kabupaten Lestari merupakan acara perayaan bersama serta ajang promosi bagi kabupaten anggota LTKL serta mitra pembangunan atas perkembangan atau kemajuan dalam mengimplementasi visi kabupaten lestari.

Festival juga menjadi sarana untuk membuka dan mempererat komunikasi serta gotong royong antar sesama anggota dan mitra LTKL, serta pihak lain yang terlibat dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

"Melalui visi Siak Hiaju, dan pelaksanaan Festival Kabupaten Lestari, harapan kedepan adalah kita untuk sama-sama melakukan kolaborasi yang lebih besar agar kita bisa melakukan lebih bayak upaya lagi untuk melakukan pencegahan karhutla, dan melaksanakan pengelolaan lahan yang berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat," kata Alfredi.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8053 seconds (0.1#10.140)