Festival Sidang Balai Panjang, Upaya Hidupkan Lagi Warisan Budaya yang Hampir Punah
loading...
A
A
A
Tradisi Sidang Balai Panjang adalah sebuah praktik kebudayaan yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Tanah Periuk. Maka itu, pertunjukan kesenian Sidang Balai Panjang yang ditampilkan tidak terlepas dari nilai budaya setempat.
“Dengan mengajak anak muda terlibat dalam kesenian ini bisa menjadi upaya bersama dalam melestarikan kebudayaan,” kata Ja’far.
Festival Sidang Balai Panjang membuktikan bahwa pelestarian kebudayaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui seni pertunjukan yang melibatkan generasi muda. Dengan demikian, warisan budaya yang hampir punah dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Penata Tarian Selibu Padi dari Sanggar Gadis Balai Panjang, Azizah memaparkan tentang makna mendalam di balik tarian yang ditampilkan pada malam puncak festival ini, Tarian Selibu Padi.
Menurut dia, tarian yang merupakan tradisi masyarakat setempat ini biasa digelar sebelum panen sebagai simbol penghormatan kepada alam dan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Tarian Selibu Padi yang dibawakan oleh anak-anak muda dan siswa sekolah merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya yang disertai dengan edukasi. Melalui penampilan ini, para peserta tidak hanya mempelajari gerakan tari, tetapi juga nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
Festival Sidang Balai Panjang yang digelar di Kabupaten Bungo ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.
Rangkaian pagelaran festival budaya yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Lihat Juga: Puluhan Ribu Warga Meriahkan Gebyar Budaya, Husain Alting Sjah Ingatkan Perdamaian di Atas Segalanya
“Dengan mengajak anak muda terlibat dalam kesenian ini bisa menjadi upaya bersama dalam melestarikan kebudayaan,” kata Ja’far.
Festival Sidang Balai Panjang membuktikan bahwa pelestarian kebudayaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui seni pertunjukan yang melibatkan generasi muda. Dengan demikian, warisan budaya yang hampir punah dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Penata Tarian Selibu Padi dari Sanggar Gadis Balai Panjang, Azizah memaparkan tentang makna mendalam di balik tarian yang ditampilkan pada malam puncak festival ini, Tarian Selibu Padi.
Menurut dia, tarian yang merupakan tradisi masyarakat setempat ini biasa digelar sebelum panen sebagai simbol penghormatan kepada alam dan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Tarian Selibu Padi yang dibawakan oleh anak-anak muda dan siswa sekolah merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya yang disertai dengan edukasi. Melalui penampilan ini, para peserta tidak hanya mempelajari gerakan tari, tetapi juga nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
Festival Sidang Balai Panjang yang digelar di Kabupaten Bungo ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.
Rangkaian pagelaran festival budaya yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Lihat Juga: Puluhan Ribu Warga Meriahkan Gebyar Budaya, Husain Alting Sjah Ingatkan Perdamaian di Atas Segalanya
(jon)