NasDem Soroti Perkembangan Industri dan Perlindungan Pekerja Seni

Selasa, 03 September 2019 - 22:48 WIB
NasDem Soroti Perkembangan Industri dan Perlindungan Pekerja Seni
NasDem Soroti Perkembangan Industri dan Perlindungan Pekerja Seni
A A A
JAKARTA - Dunia seni di Tanah Air terus menggeliat. Namun hal ini malah menimbulkan berbagai persoalan bagi pekerja seni. Banyaknya seniman yang hidup sangat pas-pasan di hari tua menjadi salah satu indikator perlindungan pekerja seni masih terabaikan.

Masalah ini mendorong Partai NasDem menggelar Dialog Selasa dengan tajuk Quo Vadis Perlindungan Pekerja Seni yang digelar di Auditorium DPP NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2019). Sejumlah narasumber hadir dalam acara ini.

Mereka yakni aktris Christine Hakim, sutradara Nia Dinata, caleg DPR RI NasDem terpilih M Farhan, kader NasDem yang juga seorang pekerja seni Lucky Hakim, pekerja seni, Pemred Koran Slank, dan Ketua Harian Indonesia Musik Forum (IMF) Setia Budi atau yang akrab disapa Budi Ace. Acara dimeriahkan Mongol Stress dan moderator Eva Wondo.

Wakil Ketua Organizing Committee (OC) Bidang Public Relations Panitia Kongres II Partai NasDem, Lathifa Al Anshori mengatakan, tema acara ini berangkat dari kepedulian kader NasDem yang memiliki pengalaman di bidang seni. Begitu banyak hal yang harus diperhatikan dan diperbaiki dalam sektor tersebut, terutama pelindungan terhadap pekerja seninya itu sendiri.

Lathifa Al berharap hasil dialog kali ini menjadikan poin yang menjadi dasar perjuangan Partai NasDem melalui kursi parlemen, untuk menciptakan siklus industri seni yang lebih baik di Indonesia. “Kami berharap periode parlemen yang baru dapat meloloskan undang-undang yang dapat membantu pekerja seni Indonesia,” kata Lathifa Al Anshori.

Sementara Farhan menilai dalam dunia seni pemerintah masih minim memiliki perhatian terhadap industri seni. Pertama, perlindungan sosial (keselamatan kerja dan kesehatan) yang dianggap sudah baik terlindungi. “Kedua, soal perlindungan karya atau Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan pemerintah dirasakan belum begitu hadir ke ranah ini,” ujar Farhan.

Sedangkan Lucky Hakim, mantan anggota DPR yang juga seorang pekerja seni, menanggapi tentang ketimpangan perkembangan yang tidak merata karena terpusat di Jakarta. Bila ingin regulasi ditegakkan, maka stasiun televisi nasional mau tidak mau harus kerja sama dengan stasiun televisi local. “Bila ingin programnya ditonton oleh orang daerah dan mendapatkan pendapatan dari iklan,” jelasnya.

Nia Dinata menuturkan, seni hiburan era industri 4.0 yang dialami Indonesia saat ini juga turut menciptakan model baru sangat signifikan di tataran implementasi. Digitalisasi menciptakan peralihan serta tantangan yang harus dihadapi seluruh elemen pekerja seni.

Materi hiburan maupun kesenian harus dapat menyesuaikan dengan era perkembangan saat ini. "Pekerja seni tetap harus mengikuti perkembangan zaman. Ranah digital juga harus dipelajari, namun harus tetap menjaga kualitas sehingga penghargaan pada proses persiapan dan proses kreatif layar lebar maupun konten seni lainya tetap ada,” tutur salah seorang sutradara perempuan Indonesia.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5786 seconds (0.1#10.140)