Urgensi, Konsepsi dan Implementasi Benteng Pertahanan IKN

Senin, 12 Agustus 2024 - 05:08 WIB
loading...
Urgensi, Konsepsi dan...
Ilustrasi: Masyudi/SINDOnews
A A A
PERAYAAN Kemerdekaan 17 Agustus 2024 akan menjadi momen bersejarah bagi Ibu Kota Nusantara (IKN). Pada momentum peringatan HUT RI ke-79 ini, kali pertama Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan menggelar upacara detik-detik proklamasi di tempat tersebut. Momen itu bisa disebut sebagai simbol dimulainya transisi pemindahan ibu kota negara, dari Jakarta menuju IKN yang berada di Kalimantan Timur.

baca juga: Paradoks “Dramaturgi’ Jokowi di Panggung Besar IKN

Rencananya, sejumlah mantan Presiden RI juga akan dihadirkan untuk berpartisipasi pada prosesi bersejarah tersebut. Namun, upacara tidak sepenuhnya dilaksanakan di IKN, melainkan juga di Jakarta dengan Wapres Ma’ruf Amin sebagai pemimpin upacara. Sesuai agenda, Jokowi di IKN akan didampingi Presiden terpilih Pilpres 2004, Prabowo Subianto . Sedangkan Ma’ruf Amin akan didampingi wakil presiden terpilih Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka .

Sejumlah persiapan sudah dilakukan untuk kelancaran agenda bersejarah tersebut. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sudah memastikan pasokan air dan listrik aman. Pun kelengkapan furniture. Selain fasilitas dasar, sejumlah proyek strategis di IKN tengah dikebut agar bisa beroperasi pada momen istimewa tersebut, seperti trem otonom atau autonomous-rail rapid transit (ART).

Dengan status ibu kota negara, IKN tentu tidak sebatas membutuhkan fasilitas dasar, sarana transportasi, fasilitas pendukung seperti rumah sakit dan hotel, dan ketersediaan bandara yang kini sedang dikebut. Tak kalah subtantifnya adalah bagaimana kesiapan fasilitas sistem pertahanan yang bisa membentengi IKN.

Benteng pertahanan yang kuat untuk melindungi IKN dibutuhkan bukan hanya karena keberadaannya sebagai center of gravity negeri ini. Bila menelisik sejarah kolonialisme, terutama di era penajajahan Jepang, Kalimantan Timur merupakan pintu masuk pertama ke Indonesia. Tepatnya pada 11 Januari 1942, Jepang mendaratkan pasukan ke Tarakan karena untuk tujuan strategis, yakni mendapatkan minyak dalam jumlah besar.

Tak dapat dimungkiri, selain karena kekayaan alam, Kaltim menjadi sasaran pertama karena kedekatannya dengan kawasan Laut China Selatan (LCS). Di sisi lain, kerentanan juga muncul di wilayah udara IKN karena secara geomiliter masuk dalam radius pesawat pengebom strategis, pesawat jet tempur, dan rudal jelajah Amerika Serikat (AS), terutama dari kawasan LCS.

Wilayah IKN juga masuk dalam radius rudal balistik, pesawat jet tempur, dan pesawat pengebom Cina. Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI) Marsekal Madya TNI Samsul Rizal telah mengingatkan, dengan posisi IKN yang mendekat ke ancaman konflik di utara (LCS dan sekitarnya), efek dan dampak konflik akan mempengaruhi pertahanan IKN, meski Indonesia tidak terlibat langsung dalam konflik.

Secara spesifik, dia memproyeksikan tiga ancaman bagi Indonesia di sekitar IKN, yakni militerisasi pulau di LCS yang dilakukan China, pembukaan kembali pangkalan AS di Filipina, dan ketegangan di Taiwan. Melihat posisi pilar kekuatan Cina dan AS di sekitar IKN, maka IKN rentan menjadi buffer zone atau bahkan medan peperangan.

Bisa dibayangkan bila konflik pecah, rudal balistik Dongfeng DF-41 DF-41 milik China yang berdaya jangka hingga 15.000 km diluncurkan dari kawasan LCS, maka akan dengan mudahnya menyasar IKN. Begitu pun jika AS meluncurkan rudal balistik Triden D5 dari Darwin atau Papua Nugini, rudal yang bisa mencapai jarak 7.800 km juga akan mudah menjangkau IKN.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2044 seconds (0.1#10.140)