Putu Dorong Pemerintah Berikutnya Punya Komitmen terhadap Pelestarian Seni Budaya
loading...
A
A
A
"Sehingga menjadi destinasi pariwisata dan pendidikan yang utama dan pertama. Dan jika berkunjung ke suatu kota atau negara, tentunya museumlah yang dikunjungi pertama,” imbuhnya.
Maka itu, Putu sangat mengapresiasi sosok Ki Fajar Laksana sebagai prakarsa dan sebagai Founder Museum Prabu Siliwangi di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Menurut dia, Ki Fajar merupakan sosok yang sangat luar biasa, aktif dan visioner disamping karena beliau seorang profesor, juga ahli marketing dan sekaligus tokoh spiritual masyarakat yang disegani di wilayahnya.
Dia memiliki pondok pesantren dan juga mengkoleksi berbagai koleksi karya warisan bangsa khususnya budaya dan sejarah sunda. Banyak koleksi karya warisan bangsa yang ditampilkan di Museum Prabu Siliwangi. Putu melihat secara langsung bagaimana pelestarian kebudayaan Sunda itu betul-betul menjadi hidup di pondok pesantren dan Museum Prabu Siliwangi.
“Anak-anak muda berkesenian, ada pencak silat, seni berhubungan dengan budaya Sunda. Menurut saya, itu semangat luar biasa, jarang ada figur seperti itu. Di sana kita bisa lihat kondisinya sangat hidup suasananya, pencak silat, pondok pesantren dan museum dalam satu kawasan tentu AMI (asosiasi museum Indonesia) selalu mendukung berbagai peningkatan dan penyempurnaan khususnya yang berhubungan dengan museum,” ujarnya.
Di samping itu, Putu juga menerima gelar Ki Jaga Waruka Sakabumi dari Kiai Fajar Laksana, Pendiri Museum Prabu Siliwangi yang bermakna sosok/figur atau tokoh yang memiliki kepedulian tinggi sebagai pengawal warisan bangsa, dan pusaka luhur nusantara. Tentu, Putu merasa terhormat dengan gelar yang diberikan itu padahal kedatangannya hanya untuk memenuhi undangan seminar memberikan sambutan kunci.
“Didaulat seperti itu merupakan hal yang bermakna, karena perjuangan untuk seni budaya tidak banyak yang memahami tapi memang harus diketahui dan banyak pihak sudah memahami bahwa pelestarian dan pemuliaan warisan luhur bangsa mengalami tantangan dan situasi yang rumit dan urgent. Kondisi inilah yang membuat bagaimana pengawalan seni budaya menjadi penting,” kata Legislator asal Bali ini.
Selain menerima gelar, Putu juga sangat terharu dan mengapresiasi komitmen Kiai Fajar Laksana karena mendoakan dan turut mengawal dibarisan terdepan perjuangan dan pengabdian Asosiasi Museum Indonesia (AMI). Bahkan, Putu selaku Ketua Umum AMI langsung didukung penuh oleh Kiai Fajar Laksana untuk memperjuangkan segala kearifan lokal bangsa yang adiluhung itu.
“Kebudayaan Nusantara adalah puncak-puncak kebudayaan daerah di seluruh Indonesia, yang tentu menjadi hal patut digaungkan ke seluruh penjuru dunia dan patut dilestarikan di negeri Nusantara. Hal itu menjadi sangat penting dan mengharukan dan bermakna, karena justru penghargaannya itu tidak datang dari hanya satu lembaga negara, tapi hadir dari atau diberikan oleh simpul-simpul atau puncak-puncak kebudayaan daerah,” ujar Anggota Komisi VI DPR ini.
Oleh karena itu, Putu mengatakan semua pihak harus turut berjuang bersama memperjuangkan Pemulian dan Pemajuan Permuseuman Indonesia, memperjuangkan seni budaya bangsa, dan terus memperjuangkan agar warisan budaya Indonesia dapat lestari dan mulia. Tentu, dukungan dari Museum Prabu Siliwangi yang mewakili sejarah Sunda ini sangat penting.
“Di mana definisi kebudayaan nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah Indonesia salah satunya dan yang utama adalah kebudayaan Sunda atau Jawa Barat. Dibutuhkan komitmen afirmasi dalam pengawalan pengelolaan seni dan budaya menjadi kekuatan magnet atau kekuatan utama dalam gagasan berbangsa-bernegara. Secara khusus kesuksesan dalam konsep pembangunan ekonomi dan juga kepariwisataan Indonesia juga dilandasi dengan penggaungan seni budaya bangsa,” pungkas Ketua Kaukus Air DPR ini.
Maka itu, Putu sangat mengapresiasi sosok Ki Fajar Laksana sebagai prakarsa dan sebagai Founder Museum Prabu Siliwangi di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Menurut dia, Ki Fajar merupakan sosok yang sangat luar biasa, aktif dan visioner disamping karena beliau seorang profesor, juga ahli marketing dan sekaligus tokoh spiritual masyarakat yang disegani di wilayahnya.
Dia memiliki pondok pesantren dan juga mengkoleksi berbagai koleksi karya warisan bangsa khususnya budaya dan sejarah sunda. Banyak koleksi karya warisan bangsa yang ditampilkan di Museum Prabu Siliwangi. Putu melihat secara langsung bagaimana pelestarian kebudayaan Sunda itu betul-betul menjadi hidup di pondok pesantren dan Museum Prabu Siliwangi.
“Anak-anak muda berkesenian, ada pencak silat, seni berhubungan dengan budaya Sunda. Menurut saya, itu semangat luar biasa, jarang ada figur seperti itu. Di sana kita bisa lihat kondisinya sangat hidup suasananya, pencak silat, pondok pesantren dan museum dalam satu kawasan tentu AMI (asosiasi museum Indonesia) selalu mendukung berbagai peningkatan dan penyempurnaan khususnya yang berhubungan dengan museum,” ujarnya.
Di samping itu, Putu juga menerima gelar Ki Jaga Waruka Sakabumi dari Kiai Fajar Laksana, Pendiri Museum Prabu Siliwangi yang bermakna sosok/figur atau tokoh yang memiliki kepedulian tinggi sebagai pengawal warisan bangsa, dan pusaka luhur nusantara. Tentu, Putu merasa terhormat dengan gelar yang diberikan itu padahal kedatangannya hanya untuk memenuhi undangan seminar memberikan sambutan kunci.
“Didaulat seperti itu merupakan hal yang bermakna, karena perjuangan untuk seni budaya tidak banyak yang memahami tapi memang harus diketahui dan banyak pihak sudah memahami bahwa pelestarian dan pemuliaan warisan luhur bangsa mengalami tantangan dan situasi yang rumit dan urgent. Kondisi inilah yang membuat bagaimana pengawalan seni budaya menjadi penting,” kata Legislator asal Bali ini.
Selain menerima gelar, Putu juga sangat terharu dan mengapresiasi komitmen Kiai Fajar Laksana karena mendoakan dan turut mengawal dibarisan terdepan perjuangan dan pengabdian Asosiasi Museum Indonesia (AMI). Bahkan, Putu selaku Ketua Umum AMI langsung didukung penuh oleh Kiai Fajar Laksana untuk memperjuangkan segala kearifan lokal bangsa yang adiluhung itu.
“Kebudayaan Nusantara adalah puncak-puncak kebudayaan daerah di seluruh Indonesia, yang tentu menjadi hal patut digaungkan ke seluruh penjuru dunia dan patut dilestarikan di negeri Nusantara. Hal itu menjadi sangat penting dan mengharukan dan bermakna, karena justru penghargaannya itu tidak datang dari hanya satu lembaga negara, tapi hadir dari atau diberikan oleh simpul-simpul atau puncak-puncak kebudayaan daerah,” ujar Anggota Komisi VI DPR ini.
Oleh karena itu, Putu mengatakan semua pihak harus turut berjuang bersama memperjuangkan Pemulian dan Pemajuan Permuseuman Indonesia, memperjuangkan seni budaya bangsa, dan terus memperjuangkan agar warisan budaya Indonesia dapat lestari dan mulia. Tentu, dukungan dari Museum Prabu Siliwangi yang mewakili sejarah Sunda ini sangat penting.
“Di mana definisi kebudayaan nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah Indonesia salah satunya dan yang utama adalah kebudayaan Sunda atau Jawa Barat. Dibutuhkan komitmen afirmasi dalam pengawalan pengelolaan seni dan budaya menjadi kekuatan magnet atau kekuatan utama dalam gagasan berbangsa-bernegara. Secara khusus kesuksesan dalam konsep pembangunan ekonomi dan juga kepariwisataan Indonesia juga dilandasi dengan penggaungan seni budaya bangsa,” pungkas Ketua Kaukus Air DPR ini.