Kontroversi Kunjungan Generasi Muda Nahlatul Ulama ke Israel

Jum'at, 19 Juli 2024 - 13:17 WIB
loading...
Kontroversi Kunjungan...
Ridwan, Direktur Center of Muslim Politics and World Society (Compose) dan Dosen Ilmu Politik UIII. Foto/Dok. Pribadi
A A A
Ridwan
Direktur Center for Muslim Politics and World Society
Dosen Ilmu Politik Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)

BEBERAPA hari terakhir ini, kita disuguhkan dengan kecaman terhadap lima generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) yang berkunjung ke Israel, termasuk berdialog dengan Presiden Israel Isaac Hersog. Misalnya, Savic Ali menyatakan kunjungan warga dan aktivis NU itu akan memperburuk citra di mata publik, di mana sikap PB NU dan Nahdlyin sangat jelas berdiri di sisi Palestina dan mengecam agresi militer Israel.

Dalam nada yang sama, Gus Ulil menyatakan “Saya mengecam dengan keras keberangkatan lima anak NU ke Israel”. Bahkan, Gus Nadir mengkritik keras kunjungan tersebut. Menurutnya, ”program kunjungan seperti ini sudah lama berjalan bertahun-tahun dan selalu memicu kontroversi. Saran saya mereka yang merasa tokoh/aktivis/ulama sebaiknya menolak undangan semacam ini selama konflik belum usai. Yang untung cuma Israel dengan kunjungan dari NU. Mudaratnya lebih banyak”. Singkat kata, penyataan dari pengurus PB NU dan cendekiawan NU terang benderang mengecam kunjungan tersebut.

Sejatinya, kunjungan ke Israel acap memicu kontroversi. Sebelum kasus ini, kunjungan Gus Yahya ke Israel, pada tahun 2018, sebelum menjabat ketum PB NU, juga menuai kontroversi. Video kunjungan tersebut diunggah American Jewish Commitee (AJC) dan cukup banyak dikecam warga Indonesia. Alasan Gus Yahya ketika itu ikhtiar untuk menyerukan perdamaian.

Gus Dur adalah pembuka wacana hubungan diplomatik dengan Israel yang juga kontroversial. Bahkan, Gus Dur pernah berkunjung ke Israel pada 1994 untuk menyaksikan perjanjian baru Isreal dengan Yordania pada Oktober 1994.

Peserta kunjungan ke Israel baru-baru ini tersebut tampaknya mewakili aktivis dan pegiat kerukunan antaragama. Dari gambar tersebut setidaknya ada enam orang dari mereka yang saya kenal. Sebagian adalah kawan-kawan yang memperjuangkan kerukunan dan harmoni di Tanah Air.

Hemat saya, mereka adalah orang-orang baik, yang acap menyuarakan suara kerukunan dan perdamaian. Kunjungan mereka ke Israel mungkin bagian dari pertukaran kebudayaan yang umum dilakukan di beberapa negara seperti AS, Australia, dan Cina.

Data yang saya dapatkan menunjukkan bahwa ini kegiatan pertukaran kebudayaan yang dibiayai satu lembaga yang bertujuan mengirim mahasiswa dan skolar untuk ke Israel. Tentunya, selain manfaat ada juga kepentingan yang mendasari beberapa negara mengadakan kunjungan kebudayaan tersebut.

Pemerintah China misalnya mengadakan kunjungan atau pemberian beasiswa pendidikan bagi sebagian kelompok di Tanah Air. Di antaranya untuk menetralisir informasi media arus utama Barat yang menyuarakan kebijakan keras dan melanggar HAM dari pemerintah atas Uyghur di Xinjiang.

Memang, tidak bisa berharap banyak dari kunjungan mereka ini. Kunjungan ini bukan satu dialog antaragama yang berorientasi politik atau transformasi konflik, yang juga dikritik sebagian orang. Dialog agama untuk politik bertujuan membangkitkan koeksistensi atau harmoni sosial dan meningkatkan legitimasi aktor dan proses politik untuk mencapai tujuan hidup damai.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1631 seconds (0.1#10.140)