Menyalakan Kilau Kerja Sama RI-Korsel
loading...
A
A
A
Hendy Setiono
Founder & Group CEO Baba Rafi Enterprise, Pengurus Pusat BPP HIPMI dan Wakil Ketua Umum UMKM Kadin Surabaya
Tahun 2024 ini hubungan diplomatik Republik Indonesia (RI)-Republik Korea Selatan (Korsel) menginjak usia ke 51 tahun atau memasuki tahun emas. Namun, hubungan dan kerja sama bilateral RI-Korsel berhasil memasuki babak baru lebih empat dekade kemudian (2017) yaitu pada saat kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia tanggal 8-10 November 2017.
Melalui Republic of Korea-Republic of Indonesia Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace, RI-Korsel meningkatkan status kemitraan menjadi Special Strategic Partnership dalam bingkai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Strategis Korea-Indonesia (IK-CEPA) dengan fokus kerja sama pada empat area, yaitu pertahanan dan hubungan luar negeri, perdagangan bilateral dan pembangunan infrastruktur, people-to-people exchanges, serta kerja sama regional dan global.
Saat ini, Korsel Menjadi negara investor terbesar ke-7 di Indonesia. Total Foreign Direct Investment (FDI) Korsel pada tahun 2023 tercatat sekitar USD2,5 miliar atau meningkat lebih dari USD200 juta (8,7%) dibandingkan tahun 2022.
Walau jalinan hubungan RI-Korsel sudah lebih dari 50 tahun, produk pertanian Indonesia terutama buah-buahan tropis, seperti salak, pisang, rambutan, dan durian, asal Indonesia masih sulit masuk Korsel. Begitu juga kerja sama people-to-people exchanges. Warga Indonesia belum mendapat kemudahan berkunjung ke Korsel. Jika warga Korsel bisa mendapatkan visa on arrival, WNI harus mengurus visa di Jakarta sebelum berkunjung ke Korsel.
Ini artinya “usia emas” hubungan bilateral RI-Korsel belum sepenuhnya “berkilau”. Ratifikasi IK-CEPA yang implementasinya sudah berjalan pada Januari 2023, idealnya mampu memberi lompatan kemajuan hubungan ekonomi RI-Korsel.
Peluang dan Tantangan
Sejatinya, hubungan ekonomi antara RI-Korsel memiliki potensi besar untuk menopang transformasi ekonomi Indonesia. Meskipun hubungan ini belum terlalu "berkilau" selama lebih dari 50 tahun, terdapat potensi kerja sama yang luas mencakup perdagangan barang, jasa, investasi, dan kerja sama ekonomi lainnya. Fakta bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN dengan kemitraan strategis khusus dengan Korea Selatan menambah nilai strategis hubungan ini.
Untuk memaksimalkan potensi ini, RI-Korsel perlu menetapkan target yang jelas untuk beberapa tahun ke depan. Diversifikasi ekonomi, pengembangan infrastruktur, riset bioteknologi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau adalah beberapa area potensial yang harus dikejar. Di berbagai sektor, kerja sama ini telah menunjukkan hasil positif, seperti dalam industri pertahanan dengan pengembangan jet tempur KF-21/IF-X, serta proyek pembangunan ekosistem EV-Battery yang mendukung strategi Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik berlabel "buatan Indonesia."
Namun, tantangan tetap ada. Hingga kuartal I-2024, Korea Selatan belum masuk dalam lima besar negara investor terbesar di Indonesia. Hal ini kontras dengan dominasi investasi dari negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, Amerika Serikat, dan Jepang di Indonesia. Selain itu, perdagangan bilateral RI-Korsel masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Vietnam-Korea Selatan.
Founder & Group CEO Baba Rafi Enterprise, Pengurus Pusat BPP HIPMI dan Wakil Ketua Umum UMKM Kadin Surabaya
Tahun 2024 ini hubungan diplomatik Republik Indonesia (RI)-Republik Korea Selatan (Korsel) menginjak usia ke 51 tahun atau memasuki tahun emas. Namun, hubungan dan kerja sama bilateral RI-Korsel berhasil memasuki babak baru lebih empat dekade kemudian (2017) yaitu pada saat kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia tanggal 8-10 November 2017.
Melalui Republic of Korea-Republic of Indonesia Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace, RI-Korsel meningkatkan status kemitraan menjadi Special Strategic Partnership dalam bingkai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Strategis Korea-Indonesia (IK-CEPA) dengan fokus kerja sama pada empat area, yaitu pertahanan dan hubungan luar negeri, perdagangan bilateral dan pembangunan infrastruktur, people-to-people exchanges, serta kerja sama regional dan global.
Saat ini, Korsel Menjadi negara investor terbesar ke-7 di Indonesia. Total Foreign Direct Investment (FDI) Korsel pada tahun 2023 tercatat sekitar USD2,5 miliar atau meningkat lebih dari USD200 juta (8,7%) dibandingkan tahun 2022.
Walau jalinan hubungan RI-Korsel sudah lebih dari 50 tahun, produk pertanian Indonesia terutama buah-buahan tropis, seperti salak, pisang, rambutan, dan durian, asal Indonesia masih sulit masuk Korsel. Begitu juga kerja sama people-to-people exchanges. Warga Indonesia belum mendapat kemudahan berkunjung ke Korsel. Jika warga Korsel bisa mendapatkan visa on arrival, WNI harus mengurus visa di Jakarta sebelum berkunjung ke Korsel.
Ini artinya “usia emas” hubungan bilateral RI-Korsel belum sepenuhnya “berkilau”. Ratifikasi IK-CEPA yang implementasinya sudah berjalan pada Januari 2023, idealnya mampu memberi lompatan kemajuan hubungan ekonomi RI-Korsel.
Peluang dan Tantangan
Sejatinya, hubungan ekonomi antara RI-Korsel memiliki potensi besar untuk menopang transformasi ekonomi Indonesia. Meskipun hubungan ini belum terlalu "berkilau" selama lebih dari 50 tahun, terdapat potensi kerja sama yang luas mencakup perdagangan barang, jasa, investasi, dan kerja sama ekonomi lainnya. Fakta bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN dengan kemitraan strategis khusus dengan Korea Selatan menambah nilai strategis hubungan ini.
Untuk memaksimalkan potensi ini, RI-Korsel perlu menetapkan target yang jelas untuk beberapa tahun ke depan. Diversifikasi ekonomi, pengembangan infrastruktur, riset bioteknologi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau adalah beberapa area potensial yang harus dikejar. Di berbagai sektor, kerja sama ini telah menunjukkan hasil positif, seperti dalam industri pertahanan dengan pengembangan jet tempur KF-21/IF-X, serta proyek pembangunan ekosistem EV-Battery yang mendukung strategi Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik berlabel "buatan Indonesia."
Namun, tantangan tetap ada. Hingga kuartal I-2024, Korea Selatan belum masuk dalam lima besar negara investor terbesar di Indonesia. Hal ini kontras dengan dominasi investasi dari negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, Amerika Serikat, dan Jepang di Indonesia. Selain itu, perdagangan bilateral RI-Korsel masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Vietnam-Korea Selatan.